Di halaman belakang rumah, dekat kolam renang. Dito asik bermain gitar seraya menyanyikan satu buah lagu dari andra n the backbone yang judulnya sempurna.
Entah kenapa, saat ini lagu yang pengen ia nyanyikan lagu itu. Otaknya seakan - akan sedang membayangkan seorang perempuan sempurna yang sudah memanahkan hatinya.
Saat ia pejamkan matanya. Terbayang wajah Aqira. Dito langsung membuka mata sambil melirik kanan kiri. Dan tiba - tiba saja ia tersenyum setelah kedatangan Aqira di bayangannya.
" Kok muka tuh cewe malah dateng sih? Ehh tunggu deh, diliat - liat muka Aqira cantik juga ya? Apalagi kalo udah senyum. Manis banget " ucap Dito seraya tersenyum penuh kebahagiaan.
Tapi tiba - tiba " Ihhh apaan sih loe, ngomong kemana aja. Yaelah Dito loe harus inget ini tuh taruhan. Elo deketin Aqira pun cuma buat dapetin uang dari temen - temen. Pokoknya elo ga boleh baper selama elo deket sama Aqira. Titik! "
Kembali lagi ia memetik senar gitar yang di pangkunya. Bi Minah, pembantu yang sudah lama bekerja di keluarga Dito, menghampirinya sambil memberi segelas jus alpukat pesanannya.
" Aden... Aden lagi mikirin apa? Emmm.. Kayanya aden lagi mikirin cewe nih? Siapa atuh den, cerita sama bibi "
Dito malu, karna apa yang di bilang sama bi Minah semuanya benar.
" Nggak lagi mikirin siapa - siapa. Ahhh bibi nih so tau banget "
". Ehhh aden lupa ya, sebelom aden umur seginian, bibi duluan ade. Bibi liat sih kayanya lagi ada yang bahagia. Pasti karna cewe ya.. "
" Nggak bibi. Kenapa sih? Emangnya keliatan banget ya Dito lagi mikirin cewe? "
" Tuhhhkan bener dugaan bibi. Aden lagi mikirn cewe. Siapa atuh den... Ohhh jangan - jangan cewenya itu neng Fey ya? "
" Ihhh apaan sih bi. Siapa juga yang mikirin dia. Bukan dia bi.. "
" Terus siapa den? "
" Adalah bi pokoknya. Dia tuh musuh aku bi "
Bi Minah kebingungan " Musuh aden? Ngapain adem mikirin musuh aden? "
" Iya, aku juga ga tau bi, kenapa aku bisa mikirin dia. Tapi otak tuh maunya mikirin dia "
" Mending sekarang, aden telepon cewe itu deh "
Saran bi Minah membuat Dito kaget. " Nggak ahhh. Malu lagi "
" Ahhh si aden mah. Biasanya kalo nelepon cewe, aden ga pernah malu - malu kaya gini. Kenapa sekarang jadi kaya gini? "
Dito berfikir beberapa saat. Ia merasa, apa yang di bilang sama bi Minah ada benernya juga. Setiap kali dia mengajak cewe, ga pernah canggung seperti ini, tapi saat dia di suruh nelepon Aqira, untuk pertama kalinya dia gugup ga jelas seperti ini.
" Telepon sekarang bi? Yakin ? "
" Iyaiyalah den, masa bibi ga yakin sih. Ajak dia jalan keluar den, biar ga terlalu bosen juga disini adennya "
Dito memainkan handponenya. Ia ragu untuk mengikuti saran siapa. Hatinya? Atau bibi.
" Ayo.. Den, keburu di embat sama yang lain kalo lama kaya gini mah "
KAMU SEDANG MEMBACA
Jantung hatiku
RomanceAqira ga akan pernah menyangka akan berakhir seperti ini. Ini bukan yang ia harapkan. Perjuangannya untuk bertahan dengan penyakitnya kini sudah diujung batas. Jantungnya sudah tidak bersahabat lagi. Sakit yang sekarang ia rasakan, jauh lebih sakit...