13. Truth

824 92 8
                                    

"Dia tewas dua hari lalu,"

Aneh kalau Abigail tidak terkejut setengah mati setelah mendengar penuturan Justin yang sukses membuat dada nya menjadi sesak seketika. Gadis itu terperangah dalam keterkejutan nya seraya menggelengkan kepala, mencari kata-kata yang sekiranya bisa ia jadikan respon namun lidahnya kelu dan yang ia lakukan hanya membuka mulut tanpa suara. Menyadari Abigail yang shock, Justin menghela napas. Merutuki diri nya sendiri karena sudah memberi tau fakta bahwa Jenneth sudah meninggal pada gadis yang baru sadar dari tidur panjang nya selama tujuh hari ini. Gila, bahkan Justin akan melupakan segala apa yang pernah terjadi di dalam kehidupan nya jika gadis itu benar-benar tidak bisa sadar lagi.

"Bukan masalah, Abby. I'll be here, remember the promise? I will protect you, always. And dont give me that face, seriously I dont like it." Justin mendekat, membelai helaian rambut Abigail perlahan dengan jemari nya yang panjang. Seperti dikomando, otot Abigail yang sempat menegang langsung lemas begitu saja meski sentuhan Justin tidak seberapa. Hanya saja, cukup melihat dua iris hazel itu memandang nya lembut, Abigail seakan lupa, lupa kalau dia adalah manusia yang menapak di bumi. Karna sorot mata Justin yang selembut sutera sudah cukup membuat gadis itu melayang tinggi-tinggi. Rasa tenang, aman, nyaman yang bercampur aduk dalam satu perasaan kini menjalar di sekujur tubuh Abigail. Sesuatu yang baru pertama ia rasakan sepanjang eksistensi nya.

Abigail berdecak, menepis lengan kekar Justin dengan lembut untuk menjauh dari puncak kepala nya. Padahal, dia sangat nyaman dalam posisi itu. Hanya saja masih ada sesuatu yang lebih penting ketimbang bermesraan ria, bukan? "Ini masalah, tidak seharusnya kau bilang ini baik-baik saja."

"Baiklah, terserah apa katamu. Tapi, aku ingin menanyakan sesuatu." nada bicara Justin yang mulanya pelan kini terdengar lebih keras dan serius dari sebelumnya.

"Aku akan jawab kalau aku bisa,"

"Harus bisa."

Abigail mengangguk terpatah, mulai khawatir jika Justin menanyakan sesuatu yang tidak-tidak padanya.

"Kenapa saat pertama melihatmu, dia bilang 'Lady Abigail?' siapa kau sampai disebut lady, Green? Apa aku melewatkan sesuatu?" Justin menarik napas. "Pernahkah aku bicara padamu soal aku membenci seorang pembohong?"

Sesuai dugaan, pertanyaan Justin berhasil membuat detak jantung Abigail berhenti saat ini juga. Tidak, Justin tidak boleh tau jati diri nya yang sebenarnya. Apa yang akan dilakukan oleh Elderittuo jika gadis itu menyebarkan identitas aslinya? Bisa-bisa Abigail sungguhan ditendang keluar istana. Oh astaga, bagaimana bisa Jenneth menyebut Abigail dengan sebutan lady sementara jelas-jelas ia melihat Justin yang notabene nya adalah orang asing? Sial. Sekali lagi Abigail bukan gadis yang dididik menjadi seorang pembohong. Dan kenapa Justin selalu berhasil membuatnya menjadi dipojokkan? Pria itu terlalu ahli, dan Abigail tidak suka yang satu itu.

"Soal itu..."

Suara deritan pintu yang nyaring mengundang tolehan kepala Justin dan Abigail bersamaan. Gadis itu bernapas lega saat melihat Eleanor bersama dua ballbo yang bersembunyi di balik kaki nya melangkah masuk. Melihat air wajah Justin yang kurang suka, gadis berambut coklat menyala itu menampilkan cengiran kikuk. Menggaruk tengkuknya sendiri lantas mencoba mengatur polah nya agar terkesan biasa saja. "Kalau aku mengganggu, aku akan-"

"Sama sekali tidak mengganggu," Abigail menukas dengan cepat bersamaan ketika Justin langsung memberikan delikan tajam pada gadis itu seakan tatapan matanya yang sadis itu mengatakan semua-belum-berakhir-Abigail

Eleanor mengangguk patuh, berjalan mendekat bersama Dudu dan Tutu yang masih malu menunjukkan wajah mereka di depan Abigail. Justin berdiri dari kursi nya yang tua lantas memberikan kesempatan adik nya untuk duduk disana. Eleanor tidak perlu repot-repot untuk berterimakasih, gadis dengan lensa coklat madu itu segera duduk dan membiarkan dua ballbo itu melompat ke atas pangkuan nya.

Wrong EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang