TPOL (19) "Maaf dan Syarat"

182 17 5
                                    


Ify berjalan ke arah kelasnya, kali ini moodnya sedang baik, setelah dirinya mendapat pesan dari seseorang bahwa hari ini adalah jadwal latihan dance. Siapa lagi kalau bukan Ozy, kakak kelas yang menarik perhatian Ify. Ia senang, biasannya cowok itu hanya mengirimkan pesan lewat group dance-nya, tapi kali ini Ozy benar-benar ngasih tau lewat kontaknya sendiri. Lagi-lagi Ify tersenyum, pulang sekolah nanti ia bisa bertemu dengan Ozy.

Tiba-tiba mata Ify menangkap seseorang berjalan ke arahnya. Ify mengerutkan keningnya, ia tidak salah lihat kan kalau itu Shelin? Kakak kelas yang songgong itu, kalau kata Shilla. Dari kejauhan saja dirinya bisa melihat, jika Shelin sudah memasang wajah sinis dan tajam. Refleks, mata Ify melihat ke sekeliling koridor, yang sudah sepi. Sambil terus berjalan Ify berusahauntuk menenagi dirinya sendiri.

Saat Shelin tepat di sampingnya, Ify terus berjalan tanpa mau melihatnya. Ify sedang tidak mau berurusan dengan orang lain. Shelin yang merasa diabaikan pun langsung menahan tangan adik kelasnya itu, sehingga pergerakan Ify terhenti.

"Lo udah berani sama gue?!"

"Maksudnya apa ya kak?"

Shelin tersenyumkecut, "Aduh, lo itu polos atau sok polos hm?"

Sumpah di sini Ify benar-benar tidak mengerti apa maksud dan tujuan cewek ini. Apa dia melakukan kesalahan kah?

"Oh atau lo belum tau gue siapa?" Shelin melipat kedua tangannya, menantang.

Ify menaikkan satu alisnya, "Siapa kak?"

Tiba-tiba Ify meringis, saat tangan Shelin menekan pergelangan tanganya.

"Sialan lo, gatau gue siapa."

"Aduh kak, sakit." Cicit Ify.

Shelin melepaskan tangannya dengan kasar, wa

jah kakak kelasnya itu begitu merah dan tajam. Shelin tidak suka jika ada orang yang tidak takut dengannya. Seperti, orang yang ada di hadapannya ini, Ify. Dari awal Ify telah membela Shilla dengan rasa tidak takutnya kepada Shelin, itu yang membuat Shelin naik pitam pada Ify.

Menurut Shelin, dirinya orang yang garus ditakuti oleh semua orang.

"Lo gak ada sopan-sopannya ya sama kakak kelas."

"Maaf kak, menurut gue kakak yang gak ada sopannya sama orang lain."

"Apa lo bi---," ucapan Shelin terpotong, saat guru yang sedang piket sedang berjalan untuk mengontrol. Ia melihat guru tersebut tidak sendirian, melainkan bersama satu orang siswa yang sepetinya melanggar peraturan.

"Awas lo!" Shelin buru-buru pergi, sebelum guru tersebut memergokinya.

Ify merasa aneh, tiba-tiba Shelin pergi begitu saja. Apa dia telah menyadari perbuataannya? Wah jika benar, Ify sangat salut. Bisa sesingkat itu dia bertaubat.

Sialan lo, gatau gue siapa.

Aduh, kenapa kata-kata Shelin tadi mengiang-ngiang terus di kepalanya ya? Emangnya Shelin siapa, sampai pengen dikenal begitu?

"Eh kamu kenapa gak masuk kelas?"

Ify tersentak, melihat ke belakang di hadapannya sudah ada dua orang, yang satu guru dan satu lagi siswa. Dari sini ia mulai mengerti, mengapa Shelin tiba-tiba pergi begitu saja. Huft, sialan Shelin.

"Ohitu bu, tadi mm---." Ify melirik kepada siswa itu sambil mecari alasan yang tepat, tapi tidak juga ia temukan.

"Yaudah, kamu ikut saya sekarang!" perintahnya.

The Possibility Of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang