Rizal yang sudah beres berantem sama Fafa kembali melanjutkan perjalanannya. Dan ia terhenti langkahnya saat melihat Aqira sudah tergeletak tak berdaya di lantai, dengan darah yag terus saja mengalir dari hidung.
Rizal langsung membawa Aqira masuk kedalam UKS. Melihat keadaan Aqira, dokter penjaga langsung meriksanya dan menbersihkan darahnya.
Rizal menunggu Aqira di luar. Selesai periksa, dokter keluar dan memberitau keadaan Aqira saat ini.
" Keadaan Aqira saat ini sangat tidak stabil. Lebih baik sekarang Aqira pulang ke rumah, istirahat saya takut, jantungnya semakin parah " kata dokter.
Rizal tertegun mendengarnya. " Jantung dok? Aqira punya sakit jantung? "
" Dia udah lama ngidap sakit ini. Saya khawatir bakalan terjadi yang ga diinginkan sama Aqira "
" Saya boleh liat Aqira? "
" Silahkan "
Dokter mempersilahkan Rizal masuk menemui Aqira. Rizal berjalan mendekati Aqira yang sudah sadar dari pingsannya. Aqira terdiam melihat Rizal.
Rizal duduk di bangku dekat ranjang. Ia memegang tangan Aqira. Aqira tersenyum simpul melihat Rizal.
" Kok loe cemberut? Loe ya yang bawa gue kesini? Gue kenapa? Ohh gue pasti pingsan ya? Makasih ya udah bawa gue kesini "
" Gue mau nanya sama loe, boleh? "
" Mau nanya apa? "
" Apa bener loe sakit jantung? "
Aqira tertegun mendengarnya. Ia bingung harus menjawab apa. Aqira terus saja berfikir untuk bikin alasan agar Rizal percaya dengan omongannya. Tapi, tak ketemu juga alasan yang tepat buat menyangkal tentang penyakitnya.
" Loe tau darimana? " tanya Aqira.
" Dokter yang kasih tau gue " jawab Rizal enteng.
" Ohh, jadi loe tau ya kalo gue punya sakit jantung? " tanya Aqira.
" Loe kok malah lempeng - lempeng aja? " ujar Rizal.
" Ya terus gue harus gimana? Nangis, terus penyakit gue bakalan ilang gitu? Kan ga mungkin juga " ujar Aqira.
" Ya bukan gitu Ra. Ya, gue ga nyangka aja, elo masih muda tapi... "
" Gue udah biasa kok. Gue ga perlu dikasihanin dari orang. Meskipun gue sakit, toh hidup gue bahagia - bahagia aja " ujar Aqira
" Kok bisa sih loe setegar ini? Sedangkan sakit loe itu parah " kata Rizal.
" Ya terus gue harus gimana? Pasrah gitu? Ya sama aja kaya gue ga punya semangat idup " kata Aqira.
Rizal terus saja memperhatikan Aqira. Ia tau, saat ini yang di butuhkan Aqira hanyalah suport dari orang banyak.
" Loe hebat Ra, loe bisa setegar ini ngadepin sakit loe " ujar Rizal kagum.
" Jangan ngomong kaya gitu, nanti gue jadi besar kepala lagi " kata Aqira.
Rizal hanya diam sambil mengangguk.
Disisi lain, saat Dito sedang tidur - tiduran di kamarnya, papah datang sambil memberikan sebuah amplop kepadanya.
Dito mengkerutkan keningnya sambil melihat amplop berwarna putih, musical university America. Sekolah terbesar di Amerika, sekola impian Dito sejak kecil.
Papah sudah mendaftarkannya, dan setelah lulus nanti Dito bisa pergi kesana, dan melanjutkan kuliahnya disana.
Dito langsung memeluk papah. Dito sangat senang, papah pun juga sama, papah senang akhirnya ia mendapatkan pelukan untuk pertama kalinya dari anak semata wayangnya.
" Makasih ya pah, Dito seneng banget " kata Dito.
" Apapun yang kamu mau, papah akan kabulin selagi papah bisa " kata papah.
Dito sangat senang dengan hadiah yang di berikan papah kepadanya. Ia memilih untuk pergi menemui mamah. Ia ingin menceritakan kebahagiaannya ini di makam mamahnya.
Sampai disana, sambil membanjurkan sebotol air, Dito bercerita sambil mengusap nisan.
" Mah, tau ga sekarang Dito seneng banget, akhirnya impian Dito terkabulkan juga. Papah daftarin Dito ke musical University di Amerika. Mamah taukan itu impian Dito. Tapi mah, kok Dito ngerasa ngeganjel ya ninggalin Bandung? Apa karna takut ga bisa ketemu mamah lagi ya? Atau ada hal lain yang Dito takutin? Tapi apa? "
Tiba - tiba dari belakang seorang perempuan memakai baju putih serta sayap menempel di punggungnya datang menghampiri Dito.
Dito kaget, dia langsung memeluk perempuan itu dengan sangat erat. Dito menangis sejadi - jadinya menghilangkan rasa rindu yang sudah lama dia pendam.
" Mamah, Dito kangen mamah " kata Dito.
Mamah memegang tengkuk leher Dito sambil menghapus airmatanya yang sudah membasahi pipi.
" Perasaan kamu seperti ini bukan karna kamu pergi ninggalin mamah, tapi karna ada orang yang kamu sayang, yang kamu simpan dihati kamu, yang membuat kamu susah untuk pergi ninggalin Bandung " kata mamah.
" Mah, Dito tau orang yang sekarang ada di hati Dito tuh Aqira. Tapi rasanya percuma mah, Dito ga ada di hati dia " ujar Dito.
" Kamu bisa berfikiran seperti itu. Tapi pada kenyataannyakan berbeda. Mamah tau kalo dia juga sayang sama kamu, tapi ada hal yang ga bisa kamu ketahuin makanya dia lebih memilih untuk menghindar dan menjauh dari kamu " kata mamah.
" Apa mah? Apa yang Dito ga tau dari dia? " tanya Dito penasaran.
" Cari tau sendiri ya sayang. Mamah ga bisa bantu kamu lebih jauh. Maaf mamah harus pergi " kata mamah seraya pergi meninggalkan Dito.
" Mamah... Mamah.. Mamah...!!! " Dito teriak memanggil mamah, ia segera terbangun dari tidurya.
Mata Dito langsung tertuju kepada batu nisan mamah, ia hanya menunduk, karna sedih bahwa apa yang baru ia alami tadi hanyalah mimpi.
" Andai aja tadi bukan mimpi mah " Dito pergi meninggalkan makam.
Dito pergi ke danau, tempat kesukaan yang Aqira perlihat kepadanya. Dito berteriak sejadi - jadinya di tengah danau. Dia butuh ketenangan, dan menurutnya ketenangan yang pas ya di danau ini.
" Ra... Kalo loe rasain apa yang sekarang gue rasain, loe pasti ngerti kenapa gue ada disini. Gue nunggu loe, gue sayang sama loe, gue mau hubungan kita lebih dari ini, dan gue mau kaya dulu lagi..!! " teriak Dito menahan sesaknya didalam dada.
Dito tau dengan teriaknya dia di danau tidak akan pernah sampai ke telinga Aqira. Tapi dengan seperti ini, membuatnya lebih lega dari sebelumnya.
" Gue sayang sama loe Ra ... Pliss ngertiin perasaan gue sebelom akhirnya kita tidak bisa ketemu lagi " ujar Dito sambil memeluk lututnya.
Langit seakan - akan merasakan apa yang saat ini ia rasakan. Hujan turun dengan deras, membuat sekujur tubuh Dito basah. Angin mulai berhembus menusuk tulang, suara gema dari langit terdengar beberapa kali.
Aqira yang melihat hujan di dalam kamarnya hanya menunduk. Ia mengulurkan tangannya, menampung tetesan air hujan yang jatuh. Lalu, ia menulis nama seorang laki - laki diantara embun yang menempel di kaca kamar.
Dito, ya nama itu yang ia tulis di kaca. Entah kenapa rasanya ia merindukan seorang cowo yang awalnya slalu bikin dia stress tapi juga slalu bikin dia bahagia.
Dia rindu dengan kehangatan saat mereka berdua dulu. Dia sebenarnya ingin sekali memulai kisah itu kembali. Tapi itu semua seakan hanya jadi angan semata.
" Gue kangen kita yang dulu To. Kalo loe bisa rasain apa yang sekarang gue rasain. Gue kangen elo cowo belagu " kata Aqira seraya menutup kedua matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jantung hatiku
RomanceAqira ga akan pernah menyangka akan berakhir seperti ini. Ini bukan yang ia harapkan. Perjuangannya untuk bertahan dengan penyakitnya kini sudah diujung batas. Jantungnya sudah tidak bersahabat lagi. Sakit yang sekarang ia rasakan, jauh lebih sakit...