Chapter 14: War in a Maze

448 47 7
                                    

"Ah, Aoi...kau masih bangun?" Tanya Fuji stengah mabuk.

"Eh? Tidak, aku terbangun. Fuji-san... ada apa dengan ruangan ini? Kenapa banyak botol tergeletak di mana mana?" Tanya Aoi kebangun saat tidur.

"Ah... tidak ada, tenang saja... aku yang akan bereskan..." Kata Fuji tersenyum.

"Ada apa, Fuji-san... sepertinya kau sedang ada masalah..." Kata Aoi khawatir dan duduk di sebelah Fuji.

"..... Apa Akashi sudah tertidur?" Tanya Fuji.

"Hm? Iya, dia sudah tidur sekitar jam sembilan... Kenapa?" Tanya Aoi.

"........ Aoi, aku yakin kau sudah mendengar Rin dari Akashi." Kata Fuji sedih.

"Hah? Iya... aku merasa sedih untuk Akashi dan kau... Aku tau rasanya kehilangan seseorang dari keluargamu..." Kata Aoi sedih juga.

"Ahaha... kau tidak perlu khawatir denganku, Aku hanyalah kakak tiri mereka." Kata Fuji tertawa sedikit.

"Kalian bukan saudara kandung?" Tanya Aoi terkejut.

"Kau juga pasti menyadarinya, Akashi dan aku sangat berbeda. Ayahku menikah dengan ibuku, tapi ibuku meninggal karena kecelakaan. Lalu ayahku menikah lagi dengan ibunya Akashi, tapi tidak lama menikah, mereka bercerai..." Kata Fuji.

"Begitu..." Aoi bersimpati.

"Sebenarnya aku tidak peduli jika dia adik tiriku atau bukan, dia adalah adikku... yang membuat kita keluarga bukanlah darah, tapi hubungan kita sebagai kakak dan adik." Kata Fuji dengan muka serius.

"Aku mengunjungi mereka setiap minggu. Rin selalu senang jika aku datang mengunjungi mereka, tapi Akashi selalu marah jika aku datang. Tapi... tidak pernah dia memanggilku dengan namaku, dia selalu memanggilku kakak." Kata Fuji tersenyum.

"Akashi mungkin sedikit kasar, tapi..." Kata Fuji tersenyum.

"Ehehe... Akashi memang menarik dari beberapa hal..." Kata Aoi tersenyum juga.

"Aoi, tolong jaga dia... Akashi selalu bertindak tanpa memikirkan diri sendiri." Kata Fuji.

"Tentu saja! Aku akan menjaganya!" Teriak Aoi semangat.

"Shh... pelan pelan Aoi, hahaha..." Kata Fuji tertawa sedikit.

"Ups... maaf..." Kata Aoi menutup mulutnya.

"Aoi aku punya pertanyaan..." Kata Fuji.

"Jika kau harus memilih Akashi dengan Grand Eden's Game, mana yang akan kau pilih?" Tanya Fuji.

Aoi terkejut dan kebingungan dia harus menjawab apa.

"Umm... Grand Eden's Game..." Kata Aoi dengan pelan.

"............... Begitu ya... paling tidak kau menjawab." Kata Fuji tertawa sedikit.

"Terima kasih sudah menemaniku, Aoi. Kau harus tidur lagi, besok seleksi akan dimulai, kan? Aku mendukung kalian..." Kata Fuji menyemangati Aoi.

"Terima kasih, Fuji-san. Aku berjanji akan menang." Kata Aoi tersenyum lebar.

Aoi pergi ke kamarnya dan tidur lagi.

"Aoi, kau memang pembohong yang buruk. Kalian benar benar mirip..." Kata Fuji tersenyum dan melihat jendela.

"Biarpun aku hanyalah orang biasa, aku yakin semua orang tau kau lebih memilih Akashi dari Grand Eden's Game." Kata Fuji meminum bir lagi.

"Aku tidak mengerti, kenapa kau lebih memilih Akashi? Grand Eden's Game merupakan impian terbesarmu, tapi kenapa?" Fuji berpikir keras.

"Paling tidak aku tau mereka tidak pacaran." Kata Fuji lega.

The Grand Eden's GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang