Didalam kamar, Dito terdiam sambil memeluk gitar kesayangannya. Entah ada apa dalam fikirannya. Di dalam otaknya kini sedang memikirkan Aqira.
" Woyy.. Kenapa gue jadi mikirin tuh cewe sih? Aneh banget " ucap Dito sambil kembali memetik senar gitar miliknya.
Tak lama, suara ketukan terdengar dari arah luar. Dito menyuruh orang tersebut untuk masuk. Ternyata bi Minah. Ia memberi tau kalo ada Papah datang dari dinasnya di Jepang.
" Den, ada tuan di bawah, tuan mau ketemu sama aden " kata bi Minah sopan.
" Males ah bi. Dito disini aja. Lagian kenapa baru sekarang papah mau ketemu sama Ditonya? Kemana aja waktu Dito butuh papah kemaren ?" jawab Dito.
Tak lama papah datang menemui Dito di dalam kamar. " Sayang papah pulang... "
Dito buang muka. Mengacuhkan kehadiran papahnya itu. Papah memeluk anak semata wayangnya itu, tapi tak di balas pelukannya sama Dito.
" Ngapain sih pah, papah harus dateng? Mending ga perlu balik ke sini. Lebih asik di luar negerikan, ga ada yang nyusahin kaya disini! " ucap Dito yang buat papah kaget.
Papah melepaskan pelukanya " Kamu ga kangen sama papah? "
" Buat apa? Papah sendiri aja ga peduli sama Dito disini!! "
" Bukan gitu maksud papah. Papahkan kerja juga buat kamu "
" Pah, tanpa uang papah pun juga Dito masih bisa hidup !! "
Dito berdiri dan pergi meninggalkan papah yang terdiam sambil menunduk.
Dito langsung menikmati sore hari. Tanpa mobil dan motor mewah yang sering ia pakai. Kali ini, Dito naik sepeda untuk sekedar berkeliling di sore hari.
Iya duduk di sebuah bangku taman. Ia berdiam diri disana. Tak lama, Fey datang menemui Dito dari belakang sambil menutup matanya.
" Elo? "
" Hy... Bep.. Kamu ngapain disini? "
" Elo ngapain disini? "
" Ya aku ga sengaja liat kamu disini. Mana mobil sama motor kamu? "
" Gue ga pake motor atau mobil "
Fey kaget " Hah?! Terus pake apa? "
Dito menunjuk sepedanya dengan dagu. Fey melotot memperhatikan sepeda yang di bawa sama Dito.
" What?! Sepeda? Nggak salah? Kenapa? Ya ampun bep, kamu ga malu apa jalan sore pake sepeda "
" Namanya juga jalan sore. Olahraga sore. Ya kali gue pake mobil "
" Ehhh gimana kalo kamu ikut aku aja pake mobil ? "
" Nggak, makasih. Sorry gue kayanya udah mau pulang, jadi sorry sekali lagi, gue tinggal duluan "
Dito berdiri dan langsung naik sepedanya. Fey gereget dengan sikap dingin Dito.
" Awas loe ya. Pokoknya gue ga rela ada orang yang bisa milikin elo Dito. Ga boleh ada cewe yang jadi pacar elo selain gue!! "
Saat sedang mengayuh sepeda, tiba - tiba seorang perempuan menyebrang saat Dito sedang mengebutkan sepedanya. Ia langsung menarik pedal rem agar tidak menabrak perempuan itu.
" Ibu. Ya ampun saya minta maaf ya? "
Dito turun dari sepedanya sambil menolong perempuan tersebut ke pinggir jalan.
" Iya nak ga apa - apa "
" Ada yang sakit ga bu? "
" Nggak ada nak. Makasih ya "
Dito diam seraya berfikir. " Ibu, saya anter pulang ya? "
" Nggak perlu nak ibu juga bisa sendiri "
Perempuan tersebut mencoba berdiri. Tapi, ia kembali terjatuh karna kakinya keseleo.
" Ya ampun ibu. Sini, saya antarkan ibu kerumah "
Dito membantu perempuan tersebut naik ke atas sepeda. Perempuan itu mengarahkan Dito ke rumahnya. Sampailah mereka di rumah.
Perempuan itu memanggil anaknya untuk segera keluar. Saat anaknya keluar, Dito terkejut. Karna, perempuan yang ia tolongin adalah ibunya Aqira.
" Bunda, ya ampun bunda kenapa? '' tanya Aqira sambil berlari mendekati bunda.
" Bunda ga apa - apa sayang " jawab bunda.
Aqira terus memandang bunda, sampai lupa dengan kehadiran Dito di sebelahnya.
" Aqira? " panggil Dito.
Aqira menoleh kepadanya. " Dito? "
" Kalian sudah saling kenal? " tanya bunda.
Aqira dan Dito saling menandang. " Emmm... Iya bunda. Dito temen Qira di sekolah "
" Ohhh yaudah ya, saya pulang dulu " pamit Dito.
" Nak, tunggu sebentar. Jangan dulu pulang. Sini ngobrol dulu sama Aqira " ajak bunda.
Dito melirik Aqira. Dan Aqira hanya mengangkat dagu.
" Boleh " jawab Dito.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jantung hatiku
RomanceAqira ga akan pernah menyangka akan berakhir seperti ini. Ini bukan yang ia harapkan. Perjuangannya untuk bertahan dengan penyakitnya kini sudah diujung batas. Jantungnya sudah tidak bersahabat lagi. Sakit yang sekarang ia rasakan, jauh lebih sakit...