TPOL (17) "Annoying"

205 20 0
                                    

+6281512****** : Besok pagi, gue jemput lo ke rumah.
Sekolah bareng gue.

Rayka Irhas.

Ify membulatkan matanya.

*****

"Ify! Lo ngapain diem di ambang pintu?" Lilu membuyarkan lamunannya.

Sekilas Ify melihat teman-temannya sudah berada di dalam kelas.

"Ehiya, nggak kok tadi gue cu...."

TING!

"Bel tuh, yaudah masuk yuk!" ajak Lilu.

Ify tersenyum pada Lilu dengan perasaan sangat gusar.

*****

Tangan Ify begitu lincah menyalin rangkuman buku paket Biologi yang membahas tentang sistem pencernaan manusia. Namun, tetap saja Ify tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Walaupun terlihat serius menulis, tapi pikiran Ify sekarang adalah tantangan seorang cowok yang diberikannya beberapa menit yang lalu.

Dia benar.

Ify meruntuki dirinya sendiri, mengapa dari awal ia menurut akan perkataanya. Kenapa ia tidak menolaknya dari awal? Ah hati Ify benar-benar dilema sekarang.

"Fy?" tegur Lilu pelan. Sedari tadi Lilu memerhatikan tingkah Ify yang begitu aneh. Lihat saja pekerjaanya sekarang.

"Ehiya Lu, kenapa?"

Lilu mengglengkan kepalanya sembari tersenyum, menertawakan hasil pekerjaan Ify.

"Lihat tuh yang lo lakuin." Mata Lilu mengarah pada buku yang sedang Ify tulis.

Ify melebarkan matanya tak menyangka dengan aktivitas yang ia lakukan. Ternyata sedari tadi yang ia lakukan hanya mencoreti buku tulisnya saja.

Lilu terkekeh, "Lo kenapa sih Fy?"

"Lilu bantuin gue," sejenak Ify mengehela nafas. "Gue gak mau," lanjut Ify.

"Gak mau kenapa Fy?"heran Lilu.

Ify menggelengkan kepalanya, pasrah.

Pusing, ya itu yang dirasakan Ify saat ini. Hatinya benar-benar gusar saat ini. Ify benar-benar tidak mau untuk pulang bersama cowok rese itu.

Ya Tuhan Ify harus apa?

*****

Ify melihat jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya. Ify terseyum manis. Ia sangat berterimakasih pada Tuhan yang telah mengabulkan doanya untk pulang sekolah lebih awal.

Tadi memang guru Biologi Ify hanya mengajar 1 jam saja, karena ada kepentinga yang harus diselesaikan segera.

Kali ini pandangan Ify mengarahkan pada gedung seberang, di mana itu adalah gedung yang ditempati oleh kelas 12. Mata Ify jatuh pada kelas yang bertuliskan XII-MIPA 3 dengan santainya ia tersenyum meledek.

"Bye-bye cowok rese."

Ify berjalan ke parkiran yang nampak sepi, hanya ada motor dan mobl serta beberapa teman kelasnya. Matanya menangkap motor yang terpakir rapi dekat pohon, yang kemarin mengantarkannya ke Rumah sakit. Ya, motor itu punya Ray.

Lagi-lagi Ify tersenyum puas. Sebab, di parkiran ini hanya ada motornya tidak dengan pemiliknya. Ia yakin cowok itu masih belajar, jadi tidak perlu takut untuk melewati motor itu seperti saat ini, ia berhasil.

"Ify!"

Langkah ify seketika terhenti, perasaanya mulai tidak enak. Perlahan Ify memutar tubuhnya dengan memejamkan matanya, berharap orang yang memanggilnya itu bukan seseorang yang tidak mau ify temui.

The Possibility Of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang