One year later
.
Calester Temple. 6 Maret 996.
"Ah, ya. Kau benar sekali. Kau pasti lelah setelah harus menyelesaikan pekerjaan berat di benua sebrang sampai lebih dari setahun lamanya." Pria setengah baya, dengan kumis dan janggut tipis yang merambat rapih di bawah hidung serta rahangnya itu tersenyum penuh hormat memandangi seorang pria yang kini tengah duduk berselonjor di atas kursi panjang yang terbuat dari kayu mahoni pilihan. Pria itu adalah Saazbaum, ayah kandung Slaine Troyard, alias penasihat Kerajaan Selatan baru setelah wafatnya Gilgamesh. Pria itu duduk bersimpuh di hadapan Justin yang sedang sibuk melirik-melirik asal pada tumpukan lembaran undangan dari berbagai tempat bangsawan yang berbeda.
Seorang raja yang muda, tampan, pandai bela diri, bisa melakukan berbagai macam jenis sihir yang menakjubkan, dan kini sendiri menduduki singgasana tanpa seorang permaisuri. Bangsawan mana yang tidak tertarik dengan sosok Justin Bieber Evander? Pria yang amat disegani. Ratu-ratu yang tak kunjung menikah, raja-raja tua bangka yang tak memiliki anak laki-laki saling berebut untuk menarik perhatian pria yang saat ini menggenggam dua kubu Thandeus dalam kepalan tangannya tersebut. Selatan dan Utara. Dua arah mata angin itu berada dalam kekuasaan Justin sepenuhnya. Dua hari setelah wafatnya Gilgamesh, Justin mendapat tugas dari benua sebrang untuk mengalahkan pasukan penjajah yang menyerang. Hadiahnya bukan sekedar karungan emas atau bongkahan berlian, melainkan sebuah Istana besar dimana di bawah tanahnya terdapat banyak sekali emas batangan yang diberikan pada Justin sesaat setelah Justin berhasil mengalahkan para penjajah itu.
Semudah membalikkan telapak tangan, ribuan penjajah kalah telak hanya dalam satu malam. Justin berhasil, raja dari benua sebrang sangat senang dan berterimakasih, bahkan memaksa puterinya untuk menikahi Justin. Tapi pria itu hanya tersenyum dan menolak dengan lembut. Ia tidak menerima Istana besar itu, ia hanya menerima berton-ton emas dari dalam sana. Itu sudah cukup, bahkan lebih dari cukup. Kemudian, sehari setelah urusan Justin di sana selesai, ia mendapat panggilan dari negara yang berbeda, masih di benua yang sama. Benua sebrang.
Selalu begitu sampai Justin tak sempat kembali ke Thandeus. Justin sangat dibutuhkan dunia, ia dipanggil kesana-kemari dan selalu berhasil menyelesaikan dengan mudah. Setahun berlalu, Justin kembali. Ia hampir lupa bahwa ia belum melakukan satu kewajiban yang luar biasa penting. Pria itu datang dengan geram, dan membentak siapapun yang berani menatapnya kagum atau sekedar menyapa.
"Mengapa kalian belum membunuh keparat itu?!" adalah satu-satunya pertanyaan yang Justin ucapkan setiap ada prajurit yang sekedar membungkuk ke arahnya.
Tapi itu bukan masalah besar, karena prajurit Calester sudah melaksanakan tugas dengan benar. Jauh lebih baik dari yang Justin harapkan. Selama setahun lamanya, Taylor disiksa habis-habisan. Setahun penuh siksa dunia yang luar biasa keras hingga Taylor akan sangat bahagia jika dia cepat-cepat dibunuh saja. Tapi tidak ada yang mau membunuhnya, semua orang menunggu kepulangan Justin. Dan disinilah Justin, kembali dengan kekuatan yang berkali-kali lipat lebih besar dibanding sebelumnya.
"Besok aku akan melakukannya."
Saazbaum mengulum senyum. Matanya yang sipit terlihat teduh, ekor matanya mengkerut seiring usianya yang menua. "Kau harus beristirahat lebih dulu, Your Excellency."
"Tidak, Saazbaum. Taylor terlalu beruntung karena bisa bernafas selama setahun belakangan. Bermain gelap dengan isteriku adalah kesalahan paling besar dalam hidupnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong Enemy
AdventureAku pernah bertanya pada seseorang. "Apa itu rindu?" Lalu tanpa menjawab, air mata jatuh mengalir deras pada pipinya. Aku tersentak. Rindu, seperti itukah? . Highest Rank #5 in Adventure [27 Des 16] Old Cover By : Bieberslaycx and Badgal97