Sampai di depan rumah, Dito menggendong Aqira masuk kedalam rumah. Bunda tak ada di rumah. Di ruang keluarga, Mereka berdua duduk bersebelahan sambil melihat tv yang tidak dinyalakan.
" Gue bikinin minuman ya? "
Aqira berdiri, tapi tangannya langsung di tahan sama Dito.
" Nggak perlu. Gue lagi ga haus "
Aqira hanya mengangguk dan kembali duduk.
" Loe besok mau ga nganterin gue ? ''
" Kemana Ra? "
" Nanti juga loe tau sendiri "
Dito hanya mengangguk mengerti. " Tapi, kalo keadaan loe masih kaya gini, mending besok loe ga usah kemana - mana "
" Ahh cukup deh, jangan anggap gue lemah. Gue ga suka!! "
Aqira buang muka, tak mau melihat Dito.
" Bukan gitu maksud gue. Iya gue ga mau aja elo sakit lagi kaya gini "
Aqira tak menggubris omongan Dito. Aqira memang tidak suka dianggap lemah dengan orang - orang. Dia merasa, meskipun dia sakit, dia ga mau dikasihanin sama siapapun.
Dito memegang dagu Aqira untuk kembali melihatnya. Tapi, ia berusaha untuk buang muka.
" Ra... Jangan kaya gini dong "
Aqira menoleh ke arahnya. " Selemahnya gue, gue ga butuh dikasihanin "
Dito mengelus pipi Aqira " Iya gue minta maaf, janji ga akan kaya gini lagi "
Tak lama, bunda datang sambil membawa beberapa makanan dari pengajian.
Aqira yang melihat kedatangan bunda, langsung berbisik kepada Dito untuk tidak memberitau perihal kejadian tadi.
" Hyy bunda.. " sapa Aqira sambil mencium tangan bunda.
" Ehhh ada nak Dito " kata bunda sambil mengusap kepala Dito yang sedang mencium tangannya.
" Iya bunda " jawab Dito.
" Kok, bunda ga liat sepeda kamu ya Ra? " tanya bunda.
" Iya bunda, tadi Dito yang mau nganterin Aqira. Jadi sepedanya disimpen di sekolah " jawab Dito.
" Oh gitu, makasih ya nak " ucap bunda.
" Oh yaudah Dito pamit pulang dulu " ujar Dito sambil berdiri.
" Kok buru - buru? " tanya bunda.
" Udah ditunggu orang rumah " jawab Dito.
" Yaudah salam ya buat orang rumah " kata bunda.
" Iya bun. Assalamu'alaikum " salam Dito sambil keluar rumah.
" Wa'alaikum salam " jawab Aqira dan bunda bersamaan.
Setelah di tinggal pergi, Aqira hanya senyum - senyum sendiri. Bunda yang melihat anaknya langsung mencubit pipi Aqira gemas.
" Awww... Bunda sakit... "
" Kamu kenapa sayang? Senyum - senyum ga jelas kaya gitu? Ahhh kamu lagi jatuh cinta sama Dito ya? "
" Apaan sih bunda. Siapa juga yang lagi jatuh cinta? Suka ngaco aja kalo ngomong "
" Kalo bukan jatuh cinta apa dong namanya? Bunda juga pernah muda sayang, ya kaya kamu gini ciri - ciri orang yang lagi jatuh cinta "
" Ihhhh bunda, apaan sih... "
Aqira masuk kedalam kamar sambil menenangkan diri. Ia memeluk guling kesayangannya, sambil membuka selembaran majalah fision remaja.
" Semenjak gue deket sama Dito kok rasanya nyaman banget ya? Terus kenapa coba bunda bilang kalo gue lagi jatuh cinta? Emangnya gue jatuh cinta? Jatuh cinta sama siapa? Kalo jatuhkan sakit? Tapi kok gue ga rasain sakit ya? " ujar Aqira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jantung hatiku
RomanceAqira ga akan pernah menyangka akan berakhir seperti ini. Ini bukan yang ia harapkan. Perjuangannya untuk bertahan dengan penyakitnya kini sudah diujung batas. Jantungnya sudah tidak bersahabat lagi. Sakit yang sekarang ia rasakan, jauh lebih sakit...