Wrong Enemy

9. Happy New Year

Malam.

Selalu begitu. Malam selalu menyapa dan arti lain nya adalah suhu sekitar semakin merendah. Well, perlu diakui di tanah barat ini memang tidak se-dingin bagian tanah yang lain. Hanya saja, bisakah matahari kembali bersinar dan membuat salju-salju sialan ini mencair? Baiklah, kalau saat itu terjadi… tandanya perang pun di mulai. Tujuan Justin berada disini mula nya karna ia ingin mencari tau cara menghentikan perang, bukan? Lalu, kenapa sekarang justru ia dan adiknya kesini untuk mencari tau siapa gadis pencuri ini? Kenapa justru mereka melupakan tujuan awal mereka dan jauh lebih tertarik untuk menguak fakta siapa sebenarnya Abigail Roswaal? Sama halnya dengan mereka berdua, Abigail pun begitu. Abigail menjalani masa hukuman nya di luar istana sebenarnya untuk ikut mencari tau bagaimana cara perang dihentikan, atau minimalnya memiliki satu kepala anggota Evander. Tapi, seiring datang nya kejadian-kejadian aneh yang menimpa dirinya sejak gadis itu berusia 20, Abigail seakan lupa akan segalanya. Yang ia fikirkan sekarang hanyalah siapa dia dan anak siapa? Tidak lucu jika ternyata gadis itu bukan putri Calester. Tapi, dalam sejarah manapun tak ada keturunan selatan yang mampu mengendalikan sihir, kan

"Apa masih jauh?" suara itu, yang bisa melembut dan meninggi di saat-saat tertentu. Eleanor ikut menjatuhkan bokong nya perlahan di samping tubuh Abigail yang masih setia memeluk lututnya seraya memandangi lidah api yang berkobar hebat. Justin nampak pulas di sebelah nya, tas berisi busur panah milik Abigail ia jadikan bantalan karna Justin masih waras untuk tidak ingin beku di atas permukaan salju yang dingin

Abigail menghela napas nya, "aku rasa begitu. Rumah nya berada di ujung hutan ini,"

Eleanor hanya melengkungkan kedua alis nya ke atas seraya mengangguk. Lantas memandangi lidah api seperti yang dilakukan Abigail. Mencari sumber kehangatan agar tubuhnya yang seputih kapas tidak terlalu pucat seperti kakak laki-lakinya yang sekarang sudah seperti mayat hidup saja. "Err… apa dia tidak bisa melakukan teleportasi saja untuk langsung sampai ke penghujung hutan? Aku rasa hutan ini dua kali lebih luas dari hutan di selatan saat kita pertama bertemu. Aku, aku takut bertemu agenor itu lagi. Aku takut apa yang ada di bayangan ku menjadi nyata." bayangan. Ya, bagaimana bisa Eleanor baru ingat perihal dejavu yang di alami Abigail? Kenapa dia bisa melakukan hal yang sama seperti Justin? Aneh. Bahkan Jessica dan Eleanor punya kekuatan masing-masing dan tak ada yang bisa memiliki kemampuan semacam ini selain Justin. Dan siapasih Abigail ini? Terlalu mustahil bagi pengembara biasa dari selatan yang sudah beberapa kali melalukan gerakan sihir di luar kepala

"Setahuku, teleportasi bisa dilakukan dengan cara membayangkan tempat tujuan nya. Dan aku rasa Justin tidak mempunyai gambaran soal ujung hutan," Eleanor perlu ber-alibi sedikit pada kata pertama nya yakni setahuku. Toh, dia bahkan pengguna teleportasi juga

Abigail merengut kecil dan mengangguk pelan, tanpa mengalihkan pandangan dari api nyala yang sukses menghangatkan tubuh nya. "Soal bayangan yang kau maksud, uhm… s-semua penyihir bisa melakukan itu." baiklah, keluar dari istana rupanya sudah bisa membuat seorang puteri raja menjadi pembohong besar

Semua penyihir? Bahkan di dunia ini yang bisa melakukan itu hanya Justin. "Dan kau? Kau pernah mengalami kejadian itu?" Abigail penasaran. Kepalanya menoleh sedikit pada Eleanor di samping nya. Wajah cantik yang nampak bersinar terhempas cahaya api yang belum menunjukkan tanda-tanda mengecil

Terpaksa, Eleanor kembali berbohong dengan mengangguk. "Orang utara menyebutnya dejavu. Suatu kondisi dimana nyawamu sedang dalam bahaya."

Abigail memagutkan kedua alis nya yang tebal. "Tidak," gadis itu menggeleng. "Dalam bay--dejavu ku, yang sedang dalam bahaya adalah Justin. Begitupun kau. Tanganmu putus, dan Justin berada di ambang kematian sementara aku baik-baik saja."