chapter 46

1.1K 55 0
                                    

Dito masuk kedalam rumah dengan keadaan basah kuyup. Karna di luar memang sedang hujan deras. Bibi yang dari tadi menunggunya langsung mengantarkan handuk untuk menghangatkan tubuhnya.

" Aden, aden habis darimana, bibi khawatir sama aden " kata bibi.

Dito memeluk bi Minah sangat erat. Dito menangis, ia benar - benar menangis untuk saat ini. Bibi mengusap punggung Dito dan menanyakan apa yang terjadi.

" Aden, aden kenapa? "

" Bi, apa yang di bilang sama bibi bener. Dito nyesel, sekarang Dito tau kalo perasaan Dito ke Aqira memang sayang. Dan sekarang, Qira marah sama Dito karna dia udah tau semuanya "

Bibi hanya diam, bibi tau saat ini yang Dito butuhkan hanyalah menenangkan dirinya.

" Kejadian ini cukup jadi pelajaran ya buat aden. Jangan di ulangin lagi "

" Dito nyesel banget bi. Dan sekarang Aqira menjauh dari Dito, dan itu sakit bi "

" Yang sabar ya den. Mungkin saat ini non Aqira emang lagi mau nenangin diri dulu "

" Dia kecewa banget sama Dito. Dito ga tau harus gimana buat yakinin dia "

" Jangan nyerah dong Den. Aden harus optimis kalo aden bisa naklukin hatinya non Aqira "

Dito hanya diam, dia merenungkan ucapan bi Minah. Dia masuk kedalam kamar, ia terdiam sambil memainkan senar gitar.

Ia mengecek handponenya, ia melihat 21 kali Aqira menghubunginya, tapi tak ada jawaban darinya.

Kali ini dia ingin tenang untuk sesaat.  Dia sudah kaget saat tadi dia melihat Aqira jalan bersama Rizal.

" Baru kali ini gue nangis karna cewe. Dan cewenya itu elo Qira... Elo..!!! " Dito teriak menahan sesak di dadanya.

Bibi sangat khawatir dengan keadaan Dito sekarang. Akhirnya bibi memutuskan untuk menghubungi Isan, memintanya untuk datang menemui Dito.

" Baik bi, nanti saya kesana " ucap Isan seraya mematikan teleponnya.

Isan akhirnya datang, ia mengetuk pintu kamar dan ternyata kamar Dito tidak di kunci. Ia melihat Dito melamun dengan pandangan kosong memeluk gitar kesayangannya.

Jreng...

Suara senar gitar di petik sama Isan sangat keras. Dito tersadar dari lamunannya. Isan duduk di sebelah Dito memandang sahabatnya penuh ke khawatiran.

" Loe kenapa sih? " tanya Isan.

" Nggak apa - apa " jawab Dito datar.

" Dito yang gue kenal dulu kemana nih. Ayolah loe harus bangkit, jangan terpuruk terus kaya gini, elo kaya gini tuh kaya ikan teri di jemur. Elo harus semangat dong, masa segini aja udah nyerah " kata Isan memberikan semangatnya kepada Dito.

" Ya gue kaget aja, tadi gue nunggu dia pulang, ternyata dia habis jalan sama Rizal "

Mendengar cerita singkat dari Dito membuat Isan sedikit kaget.

" Tunggu Rizal anak baru maksud lo? "

Dito mengangguk saja menjawab pertanyaan Isan. " Gue juga ga tau kenapa mereka bisa jalan  bareng. Tapi waktu gue nunggu dia di rumah, dia pulang dianterin sama Rizal, terus Rizal ngerangkul pundak dia. Itu tuh di depan mata gue!! " Emosi Dito tak terbendung lagi.

" Kayanya elo emang beneran jatuh cinta ya sama Aqira? " tanya Isan yang buat emosinya terhenti sesaat.

" Terserah loe mau ngejek gue sama yang lain apapun tentang perasaan gue ke dia. Tapi gue emang beneran sayang sama dia, dan setiap gue liat dia jalan sama yang lain, gue suka sakit hati " kata Dito.

Jantung hatikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang