5. Dejavu

1K 102 15
                                    

"Aku sedang tidak ingin diganggu, Hemmings." Eleanor berujar tanpa berbalik. Gadis berambut coklat menyala itu hanya menghadap jendela pada kamar nya yang cukup besar hingga bisa meng-ekspos taman indah di bawah sana. Hemmings membenamkan bibirnya dalam satu garis, lalu kembali mendekat menuju gadis itu, kali ini ia menyentuh sebelah pundak Eleanor yang sontak saja membuat Eleanor jengah hingga langsung menyengat Hemmings lewat sengatan listriknya dengan tegangan rendah. Namun cukup membuat Hemmings mendesah berat seraya mengipas-ngipas telapak tangan nya yang masih terasa kebas

"Kau mengerti aku sedang tidak ingin diganggu, kan?" Tanya Eleanor sambil menekan kalimat yang sudah ia ucapkan sebelumnya

"Aku," Hemmings menarik nafas sebelum bicara. Berbicara dengan gadis keras kepala seperti Eleanor memang bukan ide yang baik. "Aku jauh-jauh kesini hanya untuk membantumu, Elle. Membantu kerajaanmu melawan Calester,"

Eleanor mendelik tajam pada Hemmings yang kini memasang wajah melas. Membuat Eleanor semakin membenci setiap inci wajah itu dan ingin segera menyiram nya dengan api di dalam perut gunung Ballbo. Gunung berapi yang hanya dihuni oleh para ballbo, ballbo artinya kecil dan baik hati dalam bahasa yunani. Ya, kaum ballbo adalah sekumpulan kurcaci kecil yang baik--itu dulu. Sekarang kurcaci itu sangat nakal dan kerap kali menjahili orang-orang yang mengunjungi habitat nya

"Apa aku pernah bilang membutuhkan bantuanmu? Dengar, Calester hanya akan bertarung dengan Evander. Bukan Frankestein," Ujar Eleanor tajam. Detik selanjutnya gadis itu berlalu keluar kamar nya yang begitu luas dengan sentuhan terakhir yakni membanting pintu keras-keras dan berharap Hemmings akan mati jantungan mendengarnya

***

"Tidak mungkin, Jordan. Demi tanah suci Thandeus! Apa yang sudah kita lakukan?!"

"M-maafkan aku, Elderittuo. Aku... aku benar-benar tidak sengaja,"

"Maaf tidak akan mengubah segalanya! Semua sudah terjadi dan apa yang akan orang bilang jika tiba-tiba aku melahirkan seorang anak bermata hazel sepertimu! Aku memiliki mata hijau dan Gilgamesh abu-abu, habislah jika dia mewarisi ciri-cirimu Jordan!"

"Lalu apa? Kau akan terus menyalahkanku? Demi empat kerajaan Thandeus Elderittuo! Semua amarahmu tidak akan memutar fakta kalau kau mengandung anakku! Anak kita!"

"Ya! Dan kau fikir apa yang akan Calester lakukan setelah aku melahirkan gadis atau pria bermata coklat dengan tanda lahir bintang dalam lingkaran?"

"Aku... tidak tau."

"Memang, dan kau tidak akan mau tau! Lihat sembilan bulan lagi raja dari Evander dan ratu dari Calester akan diasingkan dari Thandeus!"

"Santai, Elderittuo! Masih ada cara! Masih,"

"Baik katakan padaku apa cara itu dan aku akan segera melakukan nya!"

"Gugurkan dia, Elderittuo."

"Baiklah."

***

"Aku tidak berbohong." Sergah Abigail berusaha membela diri, suranya terdengar bergetar menyadari kebohongan tolol yang sudah ia buat sendiri

"Kau terlalu banyak tanya, witch. Sekarang perkenalkan dirimu!" ya, hanya itu yang bisa dikatakan Abigail untuk mengalihkan pembicaraan yang sedari tadi selalu memojokkan nya. Dari awal, Abigail bukan juru bicara atau pembohong ulung. Bagaimanapun, dia hidup 20 tahun sebagai puteri mahkota

Wrong EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang