Pagi - pagi Dito sudah rajin berdiri di depan gerbang. Ia sedang menunggu Aqira. Pak satpam saja heran, karna ia sangat tau Dito. Datang kesekolah tidak pernah datang sepagi buta ini, baru kali doang.
" Ujang nunggu siapa?
" Saya lagi nunggu Aqira pak. Dia kenapa ga dateng - dateng ya? "
" Lah, ujang tumben nungguin eneng Aqira. Biasanya ga pernah kaya gini. Ada apaan nih? "
" Apaan sih pak, saya cuma mau kasih sarapan aja buat dia "
" Wisss gaya si ujang "
Akhirnya orang yang di tunggu datang juga. Dito langsung menyisir rambutnya dan merapikan baju seragamnya.
Ia berlari mendekati sepeda Aqira. Melihat Dito, ia langsung memberhentikan sepedanya secara mendadak.
" Huh... " ucap Dito seraya menarik nafasnya panjang - panjang.
" Dito... Elo kebiasaan banget sih, untung aja ga nabrak " kata Aqira ikut kaget juga.
" Emmm... Ra " panggil Dito gugup.
" Apa? " tanya Aqira.
Tiba - tiba saja Dito merasa gugup. Aqira mengerutkan keningnya, heran melihat kegugupan Dito pagi ini.
" Kok gue jadi gugup kaya gini sih? Ihhh aneh banget " ucap Dito dalam hati.
" Dito... Ditanya kok diem? " tanya Aqira sambil menjetrikan jarinya di depan muka Dito.
Dito tersadar dari lamunannya. " Ehhh iya, apa? "
" Kok apa sih? Iya elokan manggil gue, terus gue jawab apa. Kok sekarang elo malah nanya apa? Ihh aneh banget sih loe "
Aqira mendorong sepedanya menuju parkiran.
" Ra... "
" Iya? "
Dito menyodorkan makanannya kepada Aqira " Nih, buat loe? "
" Apaan ? "
" Buka aja "
Aqira membuka tutup misting berwarna biru. Dua buah sandwitch buatan tangan Dito. Dengan topping dari saus membentuk wajah seseorang sedang tersenyum.
" Sandwitch? Buat gue? "
" Iyalah buat loe. Ya gue tau sih, bikinan gue ga bakalan enak. Tapi loe coba dululah. Gue bikinnya dari hati. Masa elo tega ga mau makan sandwitch bikinan gue? Tuh gue udah nambahin pake senyum. Kalo elo ga makan nanti senyumnya jadi cemberut lagi "
" Iya, nanti gue makan waktu istirahat. Tadi gue udah sarapan sama bunda "
Dito hanya mengangguk. Tak lama Fafa datang menemui Aqira.
" Morning Ra... "
" Mornig to Fa.. "
Fafa melirik Dito yang sedang menunduk. " Ehhh elo To, ada apa pagi - pagi gini udah bareng sama Aqira sahabat gue? "
" Nggak, nih gue kasih makanan buat sahabat loe "
Fafa melirik kotak makanan yamg di pegang sama Aqira.
" Ini apaan Ra? " tanya Fafa.
" Sandwich " jawab Aqira.
Fafa menyipitkan matanya kearah Dito dan juga Aqira. " Emmm... Gue curiga sama elo berdua "
'' Curiga apaan maksud elo? " tanya Dito.
" Jangan - jangan, Diem - diem, kalian ada hubungan ya? " ujar Fafa.
" Emangnya kalo kita kasih makanan artinya lagi ada hubungan ya? " tanya Dito dengan suara sedikit gugup.
" Iya, nggak juga. Tumben - tumbenan aja kalian berdua kaya gini " kata Fafa.
" Kenapa sih Fa. Gue sama Aqira berantem salah? Kaya gini salah, serba salah perasaan " ujar Dito.
" Bukan gitu maksudnya. Ya heran aja kalian bisa akur kaya gini " ucap Fafa yang tak sengaja melihat misting yang dipegang sama Aqira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jantung hatiku
Roman d'amourAqira ga akan pernah menyangka akan berakhir seperti ini. Ini bukan yang ia harapkan. Perjuangannya untuk bertahan dengan penyakitnya kini sudah diujung batas. Jantungnya sudah tidak bersahabat lagi. Sakit yang sekarang ia rasakan, jauh lebih sakit...