Jam pulang sebentar lagi. Fafa yang semenjak tadi meninggalkan Dito dan Aqira, tak kembali melihat Aqira di sekitar sekolah.
Fafa mendekati Dito yang sedang asik berbincang - bincang sama teman - temannya.
" Fa elo kenapa panik gitu? " tanya Isan.
" To, Aqira mana? " tanya Fafa.
" Bukannya dia ke kelas ya. Tadi kita pisah di lorong deket UKS " kata Dito.
" Nggak. Semenjak gue ninggalin kalian berdua, gue udah ga liat dia lagi. Di kelas juga ga ada " kaya Fafa panik.
Dito ikut panik mendegarnya. Isan yang melihat sahabatnya langsung berdiri langsung menenangkannya.
" Elo tenang dulu. Mending sekarang kita cari Aqira " kata Isan.
Mereka bertiga langsung berpencar mencari Aqira. Saat itu, jam pelajaran terakhir lagi kosong, jadi mereka masih bisa cariin Aqira sampe ketemu.
Fafa sudah mencari di kantin, toilet, tiap kelas, tapi tak terlihat sama sekali batang hidungnya Aqira.
Isan. Dia udah mencari di tama belakang sekolah, parkiran, ruang kesenian, tetap tak ada.
Dito, dia mencari Aqira ke perpustakaan, lorong paling atas sekolah, tapi tetap saja tidak ketemu juga.
" Ra, elo dimana sih? " tanya Dito dengan nafas tak beraturan.
Fafa dan Isan pun datang menghampirinya yang juga dengan nafas tak beraturan karna cape.
" Gimana, elo udah ketemu sama Aqira? " tanya Dito.
" Gue udah cari kemana - mana dia ga ada " jawab Isan.
" Gue juga. Duh.. Gue khawatir nih sama dia " ujar Fafa.
Terdengar suara bel bunyi. Jam sudah menunjuk pukul 5 sore. Dan sampai sekarang Aqira belom juga di temukan.
" Duh gimana nih, Aqira belom juga ketemu " ujar Fafa.
Tiba - tiba saja otak Dito tertuju pada gudang yang belom mereka cari.
" Udah ada yang cari ke gudang belom? " tanya Dito.
Isan dan Fafa saling berpandang. " belom "
Dito langsung lari ke arah gudang. Melihatnya, Isan dan Fafa langsung ikut menyusulnya.
Di depan gudang, Dito mengetuk pintu beberapa kali. Aqira mendengar namanya dipanggil, ia langsung berteriak memanggil nama Fafa.
" Fafa... Ini gue Qira. Tolongin gue. Gue takut disini. Bukain pintunya " teriak Aqira.
" Elo tenang ya, disini ada gue, Isan sama Dito. Kita bakalan bukain pintunya buat elo " jawab Fafa.
" To, apa perlu gue ambil kunci gudang ? " tanya Isan.
" Itu kelamaan. Mending kita dobrak pintunya " ujar Dito.
" Ra, elo mundur, Isan sama Dito bakalan dobrak ini pintu " kata Fafa.
Aqira mngikuti perintah Fafa. Dito dan Isan bersiap memberi ancang - ancang untuk mendobrak pintu gudang.
" Brugg... "
Pintu terbuka. Aqira yang melihat mereka langsung terdiam lemas. Fafa yang melihat keadaan sahabatnya itu langsung memeluknya.
" Qira... "
Aqira memeluk Fafa sangat erat. Ia menangis di pelukan sahabatnya itu.
" Elo ga apa - apakan? " tanya Fafa sambil melepaskan pelukannya.
Dan Aqira sudah jatuh pingsan. Fafa kaget melihatnya. Ia langsung meminta Dito untuk menggendongnya.
Dito langsung membawa Aqira ke ruang UKS. Disana masih ada dokter penjaga, jadi Aqira masih bisa ditanganni secepatnya dengan dokter.
" Tunggu sebentar ya, saya harus periksa Aqira dulu " ucap dokter.
" Duhh Ra, cepet sadar dong, gue khawatir nih sama loe " kata Fafa.
Dito memperhatikan Fafa. Ia duduk di sebelah Fafa.
" Gue janji sama loe, gue akan jagain dia. Pegang omongan gue " kata Dito.
Fafa menengok ke Dito. " Kalo loe sayang sama dia, akuin semua sebelom terlambat "
" Maksud loe? "
Belom sempat dijawab, dokter sudah keluar dan selesai pemeriksaannya.
" Gimana dok keadaan Aqira? "
Tanya Fafa." Dia hanya panik saja. Dia seharusnya tidak boleh seperti itu. Akhirnya kaya ginikan? Dia ngedrop lagi " ujar dokter.
Fafa langsung masuk menemui sahabatnya. Terlihat, Aqira belom sadarkan diri. Ia masih terbaring lemah dengan mata sembap karna terlalu lama nangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jantung hatiku
RomantikAqira ga akan pernah menyangka akan berakhir seperti ini. Ini bukan yang ia harapkan. Perjuangannya untuk bertahan dengan penyakitnya kini sudah diujung batas. Jantungnya sudah tidak bersahabat lagi. Sakit yang sekarang ia rasakan, jauh lebih sakit...