TPOL (38) "Pacar?"

89 12 0
                                    


Sesudah membersihkan seluruh badanya di kamar mandi, seketika Ify mendengar petikan gitar yang bersal dari balkon kamarnya. Karena penasaran Ify pun melangkahkan kakinya menghampiri seseorang yang Ify sudah yakini Cakka lah si pemain gitar tersebut.

Ify mengerutkan keningnya saat melihat kakaknya itu dengan bibir yang melengkung. Tak biasanya Cakka seperti ini saat memainkan gitar, biasanya cowok itu memasang wajah biasa saja. Ify pun langsung duduk di sebelah Cakka, namun cowok itu sama sekali tidak terganggu. Ify menggelengkan kepalanya, Cakka benar-benar tak menyadari kehadirannya.

Aneh.

Ada apa dengan Cakka?

"Kak?" panggil Ify

Cakka tidak terganggu.

"Kak Cakka?"

Ify pun menepuk pundak Cakka berkali-kali, sampai akhirnya cowok itu tersadar dari lamunannya.

"Eh lo Fy."

Ify  menghela nafas, menyilangkan kedua tangannya, kakinya ia lipat di atas kursi.

"Kak Cakka kenapa sih? di panggil dari tadi gak denger."

"Masa sih?" Cakka menyimpan gitarnya di samping tubuhnya.

"Iya, pake acara senyum-senyum gitu."

Cakka membulatkan matanya, "Masa sih?"

"Iya."

Ify melirik cowok itu lagi-lagi tersenyum, ia jadi curiga dengan Cakka. Pati ada yang di sembunyikan dari dirinya.

"Cerita dong." Seakan Ify tahu dengan perasaan kakaknya yang di sembunyikan, membuat Cakka tertawa.

"Cerita apa? Hm." Cakka menatap Ify seolah tidak ada yang di ceritakan.

"Oh gitu? Main rahasia-rahasian sekarang?" Ify mengangguk paham.

Cakka mengacak rambut Ify dengan tawanya, "Yaudah, sekarang lo mau tanya apa sama gue?"

Ify pun membalikkan tubuhnya untuk berhadapan dengan Cakka, lalu tersenyum.

"Mau tanya...hati kak Cakka," ledek Ify.

"Ah males ah, lo aja nanyanya gak bener." Cakka memalingkan wajahnya.

"Ih lagian, gue tau kok kak Cakka sekarang mainnya rahasia-rahasian. Pasti lagi nyembunyiin sesuatu nih dari Ify, pake gamau cerita lagi," cibir Ify.

Ify melirik ke arah cowok itu, tidak ada balasan. Cakka malah memandang bintang di atas sana, Ify pun akhirnya mengikuti aktivitas kakaknya. Sampai akhirnya suara Cakka kembali terdengar.

"Fy?"

"Ya?"

Keduanya masih memandang langit, tanpa mau mengalihkan kemanapun.

"Lo pernah jatuh cinta?"

Mendengar ucapan Cakka seperti itu, Ify langsung membenarkan posisinya. Kembali menatap Cakka, namun cowok itu pandangannya tetap ke arah sana.

"Ke-kenapa kak Cakka ngomong gitu?"

"Pengen aja."

"Aneh tau gak? Gak biasanya nih kak Cakka bilang gini," kata Ify. "Kenapa sih?"

Akhirnya Cakka pun kembali menatap adinya itu, "Gapapa."

Ify mendengus. Maksud Cakka ini apa coba? Gak jelas banget. Apa Cakka lagi mancing-mancing agar Ify jujur tentang hubungannya dengan Ozy? Setelah kepergok kemarin di kafe itu kan Cakka sama sekali belum ngomong padanya.

Kalau Ify jujur juga sama sekali gaada artinya, lagian hubungannya sama Ozy kan hanya sebatas teman.

Hanya teman.

"Fy, kalau gue suka sama seseorang gimana?"

Seketika Ify kembali menoleh ke arah Cakka dengan wajah terkejutnya. Ia sama sekali tidak menyangka dengan ucapan yang dilontarkan kakaknya itu. Ia pikir, dirinya yang bakalan diserang dengan berbagai pertanyaan Cakka akibat kejadian kemarin di kafe. Tapi, setelah mendengar pernyataan kakaknya tadi membuat dirinya penasaran siapa orang tersebut?

Sudah lama juga ia tidak dengar lagi Cakka menceritakan masalah perempuan padanya, terakhir kali itu pada saat Cakka SMP.

"Kak? Serius?"

Cakka menoleh melihat reaksi Ify yang menurutnya sedikit berlebihan.

"Emangnya kenapa?"

"Ng-gapapa sih, terus siapa orangnya?"

Saat itu juga Cakka menampilkan senyum jahilnya, "Tapi bohong."

Ify yang tadinya serius, seketika mendelik Cakka dengan malas. Bisa-bisanya masalah gini dibuat bercandaan.

"Gak lucu."

Cakka mengacak rambut Ify dengan tawa yang meledak, akibat reaksi adiknya yang begitu menggemaskan menurutnya. Ify pun menyingkirkan tangan Cakka dari kepalanya.

"Serius amat sih, haha...."

"Males ah, mu tidur." Ify pun langsung beranjak menuju kamarnya. Tepat saat ia di jendela antara pembatas balkon dan kamar, langkahnya terhenti sejenak.

"Lo masih ada hutang cerita sama gue, Lo sama Ozy pacaran?!"

*****

Matahari mulai memancarkan sinarnya. Ify membuka matanya, dilirik jam yang berada di nakas. Setelah itu ia segera pergi ke kamar mandi untuk bersiap-siap pergi ke sekolah. Setelah selesai dengan persiapannya, Ify keluar kamar menunju tempat makan.

"Mah, Pah Cakka berangkat dulu ya?" Cakka menghampiri Lena dan Reno untuk bersalaman.

Ify membulatkan matanya, Cakka gak lihat apa? Ify kan baru mau makan. Main buru-buru pergi aja, tumben banget lagi pergi sepagi ini, gak biasanya.

"Loh, kamu gak bareng sama Ify?" tanya Lena heran.

"Nggak mah."

Ify lagi-lagi tak percaya dengan jawaba Cakka. Kalau Cakka gak bareng sama Ify terus dirinya sama siapa? Kasian kan papanya kalau harus mengantarkan Ify ke sekolah dulu, masalahnya jarak kantor dan sekolahnya itu sangat jauh dan tidak searah, Ify tidak mau merepotkan papa nya. Lagian biasanya kalau Cakka tidak bis apergi bareng, pasti kakaknya itu bilang dulu sebelumnya, Jadi tidak mendadak seperti ini.

"Kok ngedadak," tanya Ify akhirnya.

"Nggak kok."

Lagi-lagi Ify mendegus sebal. Apanya yang tidak mendadak, ia aja baru tahu pagi ini. Lagian Ify masih ingat kok, Cakka tidak bilang apa-apa sebelumnya.

"Lo jangan lama-lama Fy," kata Cakka yang membuat Ify tidak mengerti. Katanya gak akan bareng, tapi di suruh cepet.

Saat Cakka akan keluar meninggalkan meja makan, sekilas Cakka mendekatkan wajahnya pada telinga Ify membisikan sesuatu.

"Pacar lo nungguin di depan." Mendengar bisikan Cakka seperti itu, membuat tubuhnya menegang.

*****

To Be Contonue

Gimana sama part ini? :)

Silahkan beri kritik dan saran

Terimakasih.

Follow ig: Amregitaa

The Possibility Of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang