[III] 6. Journey

550 64 14
                                    

(Pagi, Orang baru, Berangkat)

.

.

[][][]




995SM

Malam itu, ketika rakyat Thandeus sedang terlelap di alam mimpi mereka, sesuatu yang besar terjadi di Daerah terpencil yang berada di dekat Tanah Utara. Desa Howzer dibumi hanguskan oleh Bangsa Evander. Kastil Howzer yang terkenal kokoh dan kuat hanya terlihat seperti debu yang berterbangan. Api berkobar dimana-mana, yang mana pada dasarnya hanya api-lah yang mampu membuat Klan terkuat itu binasa. Klan Howzer yang terkuat, namun jumlah mereka hanya se-per delapan dari Rakyat Utara. Mereka berlarian, berteriak meminta bantuan, menggendong bayi kecil sambil berterbangan menggunakan sayap hitam seperti dewa. Namun tetap saja, mereka kalah jumlah.

"Vivian!" Pria dengan rambut hitam segelap malam itu menarik sebelah tangan Vivian, membuat wanita itu tersungkur bertepatan dengan puing-puing yang menimpa tempat dimana ia berdiri tadi. Vivian menatap pria itu dengan sendu, mata pria yang hitam kemerah-merahan itu nampak membara dengan gradasi oranye dari api yang berkobar dimana-mana.

Melihat gadis yang ia cintai baik-baik saja, pria bernama Gilthunder itu memeluk Vivian, menariknya dalam sebuah dekapan yang nyaman dan menenangkan. Jemari Gil membelai lembut helaian rambut Vivian dengan dagu yang bertengger pada puncak kepalanya. "Maafkan aku, seharusnya kau tidak ada disini. Aku tolol karena sudah mengajakmu berkunjung ke rumah malam ini. Maafkan aku, maafkan aku."

"Kau tidak bodoh, kau tidak salah. Tidak ada yang tau bahwa Penyihir sialan itu akan menyerang Klan Howzer malam ini. Mereka... mereka benar-benar terkutuk."

Tepat setelah berkata begitu, Vivian tak lagi berada di dalam dekapan Gil. Gadis itu tersentak, melotot tak percaya ketika pria-pria berzirah besi dengan emblem Evander menarik Gil kuat-kuat, menahan kedua lengan pria itu hingga pelukan hangat mereka terlepas satu sama lain. Gil meronta, berusaha berontak dengan menghentakkan tangan dan kakinya, namun apalahdaya tiga lawan satu tidak akan membuahkan hasil yang sempurna. Vivian berteriak, menggapai angin, memohon agar mereka melepaskan Gil. Prajurit-prajurit itu tak bergeming. Alih-alih menghantamkan tubuh Gil ke permukaan tanah dengan kuat, kemudian salah satu dari mereka yang biadab menginjak wajah Gil yang jatuh di tanah. Menggesekkan permukaan kasar alas kakinya tanpa peduli Gil yang terus berteriak kesakitan.

"Jangan lakukan itu!" Vivian berteriak kuat sembari menggenggam erat syal bewarna putih susu yang pagi tadi baru saja Gil berikan untuknya. Air mata Vivian berjatuhan, berkejaran pada pipinya yang kemerahan. Gadis itu terisak, lantas berlari mendekat ketika prajurit lain justru menahannya. Mengangkat tubuh mungil Vivian hingga gadis itu tak lagi menapak di tanah. Ia digendong, dan pria itu berjalan membawa pergi Vivian.

Vivian berteriak histeris dan meronta mati-matian ketika salah satu prajurit tadi mengeluarkan api yang begitu besar dari tangannya. Saat itu, Vivian merasa dunianya berjalan begitu lambat. Seolah satu detik berlalu begitu lama. Ia melihat, mengingat dengan jelas ketika kobaran api itu jatuh, menelan tubuh Gil hidup-hidup. Vivian masih melihat meski tubuhnya berjalan menjauh ketika api itu menyiksa Gil, membuat Gil berguling kesakitan sambil berteriak minta tolong. Vivian mengingatnya, sangat ingat. Ia ingat bahwa itu adalah hari yang paling buruk untuknya. Dan ia sudah bersumpah untuk membuat keturunan Evander kelak menderita.



[][][]



"Jadi begitu," Abigail menghela nafasnya dengan mata terpejam. Berat rasanya mengetahui fakta lain yang baru ia ketahui sekarang. Bersahut-sahutan, sambung-menyambung dengan kepingan-kepingan cerita sebelumnya. Jadi Gowther itu benar-benar vampire, pria dengan iris merah menyala serupa srigala yang sedang mencari mangsa itu benar-benar makhluk legendaris yang telah dinyatakan musnah seribu tahun lalu. Tentu hal ini membuat perempuan berambut coklat gelap itu merasa cemas dan khawatir, bagaimana mungkin makhluk menyeramkan seperti vampire justru jatuh cinta padanya? Itu gawat. Itu sebabnya Justin terlihat frustasi sejak tadi, dia kehabisan cara untuk membuat Gowther berhenti mencintai isterinya.

Wrong EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang