TPOL (40) "Siapa Dia?"

86 13 0
                                    




Shilla dan Ify melangkah kan kakinya mneuju kantin. Tiba-tiba dari ke jauhan mata Ify tak sengaja menangkap segerombolan cowok memasuki kantin, siapa lagi kalau bukan kakak dan teman-temannya. Ia juga melihat Ozy di sana yang sedang bergurau bersama Ray.

Setelah sampai di kantin, keduaanya memesan makanan.

"Shil, Via ngabarin gue, besok main ke rumahnya. Lo bisa?" tanya Ify.

"Hm—lihat besok aja deh."

"Tumben, biasanya juga lo langsung oke-oke aja."

"Iya sih, Cuma besok gue gatau bisa gatau nggak hehe..."

Ify mengangguk. Tak lama makanan mereka pun datang. Di sela-sela makan Ify melirik Shilla yang menurutnya aneh sekali hari ini, yang Ify tangkap adalah setiap kali Shilla memasukan makanan ke mulut beberapa detik kemudian matanya melirik ke arah lain. Entah lah Shilla melihat apa?

"Shil lihat apaan sih?" tanya Ify. Seketika Shilla langsung mendongak dan membenarkan posisinya, diirnya meruntuki diri sendiri. Bodoh sekali Shilla, kepergok sama adiknya sendiri. Jujur sih sedari tadi Shilla ngelihatin Cakka di meja pojok sana.

"Hah? Li-lihat apaan?"

"Lo lihat apaan sih Shil dari tadi lihat ke sana mulu?"

"Oh nggak kok, perasaan lo aja kali."

Ify mengangkat bahunya acuh.

"Yaudah lo makan tuh keburu dingin," titah Shilla. "Ohiya tumben banget ngajak gue ke kantin?"

"Laper."

"Nah gitu dong, lo makan. Jangan harus di paksa sama gue dulu."

"Hehe...."

*****

Ify menghelas nafasnya, saat nomor yang di hubunginya tak juga aktif. Kemana sih kakaknya? Apa ia lupa jika punya adik satu sekolahan? Main tinggal aja. Sudah Ify cari satu sekolah, tapi kakaknya itu tidak di temukan, motornya pun sudah tidak ada di parkiran. Ia yakin sekalin jika Cakka sudah pergi meninggalkannya. Tujuh kali Ify menggubungi nomor Cakka, tapi tidak juga aktif.

Ify duduk di halte depan sekolahnya, sepertinya ia harus naik ojek online atau taksi untuk sekarang agar sampai ke rumahnya. Karena mengandalkan Cakka sama aja bohong. Saat akan memesan onjek online, sebuah kendaraan berhenti di depan Ify. Awalnya Ia pikir orang yang akan menjemput anak yang bersekolah di sini juga, tapi saat si pengemudi turun Ify mengerjapkan matanya, ternyata Ray lah yang datang.

Ify memalingkan wajahnya ke arah lain, lalu menggeserkan tubuhnya saat cowok itu duduk di sampingnya, seolah Ray itu orang asing baginya. Tanpa ia sadari sedari tadi cowok itu memerhatikannya. Ify mendegus kesal, saat ada pemberitahuan jika paket kuota nya sudah habis. Itu artinya dia tidak bisa memesan onjek online.

"Kenapa?" tanya cowok di sebelahnya.

"Gapapa."

"Cakka udah pulang duluan," katanya lagi.

"Gue tahu."

Ray pun mengangguk.

Sekilas Ify melirik cowok itu, ia menyernyit heran. Kenapa cowok itu ada di sini dan apa maksud dan tujuannya. Dari ekor mata Ify, ia bisa melihat cowok itu sedang sibuk memainkan Hpnya. Tidak ada percakapan yang dilontarkan olehnya, hanya satu pertanyaan tadi saja yang ia dapatkan,. Andai saja Ray tahu, sekarang Ify benar-benar membutuhkan tumpangan untuk pulang. Untuk saat ini, jika Ray mengajakanya pulang, mungkin ia akan ikut tanpa menolaknya. Kan lumayan.

Apa sebenarnya cowok itu memang sedang menunggu dirinya? Dan akan mengajaknya pulang bareng? Soalnya aneh banget kan tiba—tiba cowok itu berhenti hanya untuk berdiam diri seperti ini, kalau tidak ada maksud dan tujuan. Tapi, melihat situasi seperti ini ia jadi heran sendiri, kenapa Ray sama sekali tidak mengajaknya berbicara dan berbasa-basi untuk mengajaknya pulang.

Apa Ray menunggunya untuk berbicara terlebih dahulu? Mengingat sikap Ify yang jutek membuat takut, begitu? Tapi, sama sekali tidak mungkin jika itu salah satu alasan Ray tidak menjaknya ngobrol. Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya Ify mengangguk paham jika cowok itu sedang menunggu seseorang.

"Kak Ray!"

Ray maupun Ify otomatis mendongkakkan ke sumber suara. Perempuan yang masih mengenakan seragam sekolahnya itu akhirnya datang juga, setelah sekian lama Ray menunggunya. 

'Punya cewek ternyata' batin Ify.

"Maaf ya kak lama," kata perempuan itu.

"Udah biasa," balas Ray dengan tawanya. Tangan Ray pun teulur mengacak rambut perempuan di hadapannya, yang di balas dengan menampilkan deretan giginya.

Ify yang melihat itu langsung memalingkan wajahnya ke arah lain, walau ekor matanya masih menangkap jelas aktivitas kedua insan di sampingnya ini. Ternyata Ray sudah menjalin hubungan cukup lama sepertinya, mendengar dari pembicaraannya tadi, yang sudah biasa menunggu perempuan itu di sini.

Tapi yang Ify pertanyakan adalah perempuan itu masih menggunakan seragam SMP.  Gak salah tuh Ray memacari anak SMP? Gak salah sih, Cuma ya aneh—Ah mungkin aja emang selera Ray yang imut-imut seperti itu. Bisa Ify lihat ternyata Logo sekolah itu adalah sekolah yang berdeketan dengan sekolahnya, pantas saja perempuan itu jalan kaki. Tapi, mengapa perempuan itu yang harus menghapiri cowok? Harusnya kan, Ray lah yang menunggu di depan sekolahnya. Ah bagaimana sih Ray?

Bisa Ify lihat, perempuan itu menggunakan logo sekolah berbeda dengan Ray. "Eh kok---" ucap perempuan itu terhenti, saat Ray menatap tajam ke arahnya. Ia baru menyadari jika di samping Ray juga ada seorang cewek yang sedang duduk.

"Yuk pulang!" ajak Ray, cowok itu berdiri dari kursi halte.

"A-ayo," jawabnya. Ia melihat Ray memberi kode untuknya, seolah masuk duluan ke dalam mobil.

Setelah perempuan itu masuk, Ray melirik ke arah Ify.

"Gue duluan," ucap Ray.

Seolah dirinya di ajak ngomong, Ify pun menoleh ke arah Ray. Lalu, mengangguk sebagai jawaban. Tak lama kemuadian mobil itu melaju, meninggalkan halte.

"Kirain ngajak gue pulang, tau nya nungguin ceweknya cuy!" gumam Ify.

*****

To Be Contonue

Gimana sama part ini? :)

Silahkan beri kritik dan saran

Terimakasih.

Follow ig: Amregitaa

The Possibility Of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang