TPOL (16) "Tebakan"

245 26 4
                                    


Jam kosong memang waktu yang paling disenangi oleh kalangan pelajar. Apalagi disaat guru yang akan mengajar adalah guru yang sama sekali tidak diharapkan kedatangannya. Maka dari itu hal seperti ini tidak disia-siakan oleh Ray dan teman-temanya untuk bersantai ria di dalam kantin.

"Surga dunia banget nih gaada Bu Shinta," Kata Rio yang dianggukan oleh ketiga temannya.

"Bener banget Yo, jadi gue gak perlu repot-repot ngerjain tugas deh," sahut Alvin di tengah-tengah mengunyah bakso-nya

"Gaya lo Vin kaya yang sering ngerjain tugas aja, tiap hari lo nyontek mulu," ledek Ray membuat Cakka, Rio dan Ozy langsung tertawa membenarkan ucapan Ray barusan.

Alvin menghentikan aktivitas makanya, lalu mendongkakan kepalanya menatap ketiga temannya setelah itu ia mengeluarkan senyum lebar tanpa dosa disertai mie yang masih menempel pada mulutnya.

"Jijik lo!" Hardik Cakka, Rio, Ray dan Ozy.

"Hehe...." Alvin bukannya menyadari kesalahannya, ia malah cengengesan yang membuat ketiga temannya geram.

"Bersihin dulu tuh mulut lo," ucap Rio menatap kesal Alvin.

Alvin mengangguk. Sikutnya menyenggol lengan Cakka yang berada di sampingnya.

"Apasih?" tanya Cakka heran.

Alvin tidak menjawab.

Cakka semakin tidak mengerti saat Alvin menyenggol lengannya ditambah alis yang naik-turun. Yang membuat Cakka heran pandangan Alvin mengarah pada Ray.

"Ah kelamaan lo! Gak peka dasar!" Alvin sedikit bangit dari duduknya, lalu tangannya mengulur pada benda yang berada di depan Ray yaitu tisue.

"Ah manja amat pengen di pekain," Cibir Cakka.

Alvin mencebikkan bibirnya dengan tangan yang terus membersihkan mulutnya dengan tisue.

Ray, Ozy dan Rio tekekeh melihat tingkah laku kedua temannya itu.

Tak terasa waktu begitu cepat, sehingga bel istirahat kembali berbunyi dan itu dirasakan saat satu persatu-satu siswa datang ke kantin untuk mengisi perutnya.

Karena Ray dan teman-temannya sudah dari tadi berada di kantin dan merasa bosan juga , akhirnya mereka memutuskan untuk meninggalkan kantin yang semakin ramai itu.

*****

Bel istirahat sudah berbunyi limat menit yang lalu, namun itu sama sekali tidak tertarik pada gadis satu ini untuk menyantap makanan di kantin. Saat di ajak oleh Via dan Acha, Ify juga menolaknya. Karena ia merasa perutnya masih bisa ditahan untuk tidak makan. Mungkin karena itu juga Ify mempunyai magh pada lambungnya karena suka menunda-nunda makan.

Lama menunggu Via dan Acha membuatnya kebelet untuk membuang air kecil. Ify memasukan ponselnya pada saku rok-nya, sedikit merapikan buku yang berantakan di meja setelah itu ia beranjak keluar. Namun, saat di ambang pintu Ify dikejutkan oleh seorang cowok yang tak asing lagi baginya.

"Ngapain di sini?"

"Suka-suka gue dong, emangnya gue gak boleh ke sini?"

Ify hanya mengangkat bahu acuh.

"Minggir gue mau lewat."

"Kalau gue mau ketemu lo gimana?" tanyanya dengan senyum tengil yang membuat Ify malas untuk melihatnya.

"Apa urusannya sama gue? Gue gaada urusannya sama lo."

"Adalah!"

"Apa?" Ify melipat kedua tangannya.

The Possibility Of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang