" Ehhhh gue kekantin dulu ya " kata Fafa.
" Ngapain? " tanya Aqira.
" Buang air. Ya makanlah gimana sih loe " kata Fafa seraya pegi meninggalkan Dito dan Aqira.
" Balik lagi kesini " kata Aqira.
Dito tersenyum melihat Aqira yang juga sedang tersenyum.
" Kok elo malah senyum - senyum gitu? Mikirin apa? " tanya Dito.
" Dihhh elo juga kali. Loe sendiri lagi mikirin apa? " ujar Aqira.
" Lagi mikirin loe " jawab Dito.
Aqira lagi - lagi tertegun. Rasanya ingin sekali dia memberikan senyuman lebar kepada Dito, tapi dia terlalu malu untuk melakukan hal itu.
" Apaan sih loe "
Tak lama terdengar suara alarm dari jam tangan Aqira. Raut wajah Dito seketika berubah. Dia langsung melirik ke jam tangan yang dipakai sama Aqira.
" Jam tangan loe bunyi lagi tuh "
Aqira mematikan alarmnya. " Ohiya. Ehhh anterin gue yu ke UKS "
" Ngapain? "
" Minum obat "
Dito mengerutkan keningnya. Aqira jadi risih dengan pandangan curiga Dito.
" Yaudah kalo loe ga mau. Gue kesana sendiri aja " kata Aqira sambil berdiri dan mencoba untuk mendorong tubuh Dito pelan.
" Ehhhh kok jadi ngambek sih. Ya gue anterin " kata Dito sambil memegang tangan Aqira.
Aqira melirik tangannya yang dipegang erat sama Dito. Mereka asik berbincang sampai orang - orang disekitar mereka diabaikan, sedangkan saat itu orang - orang sedang kompak membicarakan mereka.
Sampai di UKS Aqira disambut ramah sama dokter penjaga.
" Siang dok "
" Siang. Ohiya pasti kamu mau minum obat ya? "
" Hehehe.. Iya "
" Saya tensi dulu "
Aqira duduk dibangku yang berhadapan dengan meja kerja dokter.
Dito bingung melihatnya. Ia sebenarnya penasaran dengan sikap tertutup Aqira, serta obat - obatan yang dia simpan di ruang UKS.
Setelah diperiksa tensi, Aqira minum semua obat pemberian dokter.
" Bismilah... " ucap Aqira dalam hati.
Selesai minum obat, Aqira balik badan melihat Dito yang masih melamunkan obat - obattannya.
" Elo kenapa? "
" Loe kok kuat sih minum obat segitu banyak. Emangnya ga cape apa? "
Aqira melirik sekitar ruangan, tak berani untuk melirik ke Dito. Tak tau harus bilang apa, akhirnya Aqira memilih untuk diam.
Dito memegang kedua pipi Aqira biar dia diam untuk menatapnya.
" Elo cerita sama gue, apa yang elo rasain. Biar gue tau "
" Nggak. Gue nggak kenapa - kenapa tenang aja lagi, gue sehat kok "
Dito melepaskan tangannya dari wajah Aqira.
" Gue tau Ra, ada hal yang sembunyiin. Ada rahasia yang elo simpen rapet - rapet, biar semua orang ga tau. Dan hanya elo aja yang tau " ujar Dito dalam hati.
" Gue ga bisa kasih tau elo Dito soal sakit gue. Biar gue simpen, biar gue rasain sakit ini sendirian aja " ujar Aqira dalam hati.
Mereka pun akhirnya pamit dengan dokter penjaga. Saat sedang jalan berdua, tiba - tiba terdengar suara dari speaker sekolah, kalo anggota tim basket harus kumpul dilapangan.
" Ra, gue pergi ke lapangan dulu ya " pamit Dito.
" Iya. Gue juga mau ke kelas " kata Aqira.
" bayyy... " kata Dito sambil mengacak - acak rambut hitam panjang Aqira.
" Ihhh jangan di berantakin " kesal Aqira sambil merapikan rambutnya.
Dito hanya senyum jail seraya berlari menuju lapangan. Saat sedang berjalan menuju kelas. Fey dan Risyana datang menghadang Aqira.
" Kalian mau ngapain? " tanya Aqira kaget.
Tanpa basa basi, Fey langsung menarik tangan Aqira kasar menuju arah gudang. Aqira menahan tarikan Fey dan berusaha melepaskan genggamannya.
Pintu gudang terbuka. Fey langsung mendorong Aqira masuk kedalam gudang sampai ia jatuh tersungkur.
" Gue peringatin ya sama loe. Jangan deket Dito. Elo bisa dengerkan? Elo ga budegkan? Dan kalo elo ngelunjak. Gue ga akan segan - segan untuk cabut beasiswa loe dan elo keluar dari sekolah gue!! " kata Fey.
Aqira menangis. Kali ini Fey benar - benar tidak main - main. Ia langsung menutup gudang dan mengunci Aqira di dalam. Aqira ketakutan sambil menggedor - gedor pintu dari dalem.
" Fey... Buka Fey... Buka... " rintih Aqira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jantung hatiku
RomanceAqira ga akan pernah menyangka akan berakhir seperti ini. Ini bukan yang ia harapkan. Perjuangannya untuk bertahan dengan penyakitnya kini sudah diujung batas. Jantungnya sudah tidak bersahabat lagi. Sakit yang sekarang ia rasakan, jauh lebih sakit...