chapter 42

1.3K 64 0
                                    

" Dok gimana keadaan Aqira? " tanya Fafa.

" Aqira masih istirahat, dia belom sadar. Saya tadi sudah periksa dan dia memang tidak boleh kecapean, tadi dia banyak fikiran makanya jantungnya kambuh " ucap dokter.

" Boleh saya masuk dok? " tanya Fafa.

" Silahkan, tapi jangan terlalu di ganggu pasiennya " ucap dokter memperingatkan.

Fafa masuk, tapi ia terhenti dengan suara panggilan dari Dito yang habis menelepon bunda.

'' Fa, gimana keadaan Qira sekarang? "

" Gue mau ngomong sama loe? "

Fafa menarik tangan Dito membawanya ke kantin rumah sakit.

Mereka duduk berhadapan dengan kentang serta lemon tea. Fafa ingin menanyakan apa maksud Dito menjadikan Aqira sebagai bahan taruhannya.

" Gue nggak bermaksud apa - apa. Awalnya gue fikir ga akan senyaman ini, tapi tiba - tiba aja, gue deket dia rasanya nyaman banget. Jujur gue udah ngundurin diri dari taruhan ini, tapi temen - temen gue udah nebak kalo gue udah suka beneran sama dia "

" Dan loe gengsi buat akuin itu semua? "

Dito haya diam, ia takut salah menjawab pertanyaan Fafa.

" Asal loe tau ya, Aqira juga udah nyaman sama loe. Dia udah mulai suka sama loe. Elo tuh udah bikin dia nyaman. Gue ga pernah liat dia senyum - senyum sendiri sebelom deket sama loe. Tapi apa? Elo sekarang malah bikin dia nangis dan sakit hati, elo udah nyimpen luka di hati dia "

Dito mangakui kalo saat ini posisinya memang salah. Dia sudah melukai perasaan Aqira.

" Gue sekarang harus gimana sama Aqira. Gue tau gue salah, gue mau memperbaiki semuanya, gue mau mulai semua dari awal " kata Dito.

" Loe harus berjuang, ilangin gengsi loe, akuin kalo elo emang sayang sama dia. Kalo loe ga mau nyesel ujung - ujungnya "

Dito mengangguk mengerti. Mereka balik ke ruang inap Aqira. Disana sudah ada bunda. Aqira juga sudah sadar dari pingsannya.

Melihat kedatangan Fafa tersenyum. Tapi, raut wajahnya seketika berubah, saat melihat Dito berdiri di belakang Fafa.

" Bunda kita pergi bentar yu " ajak Fafa.

Untungnya saja bunda mengerti maksud ajakan Fafa. Mereka keluar ruangan. Didalam ruangan tersisa hanya mereka berdua. Aqira membuang muka, mengalihkan pandangannya ke arah jendela melihat keadaan luar yang terlihat hanya genteng - genteng bangunan rumah sakit.

Dito berjalan mendekatinya. Ia duduk di bangku sebelah ranjang. Dito menarik nafas untuk bicara baik - baik kepada Aqira.

" Gue tau gue salah. Gue minta maaf Ra. Pliss maaffin gue " kata Dito.

Aqira tak menggubris omongan Dito. Ia menangis dalam diamnya.

Dito meraih tangan kirinya. Tapi, Aqira segera menolak tangan Dito.

" Gue minta maaf Ra.. Loe boleh bentak gue, loe boleh marah sama gue, tapi pliss jangan giniin gue "

Tak ada lagi jawaban dari Aqira. Untuk kali ini Aqira benar - benar tak mau bicara dengan Dito, dia terlanjur sakit hati dan kecewa dengan perlakuan Dito kepadanya.

" Bunda... Fafa... " teriak Aqira.

Dito kaget mendengarnya, mendengar teriak Aqira, Fafa langsung masuk kedalam ruangan.

" Bawa dia keluar Fa, gue nggak mau liat dia " kata Aqira.

" Ra, Pliss jangan giniin gue " kata Dito.

Jantung hatikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang