chapter 2

2.5K 118 9
                                    

Sampai di sekolah. Gerbang besar sudah tertutup rapat dengan gembok menggantung di gagang gerbang. Aqira diem sejenak. Ia turun dari sepedanya. Menengok ke dalam sekolah.

Dari dalam pos, keluar seorang bapa - bapa berkumis, berbadan gemuk jalan menghampiri Aqira.

" Pak, buka dong, saya mau masuk " ucap Aqira dengan wajah memelas.

" Maaf neng, bapa ga bisa buka gerbang buat eneng. Bapa harus minta izin dulu ke guru piket " jawab pak satpam.

" Pak, hari ini saya ada ujian. Tolongin sayalah pak. Bapakan baik. Ya? Kitakan udah solmet " mohon Aqira.

" Maaf eneng, bapa ga bisa. Sekali lagi maaf ya " ucap pak satpam.

Aqira menarik nafas pasrah. Ia bersandar digerbang sekolah, sambil menunduk, melipatkan kedua tangannya di dada.

Tak lama, datang Dito dengan mobil sportnya. Aqira yang melihat kehadirannya, langsung buang muka, seperti enggan sekali untuk kembali melihat wajah Dito yang buatnya sial hari pagi ini.

" Pak, buka dong pintunya saya mau masuk nih " ucap Dito sambil berdiri di dalam mobilnya.

" Punya sopan santun ga sih loe? Ngomong sama orang tua tuh pelan - pelan, jangan pake teriak. Orangnya tuh dua langkah di depan elo. Turun dari mobil elo, jangan kaya gitu!! "

" Apaan sih loe, kok elo yang jadi protes. Pak satpamnya aja biasa aja! ''

" Tapi seengganya elo hargain orang tua. Mobil elo juga ga bakalan ilang kali, elo nyamper ke sini juga!! "

Dito turun dari mobil. Ia langsung berjalan mendekati Aqira.  " Nih gue udah ada disini. Stop! Jangan ngomel lagi, gue pusing dengernya "

Aqira mendelikan matanya. Tak lama, guru piket datang menemui mereka. Aqira dan Dito langsung tersenyum.

" Bu, saya boleh masuk ya? " tanya Aqira.

" Kata siapa?! " tanya guru dengan nada sedikit jutek.

Dito yang mendengarnya tertawa. Wajah Aqira langsung cemberut mendengar tawanya Dito.

" Siapa suruh kamu ketawa?! " Tanya guru tegas.

Dito langsung terdiam dengan seketika. Dan kini Aqira yang ketawa.

" Emang enak loe? " bisik Aqira.

" Bu, Aqirakan ga boleh masuk. Berarti kalo saya boleh masuk dong? " ujar Dito.

" Kata siapa? Emangnya saya nyuruh kalian buat masuk? Kalian boleh masuk, asalkan kalian mau beresin wc sekolah sebagai hukuman buat kalian "

Dito dan Aqira saling berpandang. " Dia aja bu " ucap mereka berdua bebarengan.

" Kok elo nunjuk gue? " tanya Dito.

" Ehhh harusnya gue yang nanya kaya gitu " ujar Aqira.

" Ra, elo aja yang bersihin wc, gue bantu doa aja. Muka elokan kaya sikat wc " kata Dito.

" Enak aja elo kalo ngomong. Elo juga salah, elo juga harus kena hukum " ujar Aqira.

" Kok elo jadi nyalahin gue? Elolah yang salah, kalo elo ga cegat mobil gue, ga akan kaya gini jadinya " ucap Dito.

" Ehh kalo elo ga buang sampah sembarangan terus kena jidat gue, gue juga ga bakalan nyegat elo " ucap Aqira ga mau kalah.

" Ya udah intinya elo yang salah "

" Ya elolah "

" Elo.. "

" Elo.. "

" Elo... "

" Stopp... !! "

Aqira dan Dito langsung terdiam mendengar teriakan guru yang sudah tak tahan mendengar celotehan dari mereka.

" Kalian ga cape apa? Udah 3 tahun kalian saling kenal, tapi hobi kalian masih aja sama. Yaudah kalo kalian ga mau bersihin wc. Mending kalian hormat bendera sampe istirahat nanti. Kalo kalian bantah, ibu ga akan segan - segan kasih hukuman tambahan buat kalian
"

" Baik bu.. " jawab Dito dan Aqira bersamaan.

Mau ga mau mereka harus mengikuti perintah dari guru. Mereka hormati bendera berjam - jam. Keringat mul

ngegantung di leher mereka dengan tulisan " KAMI BERJANJI TIDAK AKAN TERLAMBAT LAGI "

-ooo-

Jam istirahat, semua orang langsung memperhatikan mereka berdua sambil tertawa. Dito kesal melihat satu sekolah menertawakannya, tapi gimana lagi, dia tidak bisa berbuat apa - apa.

" Ini semua gara - gara elo tau ga? " ucap Dito menyalahkan Aqira.

" Terus aja salahin gue " ujar Aqira ikut kesal.

" Emang elo yang salah " kata Dito kekeh.

" Elo sadar ga sih. Gue naik sepeda aja bisa dateng cepet daripada elo yang naik mobil. Elo masih bisa ya nyalahin gue "

Dito diam tak bisa jawab apa - apa. Ia kikuk mendengar omongan Aqira

" Diemkan loe. Kikukkan loe. Bisanya cuma nyalahin orang terus. Giliran disalahin ga mau. Dasar anak kecil " ketus Aqira.

" Apa loe bilang? Gue kaya anak kecil. Liat gue udah gede. Badan gue jauh lebih tinggi dari loe. Masih aja loe bilang gue anak kecil "

" Badan loe emang gede. Tapi otak loe kaya anak kecil, sikap elo yang kekanak - kanakkan!! "

Dito kesal dengan ucapan Aqira. Ia tak terima dengan omongan Aqira.

Jantung hatikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang