TPOL (50) "Sayang?"

78 6 0
                                    


Cantika melangkahkan kakinya menuju kamar Ray, ia sudah tidak sabar mendengar Cerita sepupunya itu. Sudah Cantika yakini pasti Ray berhasil menerima tantangan itu, ah Cantika jadi penasaran gimana reaksi Ify saat tahu kalau Ray adalah ketua latihannya.

"Kak Ray! Ayo cepet cerita." Hebohnya.

"'Apaan sih, dateng-dateng nagih cerita. Cerita apaan?" Ray merebahkan tubuhnya di atas kasur agar tidak terllau jauh meladenin sepupunya yang super kepo. Namun, dengan cepat Cantika menarik tangan Ray agar kembali keposisi semula.

"Jangan pura-pura gatau deh, cepert dong Cantika kepo nih. Tadi gimana berhasi? Udah pasti berhasil nih Cantika udah tebak."

"Lo tuh nanya, tapi jawab sendiri. Udah gausah nanya lagi, jawaban lo udah bener. Seratus buat lo."

"Ih kak Ray mah gak asik."

"Bodo." Ucapnya acuh, namun diam-diam Cantika memerhatikan jika Ray tersenyum-senyum.

"Ih kak Ray tuh senyum-senyum gitu kan, kenapa sih cerita dong."

"Yaudah gue lagi seneng pokoknya hari ini, lo sana deh Can ganggu aja." Usir Ray.

"Heh! Kak Ray gak boleh gitu ya, mentang-mentang berhasil nerima tantangan itu jadi ngelupain sepupunya yang cantik ini. Waktu kak Ray terpuruk siapa yang nemenin?!" sentak Cantika.

Ray tertawa keras, ia gemas sendiri melihat sepupunya itu.

"Jadi lo ngambek nih sama gue?" ledek Ray.

Cantika melipat kedua tanganya, "Tau ah, aku jadi males."

"Adudu adik gue ngambek nih, berabe urusannya. Jalan yuk!" ajak Ray.

Lagi-lagi Cantika mengabaikan.

"Yah sayang banget deh kalau di tolak, padahal gue mau terakhir apa yang dia mau." Ray pun pura-pura merebahkan kembali tubuhnya, ia sangat yakin beberapa menit kemudian Cantika akan menerima ajakannya.

"Yaudah ayo, sayang banget nolak rezeki." Cantika keluar dari kamar Ray untuk menganti bajunya.

Ray menggelengkan kepalanya, bisa-bisanya Cantika seperti itu.

*****

Suara alarm yang menganggu membuat Ify terbangun dari tidurnya, setelah dirasa alarm itu mati dirinya berniat ingin tidur kembali, namun sebuah suara membuatnya urung dengan niatan itu.

"Ify tuh kan kebiasan cepet bangun nak." Suruh Lina.

"Masih ngantuk mah."

"Ify!"

"Iya mah, iya Ify bangun." Dengan rasa malasnya Ify terpaksa bangun dan bersiap untuk mandi.

"Jangan lama, entar kasian temen kamu nungguin."

Langkah Ify terhenti, "Hah siapa mah?"

"Itu temen kamu, temennya kakak juga sih Cuma katanya dia mau jemput kamu."

Ify mengangguk dengan menyembunyikan sneyumnya, "Siap mah, Ify gaakan lama kalau gitu."

"Yaudah cepet sana."

Ify mengacungkan ibu jarinya pada Lina, lalu segera melangkah menuju kamar mandi. Setelah selesai menggunakan seragam dan memasukan buku pelajarannya pada tas, Ify segera keluar dari kamarnya. Dirinya sangat-sangat tidak enak jika Ozy menunggunya lama seperti ini, ia juga tidak sabar ingin melihat wajah Ozy yang selalu membuat hatinya tergesir.

Saat dirinya sudah berada di tangga paling akhir seketika senyumnya memudar. Alih-alih Ozy yang di harapkan yang datang malah Ray.

"Ify, ini temennya nunggu lama loh." Ucap Lina

Ray memberikan senyum pada Lina, "Gapapa tante."

"Ify tuh kebiasaan kalau gak di bangunin terus aja tidur." Omel Lina.

Ray terkekeh sedangkan Ify malah memanyunkan bibirnya.

"Ih mamah males ah!" rengek Ify.

"Yaudah sana cepet kamu sarapan dulu," suruh Lina. "Ray udah makan belum, sarapan bareng Ify ya."

"Gausah tante, Ray udah sarapan kok tadi."

"Beneran?"

Ray menganggukan kepalanya.

"Mah, Ify bawa bawa aja ya rotinya biar makan di sekolah aja."

"Yaudah, tapi bener ya di makan?"

"Iya mamah."

Lina pun memberi kotak makan pada Ify, setelah itu mereka pun berpamitan. Saat di teras rumah langkah Ify terhenti saat merasa tas nya di tarik oleh seseorang di belakangnya.

"Ih apaan sih?"

"Heh kenapa lo jalan duluan?"

"Lah emangnya salah ya? terserah gue dong."

"Inget ya Fy, sekarang lo berangkat bareng gue."

Ify membulatkan kedua matanya, "Dih siapa yang mau?"

"Gue. Gue yang mau."

"Tapi gue gak mau," balas Ify.

"Lo harus mau. Gue maksa, jadinya lo harus mau."

"Dih nyebelin, yaudah ayo cepet." Kesal Ify.

Ray tersenyum, "Nah gitu dong teman."

Ify memutar bola matanya sebal.

******

Di kelas Ify memakan roti yang tadi Lina siapkan. Sebenarnya Ify tidak lapar, tapi ia harus menghargai perjuangan mama-nya.

"Fy, lo tuh lagi makan tapi mata lo kemana aja tau lihatnya. Jangan ngelamun ah." Shilla sedari tadi memerhatikan teman sebangkunya itu.

"Iya nggak kok."

"Mikirin apa sih?"

Ify membalikan tubuhnya menghadap Shilla, "Shil, gue salah ngasih tantangan sama Ray. Ternyata dia ketua dance di TB."

"Hah serius lo?!"

Ify mengangguk.

"Kok bisa?"

Ify megangkat bahunya, "Lo tau gak sih? mentang-mentang dia berhasil dengan tantangannya, dia jadi seenak aja sama gue. Masa tadi pagi gue di jemput tiba-tiba."

Shilla tersenyum, "Harusnya lo seneng Fy di jemput sama dia. Banyak lo yang pengen sama kak Ray."

"Tapi gue gak pengen, kalau kak Ozy lihat gimana?"

"Yaelah Fy, lo masih aja ngarepin kak Ozy. Lo suka banget ya sama dia?"

Ify tersenyum, "Iya, gue sayang sama dia."

"Ih udah sayang-sayangan, kalau kak Ozy gak sayang lo gimana?" tanya Shilla.

Ify terdiam, lalu seketika pikiranya mengingat kejadian di dalam mobil jika Ozy sayang pada Ify. Huh jadi malu kalau mengingat itu.

"Gak mungkin." Ucap Ify pelan.

"Maksud lo?"

"Ada deh." Kekeh Ify.


To Be Continue

Gimana sama partnya? 

Doakan semoga cerita ini cepat selesai dan berlanjut dicerita yang baru aamiin.... wkwk

Silahkan beri kritik dan saran

Ig : Amregitaa

The Possibility Of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang