" Hei, thanks ", aku menghampiri Zarif yang ketika itu sedang duduk di bangku tidak jauh dari Tony Romas.
" Jihan... ", dia mendongak memandangku. Kami diam beberapa ketika. Masing-masing tidak tahu bagaimana hendak menyambung perbualan.
" Kenapa kau tak masuk? ", aku memecahkan kesunyian antara kami.
Dia hanya diam.
" Ni kunci kau ", aku menyerahkan kepadanya kunci kereta tersebut.
Dia mengambil tanpa bersuara apa-apa. Melihat dia tiada balasan, aku berkira-kira untuk kembali ke Tony Romas semula. Pertanyaan aku tentang surat itu pun aku tangguhkan dulu, aku kira sekarang bukan masa yang sesuai.
" Jihan.. "
Aku berpaling memandangnya.
" Boleh tak kita lupakan je apa yang berlaku dulu? Lupakan apa yang pernah aku cakap kat kau dulu? "
Aku tidak terus membalas kata-katanya. Aku menarik nafas kecil.
" Dont worry Zarif, aku dah tak ingat dah apa yang kau cakap dalam fon haritu "
" Jihan... maksud aku, lupakan apa yang pernah aku cakap lima tahun lepas... lupakan apa yang pernah jadi dulu... lupakan yang aku pernah reject kau... dulu.."
Aku sedikit terkesima mendengar kata-katanya.
" Ape maksud...kau? "
" Please bagi aku satu lagi peluang Jihan..untuk aku tawan hati kau balik "
Aku terdiam.
Dia bangun seraya itu dan berlalu meninggalkan aku sendiri yang masih tergamam dengan kata-katanya.
' Gila agaknya Zarif ni ', hati kecil ku berbisik.
Tapi... kenapa hatiku berdebar?P/s: sori aku ade padam satu baris ayat sbb tetibe bace mcm terlalu cringeworthy. And pls komen klu ade mane2 part yg korang nak aku ubah dlm bab ni.
KAMU SEDANG MEMBACA
My 2nd Confession
Roman d'amourTulis saje-saje time bosan so x de lah gempak sangat macam novel hlovate hiuhiuhiu