Dito mengambil salah satu sandwitch bikinannya. Ia langsung menyodorkan roti isi tersebut ke bibir tipis Aqira.
Sambil tersenyum, Aqira menggigit roti tersebut." Gimana rasanya? "
" Enak "
" Jujur ya baru kali ini doang gue bikin sandwitch buat cewe. Dan cewenya itu elo "
Aqira yang mendengarnya langsung tersedak. Dito langsung memberikan segelas air putih kepadanya.
" Nggak apa - apa loe? "
Sambil menelan minum Aqira jawab " Nggak apa - apa "
" Makanya kalo makan tuh pelan - pelan liat, jadi kaya ginikan? "
Aqira terdiam. Baru kali ini ia di perlakukan hal yang belom pernah ia dapatkan dari cowo.
Cowo yang ga pernah dia duga sebelomnya. Cowo yang sudah ia benci. Kini melakukan hal manis kepadanya.
Pagi - pagi, ia sudah mendapatkan makanan dari Dito. Terus, saat dia jatuh pingsan, Dito yang lagi - lagi membawanya ke UKS. Dan kali ini, Dito juga yang menyuapinya, saat sekujur tubuhnya sedang lemas.
" Ini beneran Dito bukan sih? Kok dia beda banget? Ini tuh kaya bukan dia. Dia kesambet apaan ya bisa kaya gini? Gue tuh tau banget, kalo gue di deket dia, pasti dia slalu punya insting sial. Tapi kok sekarang nggak ya? " ucap Aqira dalam hati.
Dito menjentrikan jemarinya, menyadarkan Aqira dari lamunannya.
" Astagfirullahh... " ucap Aqira sambil mengusap dada.
" Elo kenapa sih aneh banget? " tanya Dito.
Aqira terdiam sambil memandang kedua mata Dito " Harusnya gue yang nanya kaya gitu. Elo kenapa? "
Dito mengerutkan keningnya. " Gue kenapa? Ya gue sehat - sehat aja. Aneh banget sih loe "
" Elo yang aneh. Kok tiba - tiba hari ini elo berubah kaya bukan Dito yang gue kenal. 85 persen elo berubah. Tapi gue bingung apa yang berubah? "
" Ra, gue ga mau berantem terus sama elo. Gue fikir - fikir setiap kita berantem tuh, sikap kita kaya anak kecil. Sedangkan orang - orang tau kalo gue sama elo udah gede. Ra... "
Aqira yang asalnya menunduk, langsung menengadah kembali melihat Dito " Apa? "
" Mau jadi temen gue? "
Aqira tertegun mendengarnya. Ia memandang serius laki - laki yang sedang duduk di hadapannya.
Dengan senyum Aqira jawab " Ya, gue mau jadi temen elo "
Dito senang mendengarnya. Ia pun ikut senang. Beberapa ucapan " Yes " ia lontarkan di depan Aqira.
" Makasih Ra "
KAMU SEDANG MEMBACA
Jantung hatiku
RomantizmAqira ga akan pernah menyangka akan berakhir seperti ini. Ini bukan yang ia harapkan. Perjuangannya untuk bertahan dengan penyakitnya kini sudah diujung batas. Jantungnya sudah tidak bersahabat lagi. Sakit yang sekarang ia rasakan, jauh lebih sakit...