Abigail duduk di tepian ranjang. Membuka ikatan kain pada pergelangan tangan kiri nya lantas memandang garis tipis hitam itu lekat-lekat. Jadi, apa luka di tangan nya ini bukan sekedar luka? Maksudnya, garis hitam itu terlihat lebih jelas sekarang. Meski tetap saja, Abigail tidak dapat mengetahui garis-garis itu membentuk pola apa. Dan lamunan nya terbuyarkan oleh suara derit pintu yang sukses membuat bahu gadis itu mengejang dua detik. Abigail kembali mengikatkan robekan kain pada pergelangan tangan nya sebelum Justin sadar. Gadis itu menarik nafas, berusaha terlihat rileks meski pada akhirnya dia justru terlihat kikuk. Justin memagutkan alis nya, memandang skeptik pada Abigail lantas meraih kursi renta yang kini ia duduki.
"Kapan kita akan kembali melakukan perjalanan?"
Abigail terdiam. Gadis itu menarik nafas dalam-dalam. Perjalanan? Perjalanan kemana? Jenneth tidak memberitau apapun mengenai jalan yang harus ia tempuh untuk mengetahui jati diri nya yang asli. Abigail menggeleng, mengundang kerutan pada dahi Justin semakin mengeras. "Kenapa?"
Abigail menggeleng lagi, "Ayolah, seingatku mulut mu itu masih bisa bicara, Green."
"Aku tidak tau," suara nya terdengar seperti lirihan. Iris hijau yang serupa zamrud itu masih menusuk pandangan pada kaki nya yang telanjang. Belum berani memandang kedua permata coklat madu milik Justin karna itu akan membuat jantung nya kembali berdegup kencang. Apalagi, setelah perihal pengakuan cinta secara terang-terangan kemarin, Abigail jadi semakin gugup untuk beradu pandang dengan mata Justin yang dapat menghanyutkan angan nya dalam sekali tatapan.
"Kenapa?" Justin bertanya lagi. Setelah itu ia menghembuskan nafas asal, "Jangan mengalihkan pandangan dari lawan bicaramu," jemari Justin menarik ujung dagu Abigail dengan gerakan cepat. Secara harfiah, Abigail menoleh dan seakan ada petir dari sorot mata Justin yang kini sukses membuat perasaan nya hangus seketika. Benar kan, warna mata yang serupa lelehan madu itu terlalu indah.
Berusaha terlihat normal, Abigail menegak ludah nya yang tiba-tiba terasa pahit. Meski kepala nya sudah lurus dengan arah pandang Justin, namun kedua iris hijau itu terus saja bergerak seolah mereka ingin berlari keluar dari mata Abigail. Justin melenguh frustasi dan melepaskan pagutan nya. "Baiklah, aku tau kau terpesona, kan? Babe?"
Abigail membulatkan mata nya lebar-lebar, memberikan pelototan tertajam yang ia punya. "Do not babe-ing me, stupid witch."
Justin tertawa renyah, "Apa maksudmu handsome witch?"
"Hentikan, Bieber."
"Oke," Justin mengedikkan bahu. Dan detik itu juga suara decitan pintu yang begitu ngilu kembali terdengar. Menampilkan sosok Eleanor yang membawa keranjang pakaian berukuran sedang di depan perutnya. Dudu dan Tutu duduk manis di atas tumpukan pakaian juga handuk di dalam nya. Dan mereka hanya terbalut jubah mandi berukuran mini, jubah mandi yang semalam Justin buatkan untuk mereka. Eleanor melempar sebuah cengiran bodoh, entah kenapa gadis berambut coklat menyala itu jadi sering bersikap kikuk sekarang.
"Aku… mengganggu lagi?" Abigail menggeleng cepat bersamaan saat Justin mengangguk pasrah. Mereka kembali beradu pandang, Abigail mendelik dan Justin hanya menatap Abigail sendu. Membuat Eleanor mengukir senyum tipis melihat nya, kakak yang selama ini selalu bersama nya di istana kini sudah benar-benar jatuh cinta. Pada gadis antah berantah yang bahkan tidak diketahui asal-usulnya.
"Abby, aku menemukan sungai yang tidak beku di belakang kebun. Kita bisa membersihkan diri disana,"
"Aku boleh ikut?" Justin beranjak berdiri, membersihkan debu yang menempel pada sekitar pakaian nya seolah pria itu hendak pergi menuju acara besar. Lagi-lagi Abigail melenguh sebal, gadis itu ikut beranjak berdiri dengan menggunakan pundak Justin sebagai tumpuan nya. Dan tentu saja, bokong Justin kembali mencumbu kursi peot saat Abigail berhasil berdiri. Pria itu memaki kecil, sementara Abigail berjalan tak perduli meninggalkan Justin yang sibuk merutuk sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong Enemy
AventurăAku pernah bertanya pada seseorang. "Apa itu rindu?" Lalu tanpa menjawab, air mata jatuh mengalir deras pada pipinya. Aku tersentak. Rindu, seperti itukah? . Highest Rank #5 in Adventure [27 Des 16] Old Cover By : Bieberslaycx and Badgal97