20. Dont Leave [Ending]

921 94 13
                                    


What are you doing? Idiot!!

*

Justin membelakakan mata nya. Jantung nya seakan berhenti berdetak ketika sepasang lensa hazel nya menangkap mata pedang milik Abigail bergerak cepat tepat menuju wajah nya. Secara reflek pria itu memejamkan mata nya, dan sungguh, ia sama sekali tidak marah jika ternyata Abigail benar-benar membunuh nya. Mati berdua terdengar jauh lebih baik ketimbang ia harus menjalani hidup tanpa Abigail. Namun Justin tidak merasakan apa-apa, pria itu justru mendengar deru nafas Abigail yang semakin terengah, seolah ruh nya sudah siap keluar dari sela-sela bibir nya yang dilumuri darah. Justin membuka kelopak mata nya perlahan, dan kembali tersentak kala ia melihat pedang besar Abigail berada tepat di samping wajah nya. Bertengger di atas bahu nya. Dan ketika pria itu menoleh ke belakang, Justin melihat salah satu prajurit Calester jatuh terkapar bersamaan dengan pedang Abigail yang menancap pada dada prajurit itu. Justin meringis, iris coklat madu nya kembali memandang Abigail yang sekarang justru tengah tersenyum manis. Mata nya mulai menyipit, dan bersamaan ketika tubuh nya terangkat ke atas--gadis itu melemas. Genggaman tangan nya pada Justin terlepas. Telapak tangan nya jatuh perlahan di atas permukaan tanah ketika Justin masih melotot tak percaya hingga air mata nya kembali berjatuhan dengan deras. Justin menunduk, membiarkan bahu nya terguncang akibat isakan nya yang membahana.

--

"Oh, jujur saja-nona. Kau terlalu cantik untuk ku bunuh," Albert berujar begitu setelah ia berhasil menjatuhkan helm perang Eleanor. Pria itu maju dengan kuda nya. Menebaskan pedang nya pada Eleanor yang gagal ia tangkis. Pedang milik Albert akan segera mendarat pada tubuh Eleanor kalau saja Hemmings tidak melindungi gadis itu dengan gerakan tiba-tiba. Terjadi adu pedang antara Albert dan Hemmings cukup lama. Sampai tiba-tiba Eleanor menangkap isak tangis yang terdengar begitu pilu mengaung di dalam kepala nya. Gadis itu tersentak,

Ini suara Justin.

Eleanor langsung membulatkan mata nya. Tanpa peduli lagi akan keributan yang dibuat oleh Hemmings dan Albert.

"Jika kau menyakiti Eleanor, itu berarti kau menyerahkan kepalamu sendiri padaku, Calester."

Albert tersentak. "Oh? Jadi dia yang tadi nya dijodohkan denganku? Wah, sayang sekali perjodohan ini dibatalkan." Albert masih menangkis serangan demi serangan yang dikirim Hemmings. "Padahal, bayangkan ada berapa malam indah jika dia benar-benar menjadi isteriku."

"Tutup mulut mu, keparat!" kali ini sabetan pedang Hemmings berhasil mengenai bagian dada Albert. Namun karna pria bermata hijau itu sudah mundur lebih dulu, hanya zirah nya lah yang tergores. Sementara tubuh nya baik-baik saja di dalam zirah. Albert menyunggingkan senyum puas. "Sampai kapan kau akan mencoba melukai ku dengan tebasan pedang rendahan macam itu, hm?"

Albert menyeringai. Dalam sekali ayunan, pria itu berhasil membuat pedang yang berada pada genggaman Hemmings terlepas. Pedang itu sempat berputar di udara sebelum akhirnya menancap ke atas tanah. Peluh dingin mulai membanjiri kening Hemmings, pria itu semakin gemetar ketakutan ketika Albert menebas kuda yang ia tunggangi. Sontak saja kuda itu menjerit kesakitan sebelum akhirnya terkapar di tanah sambil mengejang. Hemmings berhasil melompat sebelum kuda itu terjatuh. Ia segera berbalik, hendak mengambil pedang nya kembali namun punggung nya terasa begitu perih saat itu juga. Dan ia merasakan cairan hangat keluar dari ujung punggung atas nya sampai ke pinggang. Albert baru saja menebas nya, namun seperti nya pria itu tidak berniat membunuh nya. Satu hal yang Hemmings tau, luka yang dibuat Albert tidak terlalu dalam. Pria itu masih bisa mendapat kesempatan untuk selamat jika saja ada tim medis disini. Namun sayang, semua berubah gelap sebelum ia sempat pergi menepi. Dan ketika kesadaran nya mulai memudar, Hemmings masih dapat mendengar sesuatu.

Wrong EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang