[III] 2. Heleanor

607 73 19
                                    

[][][]

Ketika matanya terbuka, mereka berdua telah tiba di hadapan gerbang maha besar yang membentang tak terjangkau dalam pandangan mengelilingi sebuah Istana megah bewarna putih di dalam sana. Pars, ini satu-satunya Istana di Pars. Istananya lebih besar dari milik Thandeus, dan tidak semua manusia biasa mampu melangkah masuk ke dalam dengan leluasa. Pintu gerbang ini hanya dapat dibuka oleh mantra sihir, dan di dalam sana sangat aman karna sihir Vivian memang terlampau kuat. Menurut catatan sejarah, Vivian masih memegang gelar penyihir terkuat di dunia sampai detik ini. Dalam arti lain, puluhan kali lipat lebih kuat dari Erestein, Abigail, maupun Justin.

Jangan kaget, wanita yang selama ini mengaku berusia 24 itu sebenarnya sudah hidup selama ratusan tahun. Bahkan ketika perang terakhir--sebelum perang setahun lalu--pun, ia telah lahir di Pars dengan kekuatan sihir yang melimpah. Pada saat Ibunya berada di ambang kematian ketika Vivian baru dilahirkan, bayi kecil Vivian dikelilingi oleh puluhan penyihir terkuat pada saat itu. Penyihir terkuat dari seluruh penjuru dunia. Thandeus, Pars, Ecbatana, dan banyak lagi daerah yang mengirimkan penyihir terkuat mereka untuk menyelamatkan Vivian. Mengapa? Karna pada saat itu dunia masih bersahabat, masih dalam satu kepemimpinan yang mana pemimpinnya adalah Ayah Vivian sendiri. Lantas, mereka semua membuat Vivian menjadi kuat sejak dini karena Vivian satu-satunya penerus di Pars. Seharusnya Vivian telah menikah sejak dulu, memiliki anak kemudian anak tersebut menggantikan jabatannya. Namun ia selama ini belum pernah menemukan yang tepat.

Ralat, ia telah menemukannya. Dan pria itu adalah Alex.

Kembali menengok pada Justin dan Abigail yang kini tengah memandang takjub pada Istana megah di hadapan mereka. Senyum lebar mengembang pada bibir tipis Abigail, matanya dipenuhi dengan binar. Ia belum pernah masuk ke dalam Istana ini. Empat tahun yang lalu, Veera -adik angkat Vivian- memang pernah berkunjung ke Istana Calester dalam rangka memenuhi undangan makan malam bersama. Dan pada saat itu, Abigail dengan mudahnya dapat akrab sampai-sampai mereka sering berkomunikasi lewat surat. Veera seumur dengannya. Cantik dengan mata biru menyala. Abigail menyayangi wanita itu entah karena alasan apa. Nyaman, mungkin? Yang jelas Abigail menyayanginya. Veera juga sering membuatkan gaun cantik untuk Abigail, itu sebabnya Abigail selalu terlihat mencolok ketika ada pesta-pesta kerajaan, meski pada saat itu tidak ada satupun tamu yang tau bahwa Abigail adalah Puteri Calester.

Dan setelah tragedi ditendangnya Abigail dari Istana dua tahun lalu, gadis itu sudah tak lagi berhubungan dengan Veera. Oleh karenanya, Abigail datang kesini untuk sekadar reuni kecil sekaligus memesan gaun indah untuk dipakai lusa. Catatan tambahan, Veera membuat gaun menggunakan sihir. Itu sebabnya gadis itu mampu membuat gaun dalam sekejap mata.

"Bagaimana cara masuknya?" Abigail bertanya setelah bermenit-menit dilalui dengan kekaguman yang sunyi. Pria di sebelahnya menoleh, terkekeh kecil melihat raut wajah Abigail yang entah bagaimana menjadi sebegitu menggemaskannya kali ini. Justin mencubit pipi isterinya sebentar, tak urung membuat Abigail berdecak heboh mengeluarkan caci maki tak terima. Namun lagi-lagi Justin hanya tertawa.

"Biar aku yang membukanya," Justin melangkah kedepan. Mencari-cari garis tak kasat mata yang membentuk pola Pars di tengah-tengah gerbang. Pola itu hanya dapat dilihat oleh penyihir. Dan Abigail dapat melihatnya. Wanita itu hanya menonton dari belakang ketika ujung kulit telunjuk Justin bergerak mengikuti pola itu, membuat warna polanya berubah menjadi kuning emas yang mengeluarkan cahaya cerah. Mata hijau Abigail kembali berbinar dengan takjub. Lantas, pintu gerbang maha besar itu bergeser dengan suara getaran yang cukup keras, pintunya tertarik berlawanan arah dengan lambat menampilkan siluet Istana megah di dalam yang berdiri kokoh memebentang.

"Wow," Abigail takjub bersuara datar. Gadis itu berjalan kedepan, berhenti pada sisi Justin lalu menyapu pandang ke seluruh penjuru Istana. Pria di sebelahnya memutar mata.

Wrong EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang