Part 27b: Breakeven

6.9K 949 132
                                    

What am I gonna do when the best part of me was always you?
And what am I supposed to say when I'm all choked up and you're OK?
I'm falling to pieces, yeah,
I'm falling to pieces, yeah,
I'm falling to pieces
(Breakeven, The Scripts)

Dimitri membuka matanya yang terasa berat setelah menyadari Reefa tidak berada di sisinya. Ia menajamkan pendengaran, mungkin Reefa berada di kamar mandi, tapi ternyata tidak terdengar sedikitpun suara dari sana.

Laki-laki itu bangun dan menyadari seseorang yang terdengar sibuk di dapur. Dimitri segera berpakaian dan menuju tempat kesibukan berlangsung. Ia terkekeh pelan, biasanya setelah bercinta Dimitri yang selalu bangun terlebih dahulu dan memasak, tapi kali ini Reefa yang melakukannya.

Senyum lebar terkembang di wajah Dimitri ketika ia melihat satu porsi mie rebus ala jawa dihidangkan di atas meja serta segelas mochacino hangat. Matanya bersinar menatap Reefa yang sedang sibuk mencuci peralatan dapur.

"Honey, tumben?"

"Tumben apanya?"

"Kamu bangun lebih duluan dari aku."

"Masa sih, bukannya memang aku yang menyiapkan sarapan tiap hari?"

Dimitri merasa gemas, ia segera mendatangi Reefa dan memeluk istrinya dari belakang. "Biasanya kalau habis bercinta kamu kan selalu kecapean, Honey," bisik Dimitri menggoda di telinga Reefa.

Reefa hanya tertawa kecil, melepaskan pelukan suaminya dengan lincah. "Cepat-cepat sarapan, Dimka. Atau kita akan terlambat ke kantor."

Dimitri segera melakukan yang dianjurkan Reefa. Ketika ia sedang menikmati masakan istrinya, ia baru teringat sesuatu.

"Reefa, mungkin pagi ini aku tidak bersama denganmu ke kantor."

"Eh?"

"Kemarin malam, setelah meeting direktur utama meminta aku menggantikan beliau menghadiri pertemuan di Surabaya dan aku akan berangkat dengan pesawat jam sepuluh pagi ini dan pulang lusa. Malam tadi aku bermaksud memberitahu, tapi kamu sudah menyerangku dengan ganas."

Ledekan Dimitri membuat wajah Reefa merah, tapi ia tidak melakukan apa-apa seperti yang diharapkan Dimitri. Biasanya Reefa akan membalas dengan kata-kata yang sama nakalnya atau melempar suaminya dengan serbet jika Dimitri menggodanya. Reefa hanya menunduk, melanjutkan membersihkan dapur.

"Oh iya, omong-omong Dimka... aku membawa beberapa dokumen yang harus ditandatangani. Kemarin bagian legal membutuhkan tanda tanganmu segera. Pantas mereka memintaku membawa dokumen itu, mereka tahu kalau kamu hari ini dinas ke luar kota."

Reefa berbicara tanpa melihat wajah Dimitri, ia menyibukkan dirinya dengan hal lain. Reefa tidak dapat berbohong ketika menatap wajah suaminya, laki-laki itu terlihat sangat gembira.

"Oh, ya? Dokumen tentang apa saja?" Sambil menikmati suwiran daging ayam kampung yang menjadi topping mie, laki-laki itu bertanya. Dimitri sedikitpun tidak curiga dengan tingkah Reefa.

"Ada beberapa perjanjian dengan UKM, beberapa surat biasa."

"Oh, kalau begitu tolong bawa ke sini, akan aku tandatangani setelah aku selesai makan."

Reefa tersenyum, ia sengaja melambatkan ritme bekerja membersihkan dapur. Sengaja menunggu Dimitri selesai menyantap sarapannya.

Setelah Ia melihat Dimitri menghabiskan mie tanpa sisa dan menenggak habis mochacinno, Reefa segera bergegas ke kamar mengambil dokumen dan memberikannya kembali pada Dimitri.

Reefa membantu Dimitri membuka lembar-demi lembar yang harus ia tandatangani, hal itu membuat Dimitri geli karena Reefa bersikap profesional seperti berada di kantor sebagai asistennya. Dimitri tidak tahu, kalau di dalam dokumen yang ia tandatangani, terselip MoU yang akan menjebaknya.

A Perfect LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang