'Hai semuanya! Buku dua WONDERLAND: FAKERS, sudah keluar! Kalian bisa cek di accountku sekarang juga!'
"Akhirnya! Kau lama sekali!" Aoi tersenyum lebar dengan kedua tangannya disilang.
'Iya, aku juga tidak menyangka aku akan melanjutkannya! Butuh waktu yang lama untuk memutuskannya, tapi aku berhasil!'
"Aku tidak sabar melihat anakku beraksi! Aku yakin kalian akan menyukainya juga!" Aoi tersenyum senyum mengingat anaknya akan muncul di buku kedua.
'Hehehe, entar lihat saja. Anakmu akan berjalan di kehidupan yang menarik. He... hehe...'
"Penulis..." Aoi menatapku dengan tatapan tajam, seperti siap akan membunuhku. "Apa yang kau rencanakan untuk anakku...?" Aoi mencekikku, walaupun tangannya mungil. Dia mengangkatku sampai aku melayang di udara.
'Hkhh... au... ngah...! (Tidak ada! Tidak ada!)'
"Hmph!" Aoi akhirnya melepaskan leherku. "Aku yakin anakku dapat menjalaninya dengan mudah! Lagipula dia adalah anakku! Rin dan Akari adalah anak yang kuat!" Dia bilang dengan bangga dan senyum yang mengerikan untukku.
'*Ohok* Aku kira aku akan mati... hah... hah... jika aku mati, kau juga akan mati, Aoi...'
"Ah! Kau melebih lebihkan!" Aoi menepuk punggungku dengan senyum lebar, tapi pukulannya sangat kuat untukku.
'Kau ingat aku penulismu, kan?'
"Ya? Lalu?" Aoi kebingungan dengan pertanyaanku.
'Maka tanpaku, kau akan mati, bodoh!'
Aoi menyilangkan kedua tangannya dan berpikir keras selama beberapa detik. Lalu matanya terbuka lebar. "Tidak! Aku lupa!" Aoi menjerit dan menggunakan wajah bodohnya.
'Bukan hanya kau, tapi anak anakmu, Akashi, dan yang lain juga akan mati. Hehehe... karena itu, kau harus sopan denganku. Kau tidak boleh melawank--'
Aoi memelukku dari belakang dengan kedua tangan mungilnya. "Jangan berani kau!" Aoi memberiku suplex, membuatku memuntahkan darah begitu aku menghantam tanah.
Dia melepaskanku dan aku tidak bergerak sedikitpun di tanah. "Itu adalah pelajaranmu! Jangan bermacam macam dengan keluargaku!" Aoi tersenyum lebar, bangga pada apa yang baru saja dia lakukan.
Lalu Aoi menungguku untuk bergerak, tapi aku masih tidak bergerak sedikitpun. "Hey! Bangun!" Aoi menendangku, tapi aku masih belum bangun atau bergerak sedikitpun.
"Oi! Oi! Jangan bilang kau..." Aoi menoel noelku dengan jarinya, lalu wajahnya menjadi gelap panik. "Aku membunuhnya..." Aoi bilang dengan suara bergetar.
Aoi memegang kepalanya dengan kedua tangannya dan berlari lari dengan panik. "Aku membunuhnya! Dengan begini, cerita ini tidak akan berlanjut!" Aoi berteriak dengan panik.
Lalu bohlam muncul di atas kepalanya dan menyala seperti Aoi mendapatkan ide. "Aku tahu! Aku akan menggunakan senjata untuk membangunkannya!" Aoi berteriak dengan senyum lebar. Uh... bagaimana itu bisa menolongku?
Lalu Aoi mengeluarkan senjata dari tangannya, mengeluarkan tongkat yang dikelilingi listrik. "Hehehe... bangun penulis! Sebelum tongkat ini membakar seluruh tubuhmu!" Aoi memegang tongkatnya dengan senyum mengerikan di wajahnya. Mungkin lain kali aku harus ingat untuk membuat karakter utama yang tidak bodoh dan tidak memberinya kemampuan untuk berbicara denganku secara langsung. Karena sekarang, dia hanya akan membuat segalanya lebih buruk.
'*glek*'
'AAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!!!!!!!'
"Sukses!" Aoi menatap tubuhku yang sudah gosong dan asap keluar dari tubuhku, tapi bernafas. "Yak! Karena dia tidak ingin berbicara, aku yang akan berbicara kepada kalian!" Aoi menatap kalian dengan senyum lebar yang cerah di wajahnya. Aku bukan tidak ingin berbicara, Aoi! Aku tidak bisa berbicara karena kau, bodoh!
"Jadi, baca cerita penulis kurang ajar ini! Beri setiap Chapter vote dan komen! Share jika perlu, dan follow penulis kurang ajar ini!" Dia menunjuk jari jempolnya ke tubuhku yang masih kejang kejang dan berasap. "Aku akan menunggu kalian! Mungkin aku akan muncul di Chapter 3? Aku harap aku bisa muncul! Aku tidak sabar!" Aoi melompat lompat seperti anak kecil dengan gembira.
"Vote! Komen! Follow! Dan Share! Semoga kalian membacanya dan semoga hari kalian menyenangkan! Lalu... um... apa lagi yang harus kubicarakan?" Aoi berpikir keras, tapi bingung apa yang harus dikatakan.
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
"Kalian masih disini? Um... apa yang harus kukatakan?" Aoi terlihat panik saat kalian terus menatapnya seperti menunggu sesuatu.
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
"Agh... aku tidak tahu harus mengatakan apa lagi..." Aoi menghela nafasnya, lalu meninggalkan kalian. "Akashi! Aku lapar! Ayo kita masak bersama lagi seperti dulu!" Aoi berlari lari seperti anak kecil.
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
Aku memberi kalian jempol sekuat tenagaku. 'Hageh... au... hua... ia...(Selamat membaca Wonderland...)' Lalu tanganku kembali terjatuh ke tanah.
![](https://img.wattpad.com/cover/59131332-288-k117387.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Grand Eden's Game
AksiyonCerita tentang seorang perempuan yang mempunyai impian tinggi. Ia ingin menjadi pemenang 'The Grand Eden's Game'. Sayangnya... sekolahnya tak pernah masuk kejuaraan, ia ingin menjadi orang pertama yang masuk kejuaraan di sekolahnya dan menjadi pemen...