chapter 54

1.8K 66 0
                                    

1 TAHUN KEMUDIAN

Sudah 1 tahun Dito pergi. Dan selama 1 tahun juga Aqira belom sadar dari komanya. Tapi, dengan keadaan ditengah hidup dan mati, dia masih dalam keadaan stabil, bunda terus saja baca do'a berharap Aqira sadar.

Beberapa ayat Alqur'an bunda perdengarkan di telinga Aqira. Bunda membaca surat yasin dan ayat kursi.

" Sayang, sudah satu tahun kamu belom sadar, bunda kangen senyum kamu nak, tolong sadar sayang " kata bunda sambil memegang jemari tangan Aqira.

Tak lama, sebuah gerakan kecil dari Aqira membuat bunda senang dan langsung memanggil suster.

Suster yang mendengar teriakan bunda, langsung berlari menghampiri Aqira. Ia periksa detak jantung Aqira. Tak lama, perlahan kedua mata Aqira membuka.

Ia melirik kanan kiri dan matanya tertuju kepada bunda. Bunda tersenyum penuh kebahagiaan.

" Sayang... Akhirnya kamu bangun juga " kata bunda.

Aqira hanya diam, ia membuka oksigen yang terpasang di hidung dan mulutnya. Aqira berusaha untuk bicara kepada bunda. Dengan penasaran bunda mendengarkan omongan Aqira.

" Mau ngomong apa sayang? "

" Bunda... Qira boleh minta satu permintaan? "

" Apa sayang? "

Aqira berbisik kepada bunda. Bunda yang mendengarnya hanya menangis. Ia langsung menghubungi Fafa dan Rizal memberitahu kalo saat ini Aqira sedang membutuhkan mereka.

Rizal dan Fafa pun datang. Fafa membawa camera yang di minta sama bunda. Rizal dan Fafa juga senang melihat Aqira sudah tersadar dari komanya.

" Alhamdulilah Ra, akhirnya loe sadar juga. Gue udah khawatir sama loe " kata Fafa.

Aqira hanya tersenyum merespon kebahagiaan Fafa. Lalu Fafa memasang camera tersebut dan langsung menyalakan tanda on untuk merekam keadaan Aqira saat ini.

Selesai merekam Aqira, tiba - tiba saja airmata bunda, Fafa dan Rizal pun jatuh membasahi pipi mereka.

" Bunda, Qira udah ga kuat lagi. Maaffin Qira ya kalo udah bikin bunda sama kalian susah. Qira harus pergi, bahagia ya disini " kata Aqira.

Tak lama detak jantung di monitor berubah menjadi garis semua. Mulai dari denyut nadi, dan alat pernafasan yang lainnya telah berhenti.

Suster dan dokter langsung menangani Aqira. Bunda menangis semakin menjadi. Bunda ketakutan dengan keadaan Aqira sekarang.

" Ya Allah Zal, gue kok jadi takut kaya gini ya? " tanya Fafa kepada Rizal.

Rizal merangkul pundak Fafa. " Loe tenang ya, kita do'ain aja yang terbaik buat Aqira di dalam sana "

Sudah hampir satu jam dokter periksa Aqira di dalam. Akhirnya ia pun keluar ruangan. Bunda dan yang lainnya langsung menyerbu dengan beberapa pertanyaan kepada dokter.

" Gimana dok keadaan Aqira sekarang? " tanya Fafa.

Dokter geleng - geleng kepala. " Saya sudah berusaha semampu saya, ternyata kenyataan tak sesuai harapan "

" Maksud dokter apa ya? " tanya Fafa.

" Aqira sudah meninggal " jawab dokter.

Fafa dan Rizal kaget mendengarnya. Termasuk bunda. Bunda shok saat mengetahui kabar tersebut.

Bunda langsung jatuh pingsan karna tak kuat dengan berita tadi. Tak lama bunda kembali bangun, ia langsung berjalan mendekati Aqira yang sudah di tutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

" Sayang, kenapa kamu ninggalin bunda nak. Bunda kesepian nanti kalo ga ada kamu " ucap bunda sambil mengusap kepala Aqira yang sudah terlihat pucat.

" Bunda udah bunda.... Jangan kaya gini, nanti Aqira ga tenang disana " ujar Fafa.

" Qira... Kamukan mau nunggu Dito balik kan? Kamu ga mau ketemu Dito sayang? Jangan pergi sayang... Jangan pergi " kata bunda.

" Bunda, ikhlassin Qira bunda. Kita semua kaget dengernya juga. Tapi bunda harus ikhlas, demi Qira bunda " bisik Rizal.

Bunda hanya menangis, tak menggubris omongan Rizal.

" Apa kita telepon Dito sekarang? " tanya Fafa.

" Jangan... Aqira tadi minta sama bunda buat jangan kasih tau Dito kalo dia masuk rumah sakit dan sudah 1 tahun dia koma. Dia ga mau jadi beban buat Dito disana " cegah bunda.

" Tapikan bun, Dito harus tau soal ini " ujar Fafa.

" Kalo dia balik kesini, bunda sendiri yang akan kasih tau Dito semuanya " kata bunda.

Fafa dan Rizal saling berpandang. Mereka menuruti kemauan bunda untuk saat ini. Meskipun mereka tau, ini ga adil buat Dito.

Aqira di bawa pulang setelah semua alat yang dipasang di tubuhnya telah di lepas.

Semua teman - teman satu sekolah dan guru - guru melayat kerumah duka. Mereka semua masih belom bisa percaya kalo Aqira secepat ini pergi.

Dokter penjaga di sekolah juga sama. Ia masih belom bisa percaya kalo Aqira benar - benar pergi.

Ia mengusap kepala Aqira yang sudah tertidur selamanya di atas lantai yang sudah di tutupi dengan karpet.

" Saya ga nyangka, kamu akan secepat ini pergi ninggalin kita semua. Pasti dokter bakalan kangen banget sama kamu. Udah ga akan ada lagi orang yang mau nemenin saya di UKS "

Fafa sahabatnya menangis sejadi - jadinya. Ia memeluk sahabatnya itu. Ia juga memeluk bunda yang sudah 3 kali jatuh pingsan karna shock.

Fey, orang yang slalu membulli Aqira di sekolah juga ga pernah menyangka akan jadi seperti ini akhirnya.

" Gue ga nyangka Ra, loe secepat ini pergi ninggalin kita semua " ujar Fey.

Semua sudah tahu kalo Aqira meninggal, tapi tidak dengan Dito. Saat Aqira di kebumikan pun tak ada satu orang yang menghubungi Dito. Walau sebenarnya Rizal ingun sekali menghubunginya.

Bunda, terus saja menangis. Dia masih tidak percaya bahwa anak satu - satunya telah pergi untuk selamanya.

Ia juga sangat menyesal, karna ia sudah gagal menjadi seorang ibu. Uang yang ia kumpulkan untuk operasi Aqira tak kunjung menambah, sampai akhirnya jantung Aqira semakin parah.

" Maaffin bunda sayang, bunda telat operasi kamu "

Jantung hatikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang