chapter 15

1.6K 85 0
                                    

Aqira membuat segelas coklat panas untuk Dito. Di ruang tamu, bunda dan Dito asik berbincang - bincang, seperti sudah terjalin cukup lama. Aqira menaruh minuman buatannya di meja depan Dito.

" Bunda kekamar ya. Silahkan lanjut ngobrolnya sama Aqira " kata Bunda.

" Baik bunda " jawab Dito seraya tersenyum.

Bunda berjalan sambil pincang, masuk kedalam kamar. Aqira segera duduk dengan cepat di kursi yang sebelumnya sudah di duduki sama bunda.

" Loe bener - bener ya " ucap Aqira sambil mencubit pinggang Dito.

" Awww... Apaan sih loe, dateng - dateng udah main nyubit gue aja " kata Dito.

" Udah cukup ya, gue yang jadi korban elo, ga usah sama nyokap gue juga. Nyokap gue elo apain bisa kaya gitu? " ujar Aqira berbisik.

" Nggak gue apa - apain " Jawab Dito sambil mengusap pinggangnya yang sepertinya sudah merah.

" Kalo elo ga ngapa - ngapain, kenapa kaki nyokap gue bisa kaya gitu? " tanya Aqira.

Dito mulai menceritakan kejadian yang sebenarnya. Aqira yang mendengarnya hanya ternganga kaget.

" Makanya kalo bawa kendaraan tuh yang bener. Bawa sepeda aja masih bisa disempet - sempettin buat kebut - kebuttan. Parah banget loe ''

" Loe nih. Slalu aja mandang gue sebelah mata. Gue tau gue tuh ganteng. Gue juga tau, diem - diem elo ngefans sama gue, tapi tolonglah jangan kaya gini "

Aqira yang mendengarnya menggidik geli " Ihhh pede banget loe "

Dito kembali menyeruput minuman bikinan Aqira. "Ini bikinan elo? "

" Iya, emang kenapa? Enak ya? "

" Iya enak. Rasanya juga manis "

" Kaya gue ya "

" Iya kaya loe "

Aqira yang mendengarnya terkejut. Dito melirik, melihat wajahnya Aqira yang tiba - tiba berubah menjadi merah.

" Tapi boong " ucap Dito sambil mengusap muka Aqira.

Hal kecil yang buat Aqira merasa terbang, seketika langsung di jatuhkan dengan kata " BOONG "

Lalu, Dito melihat foto yang di pajang di tembok ruang tamu. Foto ayah.

Aqira melihat Dito yang sedang serius menatap foto ayah. Dengan menarik nafas, ia menceritakan tentang sosok ayah yang slalu ia rindukan.

" Loe sayang banget ya sama ayah loe? " tanya Dito.

Aqira mengangguk. " Waktu ayah gue pergi, gue masih kecil. Gue sama ayah cuma 3 tahun bersama. Dulu gue masih kecil, gue udah lupa rasanya pelukan hangat dari ayah "

" Ayah lo, meninggalnya kenapa? "

" Sakit "

" Sakit apa? "

Pertanyaan Dito membuat Aqira tertegun. Ia bingung harus bicara apa mengenai sakit yang di derita ayahnya. Dia tidak mungkin kasih tau kalo ayahnya sakit jantung sama seperti dirinya.

Dengan terpaksa dia harus berbohong mengenai penyakitnya.

" Asma" jawaban itu yang tanpa sengaja terlontar begitu saja dari mulut Aqira.

" Ohh asma " jawab Dito mengangguk.

" Kok asma sih? Bodo ahh. " ujar Aqira dalam hati.

" Kalo loe, loe juga punya asma kaya bokap loe? "

Lagi - lagi Aqira tertegun. Ia pun terpaksa bohong dan bilang.

" Iya, gue juga punya asma " jawab Aqira gugup

Jantung hatikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang