TPOL (13) "Permintaan"

534 66 5
                                    

Entah ada dorongan dari mana?

Gue pengen bareng sama Dia.

-Rayka Irhas Triwijaya-

"Ify! Ngapain lo di situ?" Ify tersentak oleh seseorang yang memanggilnya dengan lembut.

Ify menoleh, "Eh, Kak Ozy."

Ozy tersenyum manis dan melangkah mendekati Ify yang sedang mematung menatap indahnya senyuman Ozy yang dia berikan untuknya.

Duh...penyakit gue bisa kambuh kalau gini mah.

"Ngapain sendirian di sini?"

Ozy mengerutkan keningnya, "Fy!?" Ucapnya dengan suara sedikit keras karena sedari tadi Ify hanya diam menatap Ozy tanpa berkedip.

"Hah? eh?" Ify mengigit bibir bawahnya, sedikit menyesali perbuatannya. Bagaimana kalau Ozy tadi menyadari sikapnya? Itu sangat memalukan.

"Kenapa? lo sakit?"

Iyaa sakit, Diabetes gue kambuh lihat senyum lo.

"Hah? enggak kok hehe." Senyum Ify kikuk.

Ozy mengangguk, "Yaudah mendingan lo masuk deh sekarang, dari tadi bel udah bunyi. Entar lo kena omel guru lagi." Titah Ozy dengan senyum.

Perhatian banget sih.

"Hehe iyaa kak, kalau gitu gue ke kelas dulu yaa." Ucap Ify seraya meninggalkan Ozy yang sekarang sudah berjalan menaiki tangga menuju kelasnya.

*****

Sepanjang pelajaran dimulai, Ify tidak dapat berkonsentrasi dengan apa yang di terangkan oleh guru. Dipikirannya sekarang saat ini bukanlah pelajaran tapi bagaimana bisa Ray mengetahui kejadian saat di kantin tadi dan yang paling Ify kesal adalah mengapa cowok itu menanggapinya dengan kesalah pahaman.

Pasti ini ulah fans nya dia deh, ah sebel.

Ify meruntuki dirinya sendiri saat Ray mendekatkan wajahnya dengan telinganya serta membisikkan kata-kata yang membuatnya dibuat bungkam. Ia sangat yakin saat kejadian itu wajahnya tampak bodoh, karena sebelum cowok itu benar-benar pergi Ify melihat bibirya tersenyum geli saat mengetahui ekspresi wajahnya sendiri.

Dan kejadian itu membuatnya tidak mau terulang lagi.

Tiba-tiba seulas senyum terukir dibibirnya, mengingat saat sesudah cowok dongkol itu menghampirinya, seketika tergantikan oleh datangnya seorang lelaki yang membuatnya bisa meluluhkan hatinya sendiri.

Senyumnya...

Suaranya...

Matanya...

Rambutnya...

"Fy! Pinjem pulpen dong!" Lamunan Ify seketika terhenti oleh suara yang berasal dari belakang yang membuatnya hampir jengah. Ify menoleh, siapa lagi kalau bukan si pembuat onar kelas,Vadil.

Ify menaikkan kedua alisnya seolah berkata 'Ada apa memanggilnya?'

"Pinjem pulpen hehe." Ulang Vadil sambil memperlihatkan sederet gigit putihnya.

Seketika wajah Ify langsung berubar datar.

Seolah tau raut wajah Ify apa, Vadil mencoba membuat alasan agar cewek yang di depannya ini bisa luluh.

"Plis dong Fy, sekali ini lagi aja deh Vadil pinjem pulpen sama Ify, soalnya yang lain udah nggak mau minjemin Vadil pulpen lagi." Rengeknya dengan wajah dibuat semelas mungkin.

The Possibility Of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang