S2 Chapter 3: Satan

348 34 3
                                    

"Apa yang berusaha kau katakan?" Tanya Aoi kebingungan.

"Bahamut... salah satu tiga mahluk legendaris. Mereka mempunyai kekuatan yang paling berbahaya, dan mereka tidak dapat dikendalikan. Suatu hari... dunia ini dan Eden akan jatuh ke tangan mereka." Kata Sakurai.

"Apa kau masih ingin menyelamatkannya?" Tanya Sakurai tersenyum.

"Itu percuma! Kuro-- maksudku... Bahamut tidak akan mati! Yang akan mati hanyalah Akashi!" Teriak Aoi marah.

"Kami tau itu... tapi dengan senjata ini, Akashi dan Bahamut akan mati." Sakurai menunjukkan belati yang mengeluarkan cahaya ungu.

"Venom milik Orochi... racun yang mempunyai kemampuan untuk membunuh tiga mahluk legendaris." Kata Sakurai.

"Orochi?" Tanya Aoi kebingungan.

"Mahluk dari tempat mitos... Taman Eden. Dialah yang meracuni pikiran Eve dan Adam untuk memakan apel terlarang." Kata Sakurai.

"Aku punya pertanyaan padamu... apa yang kau suka dari monster itu?" Tanya Sakurai.

"Hentikan itu..." Kata Aoi marah.

"Hah?" Tanya Sakurai.

"Akashi bukan monster! Akashi tidak menakutkan! Akashi adalah orang yang baik!" Teriak Aoi marah.

"Hmph... bahkan setelah aku membuatmu menangis... kau masih bisa mengatakan aku orang baik?" Tanya Akashi memegang kepala Aoi.

"Heh... kau datang..." Kata Sakurai tersenyum.

"Akashi... maafkan aku... aku sangat..." Kata Aoi sedih.

"Tidak bodoh. Itu semua salahku. Aku... aku sudah mencoba segala hal untuk mencegah ini." Kata Akashi.

"Aku ke Eden untuk mengendalikan kekuatanku... tapi apapun yang terjadi... aku hanya mempercepat kematianku." Kata Akashi.

"Eh? Apa maksudmu?" Tanya Aoi kebingungan.

"Seharusnya kau tau ini, kau mempercepat kematian mereka, jika kalian memaksa mereka untuk menggunakan kekuatan mereka." Kata Sakurai tersenyum.

"Apa kau masih belum mengerti? Umur mereka memendek karena kau memaksanya untuk ikut dalam permainan. Benar... kematiannya ada salahmu." Kata Sakurai tertawa sedikit.

"Eh?" Aoi terkejut.

"Waktu itu... tanduknya keluar karena dia mengeluarkan kekuatannya terlalu banyak..."

"Waktu itu... orang tuanya menyuruh Akashi untuk menghindari game..."

"Sekarang aku mengerti... alasan dia tidak dapat mengikuti game."

"Kematian Akashi adalah salahku..." Kata Aoi menangis dan berlutut.

"Tidak! Kau salah!" Teriak Akashi.

"Akashi..." Air mata Aoi terus mengalir.

"Cepat atau lambat... aku akan mati. Tapi percayalah padaku, Aoi... jika aku tidak pernah bertemu dengan kau... aku sudah mati bosan. Aku... sangat senang bisa mati dan mengingatmu, Aoi. Aku pacaran dengan perempuan yang aku cintai... aku sangat senang pada itu." Kata Akashi.

"Aku lebih memilih kehidupan bersamamu, daripada kehidupan tanpamu." Kata Akashi memeluk Aoi.

"Tapi kau akan..." Kata Aoi yang terus menangis.

"Apa maksudmu? Aku sudah bahagia... aku tidak lagi mempunyai penyesalan saat aku bertemu dengan kau. Kau menyelamatkan nyawaku, bodoh." Kata Akashi tersenyum.

"Hayama! Siapkan virtual devicenya! Kita akan mengakhiri ini!" Teriak Sakurai.

"Baik!" Teriak Hayama mengirim mereka semua ke dalam virtual stage.

The Grand Eden's GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang