" Qira... "
Fafa kaget melihat sahabatnya yang terlihat pucat tak berdaya di atas ranjang.
Fafa memegang tangan Aqira sangat erat. Ia terus saja mengusap tangan Aqira dan berharap kalo sahabatnya itu akan bangun.
" Ra, maappin gue ya, gue ga bisa jagain loe. Maaf gue telat sadar kalo loe kekerem di dalam gudang " ucap Fafa.
Dito memperhatikan Aqira. Ia mengusap kepala Aqira sangat lembut.
" Ra, elo kenapa sih? Gue ga ngerti sama keadaan elo yang sekarang. Gue ga paham " ujar Dito dalam hati.
" To, jagain Qira dulu ya, gue mau ngambil tas dikelas " kata Fafa sambil menarik tangan Isan untuk menemaninya pergi ke kelas.
Dito duduk dibangku yang sudah tersedia di pinggir ranjang.
" Ra... Sadar dong, jangan bikin gue khawatir kaya gini " kata Dito sambil memegang tangan kanannya Aqira dengan erat.
Tiba - tiba..
" Buka... Buka... Buka pintunya.. Tolong...!! " teriak Aqira dalam bawah sadarnya.
Dito mendekati wajahnya di telinga Aqira. Ia berbisik untuk menenangkan Aqira sambil pegang tangannya.
" Ra.. Disini gue, elo tenang, elo ga usah takut lagi "
Dan seketika Aqira langsung membuka matanya. Ia melihat langit - langit ruangan dan langsung melirik Dito yang masih menundukkan kepalanya di sebelah telinga Aqira.
Jemari tangan yang di pegang sama Dito bergerak. Aqira ingin memberi tanda kalo saat ini ia sudah sadar.
" Qira... Alhamdulilah.. Akhirnya elo sadar juga " ucap Dito seraya memeluk tubuhnya.
Aqira menatap langit - langit UKS, tangannya masih sulit untuk ia balas pelukan Dito.
" Gue takut Dito... Gue takut... " ucap Aqira penuh rasa traumatik.
" Elo tenang ya, disini ada gue. Gue yang akan slalu jagain loe " ucap Dito sambil melepaskan pelukannya.
Tak lama Fafa dan Isan kembali datang. Fafa langsung memeluk Aqira. Ia senang, akhirnya Aqira sadar juga.
" Ya Allah Ra, akhirnya elo sadar juga. Gue seneng banget " ucap Fafa melepaskan pelukannya.
" Fa, gue mau pulang " kata Aqira.
Fafa mengangguk sambil membantu Aqira duduk.
" Loe kuat jalan ? " tanya Fafa.
Aqira hanya tersenyum seraya mengangguk. Ia perlahan berjalan keluar UKS.
Dito sudah mau memegang tangannya. Tapi, ia menolak. Ia memilih untuk jalan sendiri, meskipun jalannya sempoyongan.
Dan tiba - tiba Aqira terjatuh. Dito, Isan, dan Fafa langsung berlari mendekati Aqira.
" Ra.. Kalo elo ga kuat, ga usah di paksain. Sini gue gendong loe " kata Dito sambil jongkok di depan Aqira, memberikan punggunya untuk di duduki sama Aqira.
" Nggak mau Dito " ujar Aqira.
" Ra, gue ga mau loe jatuh - jatuhan kaya tadi. Pliss kali ini nurut sama kita, demi loe juga " kata Fafa.
Akhirnya, Aqira menuruti kemauan teman - temannya. Di parkiran, aqira bingung, Dito membawanya masuk kedalam mobilnya.
" Loe kok malah masukin gue ke mobil loe sih? Sepeda gue ada disana "
" Gue anterin loe. Tubuh loe lagi ga stabil kaya gini, gue ga izinnin elo naik sepeda "
Fafa menyimpan tas sekolah Aqira di jok belakang mobil.
" Udah loe naik bareng Dito aja, lumayan tumpangan gratis " ucap Isan.
" Kalo gue naik mobil, sepeda gue gimana? " tanya Aqira.
" Udah, sepeda loe baik - baik aja disini " kata Isan.
" Yaudah ya, gue duluan " kata Dito sambil salaman sama Isan.
" Titip Qira ya To '' kata Fafa.
" Siap... " kata Dito seraya masuk kedalam mobil dan menyalakan mesin.
Mereka berdua langsung berjalan meninggalkan Fafa dan juga Isan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jantung hatiku
RomanceAqira ga akan pernah menyangka akan berakhir seperti ini. Ini bukan yang ia harapkan. Perjuangannya untuk bertahan dengan penyakitnya kini sudah diujung batas. Jantungnya sudah tidak bersahabat lagi. Sakit yang sekarang ia rasakan, jauh lebih sakit...