Albert yang malang, seminggu tanpa Abigail membuatnya gila secara perlahan. Seperti saat ini, hal yang ia lakukan hanya lah melempari kerikil-kerikil kecil menuju danau bening di hadapan nya. Berulang kali terdengar suara percikan air akibat batu-batu yang menampar permukaan nya. Namun Albert tidak peduli sama sekali, pandangan nya kosong dan tangan nya bergerak sendiri seakan raga dengan jiwa nya berpisah jauh-jauh. Matahari sudah hampir terbenam, Heksa meminta Elise untuk menjemput Albert dan mengajak pangeran itu kembali ke istana. Elise hanya bisa menurut dengan perasaan mengganjal di hati nya. Bagaimana pun juga, Elise merindukan Abigail. Abigail dapat dipastikan akan meledek Elise tanpa henti saat ia mengetahui nanny kesayangan nya itu mendapat tugas menjemput Albert
Disinilah Elise, berada belasan meter di belakang sosok Albert yang duduk memunggungi nya. Gadis itu mengatur nafas perlahan, berusaha menenangkan degup jantung nya yang berdegup terlalu kencang--khawatir nanti saat ia sedang berbincang dengan Albert justru detak jantungnya ikut-ikutan menimpal. Itu akan memalukan, tidak boleh ada siapapun yang mengetahui perasaan terlarang nanny untuk majikan nya, tidak selain Abigail yang pandai menyimpan rahasia
Baru saja gadis berambut pirang itu mengangkat setengah kaki nya, muncul seorang wanita dengan gaun hijau daun nya yang indah berjalan mendekati Albert. Ah ya, tentu saja dia Petra. Putri sulung kerajaan Mighael, dari tanah barat. Bagaimana Elise bisa sebodoh itu sampai melupakan kunjungan resmi anggota Mighael? Lagipula, Petra... dia terlalu cantik untuk disebut sebagai puteri. Gadis itu lebih pantas menjadi dewi, dewi Athena berambut perak panjang yang selalu mempesona tiap hari nya. Iris hitam pekat Elise hanya bisa memandang dua sosok itu dari kejauhan, melihat rupa Petra yang petang ini terlihat menawan dengan kepangan-kepangan sulit khas putri kerajaan. Aura nya, wibawa dan kharisma seorang bangsawan begitu kental keluar dari sekujur tubuh Petra meski dari kejauhan seperti ini. Dan seketika Elise langsung mengingat Abigail, hanya mengingat wajah dan senyum jahil gadis itu--entah mengapa kecantikan dan kharisma Petra menjadi terlempar jauh tidak ada apa-apa
"Prince Albert Hilden Calester..." pria yang disebut nama lengkap nya itu hampir saja terjerembab kaget kala tiba-tiba tangan hangat Petra mengusap pelan sebelah bahu nya yang dilapisi bantalan tipis dengan benang-benang wol menjuntai di bagian pinggir
Albert si tukang jengah, menyadari kehadiran Petra seketika itu pula perasaan nya semakin memburuk. Tiga hari sudah Mighael datang berkunjung ke istana nya--ralat, istana Calester. Dan tiga hari itu pula Petra selalu mengusik hidup nya dengan segala tingkah seakan ia turut prihatin pada nasib yang menimpa Abigail. Tentu saja Albert tidak suka, melihat bagaimana Petra memasang wajah nya yang dibuat se-manis mungkin, berani bertaruh kalau wajah Petra akan tetap terlihat manis tanpa liuk-liuk palsu terukir disana. Seperti kata pepatah, menjadi diri sendiri lebih baik
"Ada urusan apa lagi?" Tanya Albert dengan nada ter-sinis yang pernah ia ucapkan, berharap Petra kualahan dan memilih meringkuk di dalam ranjang empuk yang disediakan Calester secara hormat khusus untuknya
Alih-alih tersinggung, gadis berambut perak itu justru tersenyum lantas menahan bagian belakang gaun nya dan duduk santai begitu saja di samping Albert. Membuat pria itu sedikit terkejut sekaligus kesal dan akhirnya Albert perlu menggeser bokong nya sedikit untuk menjaga jarak dari putri Mighael itu. "Disini dingin, ya?"
Demi Zura--si merpati pengantar surat Calester, Albert benar-benar ingin mengeluarkan isi perut nya tepat di wajah Petra saat ini juga. Bagaimana bisa wajah nya yang cantik itu berbeda jauh dengan perilakunya yang amat sangat menyebalkan begini? Well, tentu saja menyebalkan hanya bagi Albert. Lalu, pria itu menghembuskan nafas nya sebal hingga keluar asap putih yang berbaur dengan nafasnya. "Memang dingin, maka dari itu masuklah ke istana dan hangatkan dirimu bersama 2 adikmu itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong Enemy
AdventureAku pernah bertanya pada seseorang. "Apa itu rindu?" Lalu tanpa menjawab, air mata jatuh mengalir deras pada pipinya. Aku tersentak. Rindu, seperti itukah? . Highest Rank #5 in Adventure [27 Des 16] Old Cover By : Bieberslaycx and Badgal97