TPOL (25) "Berduaan"

110 13 0
                                    

Ify sedang mengirup udara segar dengan penuh nikmat, ia sangat-sangat nyaman berada di sini. Pandangannya menyapu berbagai cahaya lampu yang berasal dari rumah penduduk.

"Gimana suka?"

Ify mengangguk tanpa sadar. Ia benar-benar menyukai tempat ini, sebuah bukit yang sangat indah dengan disuguhi pemandangan yang luar biasa. Ray benar-benar hebat sudah memilih tempat yang luar biasa kerennya ini, Ia senang melihat kupu-kupu yang mengintarinya dengan cantik.

"Tadi bilangnya gak suka," ledek Ray.

Ify sedikit terketuk dengan ucapan Ray, "Hah?! Pertama lo bilang apa tadi? Gue gak denger," alibi Ify, "Gue gak suka tempat inI," lanjut Ify.

"Alah bohong lo, bilang aja gengsi."

Ify mendelik sebal, Ray tertawa dalam hati.

Keduanya kembali terdiam dengan pikirannya masing-masing, mereka melanjutkan menikmati pemandangan di depannya ini. Sampai akhirnya Ify melupakan sesuatu.

"Eh btw lo bawa gue kesini kan mau ngomong sesuatu. Emang apa sih? sampe lupa kan gue."

"Oh itu... mm gue mau ngomong kalau----"

"Kalau apa?" Ify melirik Ray.

Ray menatap Ify serius. Namun, ia tidak tega untuk mengucapkan hal tersebut. Kalau Ify marah bagaimana? Aduh untuk saat ini Ray tidak memiliki alasan.

"Apa sih Ray? Cepet ah!"

Bukannya menjawab, Ray malah diam. Tadi aja memaksa Ify untuk ikut karena ada suatu hal penting yang harus dibicarakan di suatu tempat tertentu. Tapi, saat Ify sudah mengikutinya Ray malah terdiam.

Ray menghela nafas, ia semakin tidak tega saat Ify marah seperti ini, "Gue mau bilang kalau—ka—kalau tantangan itu kapan gue lakuin?"

Duar!!!

Tuhan tolong Ify, kepala ini mau pecah.

"Serius lo ngomong itu?" ucap Ify dengan nada yang masih normal.

Ray mengangguk polos.

"Sumpah lo buang-buang waktu gue tau gak?"

Tuhkan Ray tidak tega jika sudah begini, jujur sih mungkin bisa dikatakan ini tidak penting. Sebenarnya Ray hanya ingin mengajak Ify ke tempat ini saja kok. Tapi, Ray tidak punya cara lain selain ini, karena sudah di pastikan Ify tidak mau ikut dengannya.

"Lo gaada kerjaan banget sih! kan bisa ngomong pas di sekolah? Cuma nanya ginian doang lo harus ajak gue ke sini?"

"Tapi lo suka tuh sama tempatnya."

"Gak! Gue gak suka sekarang."

Ray menahan tawanya, berarti sebelum ia menanyakan hal ini pada Ify, cewek itu memang sangat menyukai tempat ini.

"Lo kenapa sih Fy, harusnya lo tuh seneng gue ajak main."

"Serah lo deh, tau gak sih gue makin gak suka sama lo."

"Kenapa?"

"Karena lo ud---"

TING!

Ponsel Ify berbunyi dengan cepat ia melihatnya, seketika bibir Ify menyunggingkan senyum. Diam-diam Ray memperhatikan itu semua dan tanpa sengaja Ray melihat siapa yang mengirim pesan tersebut. Ya dia adalah Ozy.

"Yaudah deh mumpung mood gue kembali baik, kita pulang deh yuk!"

Langkah Ify terhenti, melihat Ray sama sekali tidak ada pergerakkan. Ify menatap Ray, tapi cowok itu malah menatap Ify lebih tajam. Kenapa dengan cowok itu? Ify jadi takut sendiri apalagi ini bukit banyak sekali pohon-pohon besar.

The Possibility Of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang