Out of my mind
Nothing makes sense anymore
I want you back in my life
That's all I'm breathing for(Breathe Easy, Blue)
Dimitri menyatukan kedua jemari di keningnya, laki-laki itu duduk di ruang tunggu ICU, bercak coklat darah membekas di kemejanya. Bibir laki-laki itu gemetar dan keringat dingin terus membasahi tubuhnya. Ia menunggu keputusan dokter mengenai tindakan yang akan dilakukan pada istrinya. Beberapa petugas dari kepolisian juga menemaninya. Setelah penembakan terjadi, tak lama kemudian ambulance datang dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Tetapi rumah sakit itu tidak menyanggupi melakukan tindakan medis lanjutan karena kurang lengkapnya fasilitas yang mereka punya dan hanya pertolongan pertama yang dapat mereka lakukan. Reefa segera dialihkan ke rumah sakit milik pemerintah yang fasilitasnya terlengkap dan saat ini sejumlah dokter memeriksa keadaannya.
"Keluarga pasien Shareefa Agni?" seorang dokter keluar dari ruangan, wajah sang dokter pun terlihat tegang.
Dimitri langsung berdiri dan mendekati sang dokter. "Saya suaminya."
"Setelah melihat hasil CT Scan, kami memutuskan untuk sementara tidak melakukan operasi pada kepala istri Anda. Peluru tertanam di bagian belakang kepala, mendekati lobus occipitalis dan hanya beberapa milimiter di atas pembuluh darah utama di kepala, sangat beresiko untuk mengambil peluru dengan tindakan operasi," ucap dokter sambil membawa hasil CT scan dan menunjukkan letak peluru di dalam kepala Reefa.
"Jadi apa yang bisa Anda lakukan?" tanya Dimitri, merasa gentar dengan mendengar apa yang dijelaskan dokter.
"Tidak ada, kita hanya bisa menunggu cairan otak istri Anda berhenti mengalir baru dapat ditentukan tindakan selanjutnya."
Dimitri mengusap wajahnya, menarik napasnya dalam-dalam, berusaha tetap tenang walau sebenarnya ia sangat putus asa.
"Pak Dimitri, tetaplah percaya dan berdoa. Kondisi Ibu Shareefa Agni cukup stabil walau dia dalam keadaan tidak sadar. Ibu Shareefa bisa bertahan adalah suatu keajaiban, hanya satu dari sekian ratus kasus penembakan pada kepala yang korbannya dapat bertahan hingga sejauh ini." Sang dokter tersenyum, berusaha menenangkan Dimitri yang terlihat sangat kalut.
"Saya boleh melihatnya sekarang?" tanya Dimitri kembali.
Dokter mengangguk, memberikan senyum simpati dan menepuk pundak Dimitri untuk member dukungan pada laki-laki itu. Ia dapat melihat rasa putus asa pada mata Dimitri.
***
"Helo, My Scarlett Honey," sapa Dimitri pada Reefa lembut, ia tahu kalau Reefa sama sekali tidak bisa mendengar suaranya. Dimitri memasuki ruang ICU setelah mengganti kemejanya yang penuh darah dengan baju kaos yang ia dapat dari salah seorang anggota kepolisian. Sekarang ia memakai baju khusus yang melapisi kausnya dan masker wajah sesuai standar pengunjung ruang ICU.
Melihat kondisi Reefa yang seluruh tubuhnya hampir dipasang alat bantu kehidupan, dada Dimitri terasa sesak. Mesin penunjang kehidupan yang bersuara stagnan makin menyadarkan Dimitri bahwa Reefa berada antara hidup dan mati.
Jemari Dimitri menggenggam tangan Reefa, mengharapkan mata indah istrinya terbuka atau sedikit gerakan pada jemarinya. Tapi apa yang diharapkan Dimitri tidak terjadi sama sekali, mata Reefa masih tertutup dan hanya bunyi mesin-mesin tersebut yang menemaninya di ruang ICU.
"Honey, kamu memang kembali padaku seperti yang kamu janjikan tapi seharusnya bukan seperti ini." Bisik laki-laki itu pelan, Dimitri membawa jemari Reefa ke bibirnya, mengecup lembut kulit yang terasa dingin.
"Kembalilah, Reefa... karena kamu adalah alasanku untuk tetap hidup."
***
Akhirnya, Dimitri keluar dari ruang ICU setelah beberapa perawat mengingatkannya bahwa batas waktu untuknya telah habis. Dimitri ingin terus menerus berada di sisi Reefa tapi itu tidak mungkin karena peraturan rumah sakit. Dimitri kembali duduk di kursi ruang tunggu di depan ICU, ia melihat petugas kepolisian tidak terlihat lagi karena hari sudah larut malam, hanya ada dirinya yang berada di sana.
Pikiran Dimitri terasa kosong, ia tidak bisa memikirkan apa-apa saat ini. Jiwanya terasa hilang sebagian ketika melihat Reefa terbaring dengan kepala yang mengucurkan darah segar di pelukannya. Kembali momen itu berkelebat di pikirannya dan kembali juga rasa sesal membanjiri Dimitri.
Reefa tak akan tertembak kalau ia tidak turun ke lobby...
Reefa juga tak akan berada dalam kondisi seperti ini kalau mereka tidak bertemu dan saling jatuh cinta..
Dimitri duduk dan menumpukan kedua sikunya di lutut lalu mengusap wajahnya. Mungkin memang seharusnya ia tidak pernah bertemu dengan Reefa karena semua hal buruk yang terjadi dalam hidup Reefa disebabkan oleh dirinya.
Dimitri tergugu, apabila waktu bisa diputar kembali... ia rela bertukar tempat dengan Reefa. Ia bersedia menukar nyawanya agar istrinya kembali sadar dan tidak kurang satu apapun. Dimitri hanya menginginkan Reefa bahagia...
Kembali rasa sesak menekan dada Dimitri, rasanya ia tidak bisa bernapas . Laki-laki itu menangis tanpa suara dan air mata, hanya bahunya yang gemetar hebat menandakan pergolakan emosi dalam dirinya. Ia menyesali semua yang terjadi dan membenci dirinya sendiri yang tak bisa berbuat apa-apa.
Tanpa disadari Dimitri, ada seseorang yang berada di dalam ruang tunggu yang memperhatikan dirinya beberapa menit yang lalu.
"Dimka..." jemari halus membelai rambut Dimka, membuat laki-laki itu mendongak dan sedikit terkejut melihat orang yang hadir di hadapannya.
"Majka."
"Šta se desilo, sine? Kako je stanje Reefa?" *) Majka berjongkok, memegang bahu Dimitri, matanya menatap putranya prihatin. Baru kali ini ia melihat putranya dalam keadaan yang bisa dibilang hancur. Dalam keadaan sesulit apapun, Dimitri selalu optimis.. tidak pernah ia berputus asa di mata ibunya.
Seketika pertahanan Dimitri hancur, ia memeluk erat Majka. Air mata yang tak pernah ia tumpahkan semenjak ia memasuki usia remaja, mengalir deras membasahi bahu ibunya.
"All is my fault, Majka. Seharusnya semua ini tidak terjadi."
***
Terj (Bosnian to Indonesian):
*) Apa yang terjadi, Nak? Bagaimana keadaan Reefa?
Halo all..
baru bisa apdet sedikit.. risetnya bikin sengsara cuy... nanya ke google, nanya ke dokter bedah, nanya ke perawat dll.. sekian banyak usaha yang dikerahkan baru bisa nulis seuprit doang.. maafkeun yaaa...Btw, kalau ada pembaca yang background nya kedokteran dan menemukan kesalahan pada tulisan fiksi saya.. tolong dikoreksi ya. Dengan senang hati saya menerima masukan dari kalian.
Apabila ada beberapa tulisan yang diubah kembali karena kesalah riset, harap dimaklumi ya reader. Maklum , ga punya background pendidikan kesehatan sama sekali. Saya cm bisa ngitung duit negara wkwkwk (ngitungnya pake excel pula LOL)
Jangan lupa vote dan komen ya... sekali lagi terima kasih!!!
With Love,
VLeeRhysMancini
KAMU SEDANG MEMBACA
A Perfect Lie
RomantizmOPEN PO 25 JUNI S/D 10 JULI 2019. BISA DILIHAT DI PART OPEN PO LEBIH JELASNYA. PROSES PENERBITAN! BEBERAPA PART AKHIR TELAH DIDELETE! Highest Rank #5 in Romance (20122017) Apa yang akan kamu lakukan, ketika orang yang menghancurkan keluargamu, membu...