18.

8K 398 0
                                    

" Hallo Olive " ucapnya agak sedikit panik

Tut.tut.tut.

Pak Dimas berdecak kesal ketika mendengar telpon Olive yang terputus. Kenapa ia bisa se'cerobo ini dan ia sekarang telah melukai hatinya Olive.

" Tuhh kan, lo beneran suka sama dia. Lo jangan ngelak lagi deh dim, buktinya lo panik gitu " tuduh perempuan itu diiringi dengan senyuman.

Pak Dimas mengacak Rambutnya frustasi " Entahlah, kepala gue tambah pusing sekarang, Mendingan sekarang lo pergi " ucap pak Dimas lalu mendorong sepupunya, untuk keluar dari kamarnya.

" ehhh, berani-beraninya lo ngusir gue, gue aduin sama Bonyok lo, baru tau rasa " ancam sepupunya

" Bodo amat " jawab pak Dimas lalu menutup pintu.

Setelah berhasil mengusir sepupunya yang super berisik itu, pak Dimas kembali lagi berbaring diranjangnya, ia menatap layar ponselnya dengan pandangan frustasi. Ia bingung harus berbuat apa ,dan ia tahu kalau sekarang Olive sedang menangis, karena ia bisa merasakanya . Eaaaaaa

Pak Dimas lantas menghubungi Olive kembali meskipun ia agak sedikit ragu, setelah beberapa detik menunggu akhirnya pak Dimas mendapatkan jawaban dari Olive.

" Halo " ucap Olive terdengar serak.

Kening pak Dimas mengkerut, suara Olive sedikit berbeda pada saat Olive menelponnya tadi.

" Olive, saya harap kamu.... " ucapan pak Dimas terhenti ketika Olive langsung memotongnya.

" sudalah pak, saya enggak kenapa-napa, dan enggak perlu pak Dimas menjelaskan apa-apa kepada saya, lagian itu juga enggak penting. Saya mau masuk kelas sekarang dan saya harap semoga pak Dimas cepat sembuh " ucap Olive yang berusaha terdengar tegar padahal sebenarnya terluka, susah sekali dalam situasi yang Olive jalani, ia sekarang harus bersikap seperti biasa seolah tak terjadi sesuatu terhadap dirinya.

Olive pun menutup telponnya setelah ia mengucapkan kata-kata itu, ia menatap kedua sahabatnya yang lagi memberikan senyuman manis kepadanya. Ia harus tegar dalam menjalani situasi seperti ini, karena cinta tak selamanya saling memiliki.Olive menghela nafas panjang lalu mengusap air matanya dan berusaha sebisa mungkin ia membalas senyuman kedua sahabatnya itu.

" gue sekarang enggak mau lagi terlalu berharap dengan pak Dimas, dan gue sekarang tersadar, nyokap gue menyekolahkan gue untuk belajar mengejar cita-cita bukannya untuk pacaran. Dan gue yakin ini teguran keras dari Tuhan, kalau gue belum pantas untuk merasakan cinta diumur gue yang masih mudah ini " ujar Olive yang berusaha menyemangati dirinya.

Kedua sahabatnya lantas tersenyum Lebar, ia cukup bangga memiliki sahabat yang kuat seperti Olive. Meskipun mereka tahu, kalau Olive tak sekuat itu.

***

Pak Dimas terdiam, ia sadar kalau ia sekarang benar-benar salah. Pak Dimas beranjak dari ranjangnya dan bersiap untuk berangkat ke sekolah, ia tak memperdulikan lagi badannya yang sakit akibat demam yang ia derita, yang penting ia sekarang pergi kesekolah dulu untuk menemui Olive sekaligus mengajarinya dan meminta maaf atas ucapanya.

*

" woyy, ini bukan waktunya mikirin pak Dimas "

Ucap Nadia sambil melambai-lambai didepan muka Olive yang lagi melamun itu.

Olive memutar bola matanya malas " siapa juga yang mikirin dia " ucapan Olive kali ini adalah Bohong besar, jelas-jelas dari tadi ia kepikiran atas kata-kata pak Dimas.

" terus lo mikirin apa " tanya Dini

" Itu loh, PR Biologi minggu kemarin kan harus dikumpul hari ini "

Dear.  Pak DIMAS ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang