TPOL (7) "Bertemu Musuh"

1.3K 384 110
                                    


Kini Alvin tengah duduk di sofa rumah Cakka. Sesekali ia melirik HP-nya, menunggu pesan masuk dari teman-temannya yang sempat meminta izin untuk datang terlambat ke rumah Cakka.

Mata Alvin mengedar keseluruh sudut rumah Cakka, matanya tertuju pada sebuah foto keluarga yang tertempel di dinding berukuran sekitar 75 cm x 100 cm.

Difoto itu terdapat 4 orang yang sedang tersenyum dikamera, Alvin mengenali ketiga orang itu, namun tidak dengan cewek yang sedang tduduk dengan senyum manisnya.

"Ini adik Cakka bukan sih?" Alvin bertanya pada dirinya sendiri. Ia nampak ingat, bahwa Cakka memang memiliki adik perempuan yang tinggal di Bandung.

"Kalau gasalah namanya—"

"Vin! Itu si Rio udah dateng, nggak lo suruh masuk?"

Alvin tersentak, lalu menoleh pada Cakka dengan rambut yang digosokan oleh handuk.

Tadi selesai mandi, Cakka melihat HP-nya yang berbunyi. Ternyata sebuah pesan masuk yang ia dapatkan dari Rio. Katanya, ia sudah beberapa kali mengetuk pintu dan menekan bel namun, tidak ada yang membukakannya. Makanya ia mengirimkan pesan pada Cakka, memastikan apa Cakka di rumah atau tidak.

"Eh, iya Cak? Lo ngomong apa barusan?" tanya Alvin bingung.

"Si Rio udah di depan pintu Alvin..." Gereget Cakka, lalu melengos meninggal Alvin yang masih terpaku.

Cakka membuka pintu rumahnya. Benar saja ia mendapati Rio yang sedang duduk di kursi luar.

"Masuk Yo, sorry lama," ajak Cakka. Rio mengangguk dan beranjak mengikuti Cakka dari belakang untu masuk ke dalam rumahnya.

"Eh Rio, lo nunggu lama yo?" tanya Alvin polos, yang langsung kena lemparan handuk yang dipegang Cakka.

"Si kampret, pake nanya lagi!"

"Yee, gue kan nanya," sahut Alvin.

"Udah santai aja," ucap Rio menengahi. "Lagian lo berdua kemana sih? lama amat. Berduaan lagi di rumah," ledek Rio dengan senyum jahilnya.

"Gue lagi mandi! Tau tuh si Alvin. Gue tanya dia aja langsung kaget gitu, mikirin apa lo? Utang?" selidik Cakka.

"Nggak lah! Gue gak punya utang, sorry aja ya."

"Apaan, kemarin lo pinjem duit gue buat bensin aja belum lo ganti." Cibir Rio.

"Ya, itukan dikit yo," ucap Alvin melas dan itu membuat Cakka dan Rio tertaa.

"Yaudah, becanda kali Vin," kata Rio sambil menepuk-nepuk pundak Alvin.

Kini pandangan Alvin beralih kembali, pada foto keluarga Cakka.

"Cak, ini adek lo yang tinggal di Bandung iu bukan?" tanya Alvin.

"Iya," jawabnya singkat.

"Namanya, Pi... Pi...." Alvin tampak ragu menyebutkan nama itu. Namun, detik kemudian ia mengingatnya.

"PINA kan?" Sambung Alvin lantang.

"Ify!" Jawab Cakka membenarkan. Namun, tampak diduga seseorang menyahut panggilan itu.

"Iya kak? Kenapa?" ucap Ify, yang baru masuk rumah.

Alvin, Cakka dan Rio langsung menoleh ke sumber suara.

"Eh, Fy, udah pulang?" Cakka malah balik nanya, Ify mengangguk dan tersenyum.

Ify melirik dua orang yang sedang berdiri tak jauh dari kakak nya itu. Cakka mengikuti arah pandang Ify.

The Possibility Of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang