Di dalam mobil, keheningan yang terjadi di antara mereka. Dito ingin ngobrol dengan Aqira, tapi ia bingung harus ngomong apa untuk menjadi topik pembicaraan mereka.
Ia akhirnya memilih untuk diam - diam menghubungi teman - temannya. Lewat bm, ia mengeping Fawwaz. Dan untungnya aja keadaan sedang memihak kepadanya. Fawwaz langsung membalas.
Dito menyimpan handponenya di jok mobil. Ia mencoba untuk bertanya kepada Aqira.
" Ra, elo udah makan? "
Aqira mengalihkan pandangannya ke Dito.
" Udah "
" Ohhhh gitu "
Tak lama, terdengar suara perut. Perut Aqira bunyi. Dito menoleh ke arahnya. Dan Aqira hanya menunduk malu.
" Hahaha... Ketauankan boongnya. Huh... Yaudah kita makan yu "
Aqira hanya manyun malu. " Yaudah sih.. Ehhhh gue yang nentuin tempatnya bolehkan? "
" Boleh "
Dito terus menelusuri arah jalan yang dikasih tau sama Aqira. Sudah muter - muter, akhirnya mereka sampai di depan restoran kecil pinggir jalan. Dito sebenarnya tidak yakin makan disitu. Tapi, karna Aqira meyakinkannya, akhirnya ia mencoba untuk makan disitu.
" Gue jamin, makanan disini ga kalah enaknya sama makanan di restoran "
Makanan yang dipesan akhirnya datang juga. Dito menelan ludah. Tak yakin dengan omongan Aqira.
Aqira melahap makanan pesanannya. Ia melirik Dito yang terus saja diam melihat makanannya.
" Kok diem sih, makan dong. Enak tau. Nih liat gue aja mau abis "
" Yakin enak? "
Aqira menyimpan sendok di piring makanannya. Ia mengambil sendok yang disimpan diatas piring saji makanan Dito.
Lalu, ia sodorkan satu sendok makan kearah mulut Dito. Dito terdiam. Mereka saling berpandang satu sama lain.
" Dito.. Coba enak, ga pake racun. 100 persen higienis "
Dito akhirnya memakan, makanan pesannya. Ia mengunyah makanan yang ada dalam mulutnya. Aqira tersenyum senang.
Beres makan, mereka lanjut jalan. Didalam mobil, Dito terus aja tertawa, karna sudah bernegatif thingking dengan makanan yang ada di pinggir jalan.
" Gue bilang apa sama loe. Makanan pinggir jalan ga kalah enaknya sama makanan di pinggir restorankan? Loe sih ga percayaan banget sama gue "
" Ya, setau gue makanan pinggir jalan tuh jorok. Ternyata nggak "
Aqira hanya tertawa melihat wajah Dito yang malu. Mereka terus saja mengelilingi kota Bandung. Sampai, Aqira merasa sudah sangat ngantuk. Tanpa sadar, ia tertidur. Dan kepalanya pun juga sudah menempel di pundak Dito.
Dito mengusap kepalanya seraya tersenyum. Sampai di rumah. Perlahan Dito memperbaiki duduknya Aqira.
Ia berjalan membuka pintu mobil sebelah kiri. Ia melihat, perempuan yang sedang tertidur di hadapannya sangat manis. Dan kali ini, ia mengakui hal itu.
" Ternyata kalo elo tidur. Elo manis juga ya " ucap Dito sambil membuka sabuk pengaman yang melekat di tubuh Aqira.
Ia langsung menggendong Aqira masuk kedalam rumah. Bunda sudah membuka pintu dan mengantarkan Dito masuk kedalam kamar.
" Makasih ya nak Dito. Kamu baik banget " ucap bunda.
" Yaudah bunda Dito pulang ya " pamit Dito sambil mencium punggung tangan bunda.
" hati - hati ya " kata bunda.
" Assalamu'alaikum " salam Dito.
" Wa'alaikum salam " jawab bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jantung hatiku
RomanceAqira ga akan pernah menyangka akan berakhir seperti ini. Ini bukan yang ia harapkan. Perjuangannya untuk bertahan dengan penyakitnya kini sudah diujung batas. Jantungnya sudah tidak bersahabat lagi. Sakit yang sekarang ia rasakan, jauh lebih sakit...