"Kakak! Kakak!" Panggil Rin gembira dengan senyuman yang cerah seperti biasa.
"Apa kau lihat aku?! Aku berhasil menang di ronde pertama Grand Eden's Game!" Teriak Rin melompat lompat seperti anak kecil.
"Hmph... aku tidak pernah sekalipun berpikir kau akan kalah." Akashi tersenyum pada Rin dengan senyuman yang hangat. Akashi masih lebih muda di masa ini, dan masih lebih pendek. Suaranyapun masih terdengar lebih muda dibandingkan suaranya yang berat seperti sekarang.
"Akhirnya... aku yakin ibu akan senang jika dia melihatku sekarang... dia akan bangga..." Rin tersenyum mengingat ibunya.
"Tidak Rin... ibu memang selalu bangga padamu... dari saat kau datang ke dunia ini... aku... bangga padamu..." Akashi tersenyum dan menempelkan jidatnya ke jidat Rin.
"Ehehehe... dimanapun... kapanpun... kau selalu ada disana, kakak... aku senang memiliki kakak sepertimu..." Rin tersenyum setelah mendengar itu dan setelah Akashi menenangkannya dengan menempelkan jidat mereka. Dia memberi pelukan sebentar kepada Akashi, dan melepaskannya.
"Sekarang! Aku yakin aku akan menang!" Teriak Rin tersenyum lebar dan meninju tangannya ke udara.
"Berhati hatilah... Ri--" Akashi terkejut saat dia melihat ingatan adiknya mati dibunuh monster Eden. Dengingan yang menyakitkan mengelilingi kepalanya dan merasa seperti ditusuk paku.
"Ada apa, kakak? Kau terlihat pucat..." Rin khawatir pada kakaknya.
"Rin..." Akashi menatap adiknya dengan wajah yang penuh ketakutan dan penyesalan.
"Rin! Rin! Jangan keluar!" Teriak Akashi, namun Rin tidak dapat mendengar apa apa.
"Hm? Ah... sudah waktunya, ya? Baiklah! Aku pergi dulu, kakak! Semangati aku!" Rin melambaikan tangannya dan keluar dari lorongnya.
"Tidak! Tidak! Jangan keluar! Bergerak! Kenapa kau tidak bergerak!" Akashi berusaha untuk mengejar adiknya, namun tubuhnya menolak untuk bergerak.
"Tidak! Rin!" Teriak teman Rin membawa Rin masuk ke dalam lorong dimana Akashi berdiri, tidak bergerak sedikitpun.
Teman Rin menangis karena Rin dibunuh monster buas Eden. Akashi melihat Rin yang sedang digendong temannya dan tidak bergerak sedikitpun. Dia melewati Akashi yang masih tidak bergerak dari posisinya, dan Akashi dapat melihat sekilas wajah Rin yang damai, dan tersenyum.
"Tidak... kenapa ini terjadi...? Aku punya kesempatan untuk menyelamatkannya... tapi... aku tidak menghentikannya..." Akashi marah pada dirinya sendiri dan berlutut.
"Apa kau marah, kakak?" Rin berdiri di depan Akashi. Teman teman yang bersama Rin, tiba tiba menghilang. Seluruh daerah sekitar Akashi menghilang menjadi ruangan yang gelap.
"Kakak tau ini hanya ingatan kakak, bukan? Kakak hanya bisa mengingat... tidak dapat merubah masa lalu..." Rin mengelus wajah Akashi yang masih menghadap ke bawah.
Akashi menatap adiknya dalam keadaan menangis.
"Kau marah, kakak? Kau benci Eden, kakak?" Tanya Rin tersenyum melihat kakaknya.
"..." Akashi memandang ke tanah, tidak dapat melihat adiknya di matanya.
"Kalo begitu... akhiri kesedihanmu, dengan membalas dendammu." Tubuh Rin terbakar dengan api hitam keunguan.
"Ambil kekuatan ini, dan kau akan menghancurkan Eden dengan mudah... cukup adil, bukan?" Tanya Rin tersenyum dan membuat dirinya menjadi api hitam. Dia memeluk Akashi dan Akashi memeluknya balik.
Tubuh adiknya menghilang menjadi api yang ganas, membuat tubuh Akashi terbakar dengan api hitam. Akashi berdiri dengan mata yang penuh keamarahan, tidak ada sisi kemanusian lagi di matanya. Hanya monster yang penuh keamarahan, dan akan membawa kehancuran bagi segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Grand Eden's Game
AzioneCerita tentang seorang perempuan yang mempunyai impian tinggi. Ia ingin menjadi pemenang 'The Grand Eden's Game'. Sayangnya... sekolahnya tak pernah masuk kejuaraan, ia ingin menjadi orang pertama yang masuk kejuaraan di sekolahnya dan menjadi pemen...