"Baik, aku menyetujui sepuluh menit yang kalian tawarkan. Tapi, kalau ada sesuatu yang dari kalian bicarakan yang tidak aku suka, aku akan pergi dari sini." Reefa kembali menyandarkan tubuhnya pada kursi, menatap kedua orang di depannya dengan sikap sedikit mencemooh. Diam-diam Reefa menekan tombol 'rekam' pada ponselnya, sama ketika ia melakukan pembicaraan dengan Adith beberapa waktu yang lalu.
"Gadis yang bijak." William terkekeh dan melirik Sonya senang, ia mengerjap, meminta Sonya melakukan keahliannya dalam mempengaruhi seseorang.
"Reefa, kami turut berduka atas meninggalnya ibumu." Sonya memulai pembicaraannya dengan sangat baik, menunjukkan simpatinya terhadap kehilangan perempuan muda itu, tapi disamping itu Sonya memang berniat sisi psikologis Reefa dengan mengingatkan pada kematian sang ibu.
Mata Reefa sekilas terlihat menerawang, kesedihannya terbayang jelas. Sonya tersenyum, ia merasakan dapat mempengaruhi emosinya.
"Lalu?" Wajah dingin kembali terpasang di wajah Reefa, ia meminta Sonya segera menyelesaikan pembicaraannya.
"Aku sudah tahu kalau kamu telah menikah dengan Dimitri. Seperti yang pernah aku katakan dulu, apa yang kamu pikirkan, Reefa? Dimitri yang telah membuat keluargamu hancur."
Reefa mengerutkan keningnya, ia tidak menyukai apa yang dibicarakan oleh Sonya tapi dia masih bertahan, mengira-ngira ke mana arah pembicaraan ini tertuju.
"Dan sekarang, Ibumu meninggal karena tidak merestui hubunganmu dengan Dimitri. Itu yang kemarin yang aku dengar setelah pemakaman beliau. Apa yang kamu cari dengan menikahi Dimitri, Reefa?" Suara Sonya terdengar tajam menusuk hati Reefa. Ia tidak suka Sonya menghakimi dirinya, tapi dengan berat ia mengakui apa yang dikatakan Sonya benar.
Mata perempuan berumur 37 tahun itu menatapnya lembut, membujuk... walau bibirnya menghakiminya tanpa ampun.
"Kamu membenci Dimitri kembali bukan? Aku bisa melihatnya kemarin lusa."
Reefa balik menatap Sonya tanpa ekspresi, seolah dia tidak mendengar apapun. Kemudian ia beranjak dari kursinya dan tersenyum dingin.
"Sepertinya aku tidak menyukai yang kalian sampaikan. Jadi pertemuan ini dicukupkan sampai di sini," ucap Reefa ringan, segera berdiri dari duduk dan berniat meninggalkan Sonya dan William. William segera menghadang Reefa, mencegah kepergiannya.
"Reefa, kami bisa membantumu kalau kamu ingin menghancurkannya." Sonya menahan Reefa dengan mencekal lengannya.
"Aku tidak membutuhkan kalian kalau memang aku ingin menghancurkannya. Aku bisa menghancurkan Dimitri dengan kedua tanganku sendiri. Dan sebelum aku pergi, aku ingin menanyakan mengenai mengapa Tante berbohong selama bertahun-tahun mengenai uang yang ditransfer tiap bulan padaku. Bukan Tante yang mengirimkannya tapi mengapa Tante bertingkah seolah Tante yang melakukan?" Pernyataan Reefa yang awalnya hanya membuat kesal Sonya berbalik ketika di akhir pembicaraan, Reefa menanyakan sesuatu yang membuatnya pucat pasi.
Reefa tersenyum dingin kembali, "Tidak bisa menjawab?" ia segera menyampirkan tas tangannya di pundak dan akan melangkah pergi.
"Sebentar, Reefa..." kembali jemari itu menahan pundak Reefa.
"Kamu ingin tahu alasan mengapa aku berbohong?"
Reefa tersenyum mencemooh kembali, mengira hanya perkataan omong kosong lagi yang akan keluar dari mulut wanita itu.
"Dimitri yang mengirimkannya kan?" kali ini Sonya berspekulasi, ia benar-benar tidak tahu siapa yang mengirimkannya. Sonya hanya mencoba peruntungannya.
Mata Reefa menyipit, bingung mengapa wanita ini tahu. Ia segera duduk kembali dan hal itu dianggap Sonya apa yang ia perkirakan benar. Mata wanita itu bersinar licik.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Perfect Lie
RomanceOPEN PO 25 JUNI S/D 10 JULI 2019. BISA DILIHAT DI PART OPEN PO LEBIH JELASNYA. PROSES PENERBITAN! BEBERAPA PART AKHIR TELAH DIDELETE! Highest Rank #5 in Romance (20122017) Apa yang akan kamu lakukan, ketika orang yang menghancurkan keluargamu, membu...