Reefa meletakkan selembar kertas yang merupakan surat pengunduran dirinya di atas meja kerja Dita. Dita yang sedang duduk segera mengambil surat itu, membacanya sekilas dan melihat wajah Reefa dengan tatapan tidak percaya.
"Pengunduran dirimu ini ada hubungannya dengan yang kamu tanyakan kemarin?"
Reefa mengangguk dan tersenyum sungkan pada Dita. Dita segera berdiri, tertawa senang, dan segera memeluk Reefa, memberikan ucapan selamat.
"Jadi, kapan rencana pernikahan kalian?" tanya Dita, gadis ramping itu masih bergelayut di bahu Reefa.
"Aku akan memberimu undangan kalau kami telah menemukan tanggal yang cocok." Reefa tidak berbohong, memang ia akan mengundang Dita jika mereka telah menentukan tanggal pernikahan mereka diresmikan secara hukum.
"Hmm, aku tunggu, Reefa." Dita mengangguk nyengir dan bersedekap. Mengira-ngira dalam hati mungkin Reefa telah melakukan hal di luar batas dengan Dimitri hingga menyegerakan pernikahan secepat mungkin.
"Omong-omong, keputusan resmi pemberhentianmu sebagai staf disini mungkin akan memakan waktu lebih dari satu bulan hingga tiga bulan. Kamu tercatat sebagai calon officer, Reefa. Jadi ada denda yang akan kamu bayar karena melanggar ikatan dinas."
Reefa kembali mengangguk, ia sudah tahu denda yang akan ia bayar dan Dimitri mengatakan itu bukan persoalan penting karena ia sanggup membayarnya. Bagi Dimitri uang sejumlah itu tidak berarti dengan kebahagiaannya dapat memiliki Reefa sebagai istrinya.
***
Semenjak ibunya mengingat semuanya kembali, Reefa datang mengunjungi beliau hampir tiap hari. Dimitri kadang menemani dan kalau laki-laki itu menemani Reefa, ia akan menunggu di tempat parkir atau di dalam mobilnya.
Sore itu Reefa kembali menjenguk Ibu, wanita tua itu semakin mengingat semuanya. Ujaran kebenciannya pada Dimitri kembali terucap dan membuat hati Reefa semakin pedih. Bagaimana ia bisa meminta restu pernikahannya dengan Dimitri jika hanya rasa dendam yang ada di dalam hati perempuan yang sangat ia cintai dan juga ia hormati.
Reefa pun pernah membenci dan menaruh dendam pada Dimitri, tetapi semua rasa itu menghilang seiring dengan ia menyadari rasa cintanya pada laki-laki itu jauh lebih besar daripada dendam dan benci yang ia tanam semenjak sepuluh tahun yang lalu.
"Ibu tidak akan pernah merestuimu, Reefa."
Hanya itu kalimat yang selalu ibu katakan apabila ia mengingat Dimitri yang pernah dikenalkan Reefa sebagai calon suaminya.
Reefa hanya mengangguk, tersenyum patuh seolah ia menuruti semua yang diminta sang ibu. Tetapi Reefa tidak akan pernah menbatalkan rencananya untuk menikah dengan Dimitri. Karena keberadaan laki-laki itu di sampingnya adalah kebahagiaan terbesar yang ia miliki saat ini.
Dan Reefa tak akan pernah melepaskan kebahagiaannya sekarang setelah hidupnya selama sepuluh tahun terkubur dengan rasa getir dan gelisah.
***
Setelah menjenguk ibu sore itu, Reefa dan Dimitri berbelanja ke mall membeli barang-barang yang diperlukan untuk pernikahan mereka. Reefa memillih gaun sederhana sifon berwarna broken white untuk akad di sebuah butik desainer, Dimitri sedikit mengerutkan kening melihat pilihan calon istrinya.
"Mengapa kamu tidak memilih kebaya, Honey?" Walau kurang menyukai gaun untuk akad, Dimitri tetap mengerjap kagum ketika Reefa mengenakan gaun itu untuk dicoba. Ia membayangkan setelah akad, ia akan membuka baju itu pelan-pelan...
"Hei, Dimka!" Reefa menjentikkan jarinya di depan laki-laki itu lalu tertawa kecil karena ia bisa menebak apa yang dipikirkan Dimitri.
"Kamu tidak mendengar kata-kataku,ya?" Reefa mengecup pipi Dimitri ringan.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Perfect Lie
RomanceOPEN PO 25 JUNI S/D 10 JULI 2019. BISA DILIHAT DI PART OPEN PO LEBIH JELASNYA. PROSES PENERBITAN! BEBERAPA PART AKHIR TELAH DIDELETE! Highest Rank #5 in Romance (20122017) Apa yang akan kamu lakukan, ketika orang yang menghancurkan keluargamu, membu...