TPOL (29) "Gugup"

94 8 0
                                    


Cakka memasuki rumah dan tanpa sengaja dirinya melihat Ify yang sedang asik membantu mamanya di dapur. Ia pun menghampiri keduannya karena ada yang menganggu pikirannya sejak kejadian di Caffe tersebut.

"Fy!" panggil Cakka sembari menyomot makanan yang ada di piring, membuat Ify menatap tajam.

Ify memukul tangan Cakka kecil, "Ih kebiasaan Kak, belum cuci tangan juga!"

"Vitamin elah," kata Cakka langsung memakannya.

"Ih jorok!."

"Kenapa sih ribut-ribut?" tanya mama If yang masih fokus menggoreng.

"Ini loh mah kak Cakka kebiasaan, belum cuci tangan main nyomot aja."

"Cakka!"

"Hehe dikit doang mah," cengir Cakka.

"Sama aja."

Cakka melirik Ify yang sedang memindahkan makanan dari wajan.

"Ohiya Fy, tadi gue ketemu temen lo si Shilla."

Ify menoleh, "Terus?"

Cakka duduk di kursi meja makan, "Tadi dia bilang, kalau gue yang anter lo ke Gramedia. Padahal nggak kan ya?"

"Hah Shilla bilang gitu? Dimana?" panik Ify.

"Di Cafe yang deket rumah Shilla itu loh." Jawabnya santai.

"Oh." Ify sangat gugup.

"Terus apa ya maksud si Shilla itu Fy? Gue gak ngerti. Apa dia bohong?"

"Ohiya mungkin bohong kali ya? lagi error kali ya tuh si Shilla."

"Tapi tadi lo beneran ke Gramed?" Cakka masih diselimuti penasaran.

"Hah i-iya." Jawabnya gugup

"Terus jadinya lo dianter siapa? Tadi dia bilang lo gak bareng sama dia dan malah bilang lo dianter sama gue?"

"Ah udahlah kan tadi gue udah bilang kalau si Shilla itu lagi error. Dari pagi aja ngomong udah ngelantur," sangah Ify. "Jadi yaudah sih, iyain aja. Lanutnya,

"Mm iya kali ya? soalnya gue juga gak ngerti apa yang diomongin Shilla barusan."

"Nah iya kan?!" kata Ify memastikan.

Cakka mengangguk, Ify bernafas lega.

"Udah-udah nanti lagi ngobrolnya. Cakka kamu ganti baju dulu, habis itu kita makan," kata Mama

Tak lama dari itu setelah Cakka berganti baju dan selesai makan, suara bel berbunyi menandakan seseorang datang.

"Fy siapa tuh? Tolong bukain dong," kata Lena, Mama Ify.

"Iya mah." Ify beranjak dari meja makan menuju pintu.

Saat Ify membuka pintu selera makannya menjadi berkurang.

"Kak Cakka?" tanya Ify cuek.

Ray terdiam sesaat, ia bingung harus memulai percakapan dari mana? Sebab, dua hari yang lalu semenjak kejadian di bukit itu membuatnya merasa canggung untuk menyapa Ify, "Ah nggak kok."

Ify mengerutkan keningnya, "Terus?"

"Gue mau ngomong...." gugup Ray.

"Masalah tantangan itu?" sindir Ify.

"Bukan."

"Terus apa? Jangan buat waktu gue habis karena denger omongan lo yang gak penting," kata Ify. Ray terdiam, saat itu juga ia langsung mencerna omongan Ify yang membuatnya sedikit menyentil hatinya.

"Oh! Yaudah kalau gitu gue pulang."

Ify mengerutkan keningnya, " Ih gak jelas!"

Ray tersenyum simpul.

*****

Ify masuk ke dalam kamar untuk mengambil ponselnya. Sebelumnya, tadi Lena dan Cakka sempat menayakan siapa yang datang ke rumahnya. Namun, Ify hanya menjawab bahwa itu adalah orang yang tidak penting. Untunglah Lena dan Cakka hanya mengangguk dan mempercayainya.

Saat menemukan ponselnya di meja belajar, Ify langsung membuka sebuah aplikasi pesan dan ia mendapatkan satu buah pesan dari Ozy.

Fy lo dimana?

Ify tersenyum.

Aku di rumah kak, kenapa?

Oh syukurlah kalau udah sampe rumah.

Oh okey.

Disisi lain Ozy merasa gelisah saat kejadian tadi siang yang tanpa sepengetahuan temannya itu adalah dirinya. Ozy berulang kali mengetik pesan, lalu menghapusnya kembali secara terus menerus. Ia bingung harus memulai pembicaraan itu dari mana? Jujur, Ozy sangat belum siap jika temannya itu mengetahui kedekataanya dengan Ify. Walaupun, sebenarnya ia memnag tidak dekat sih dengan Ify.

Fy gue mau ngomong.

Send.

*****

To Be Contonue

Gimana sama part ini? :)

Silahkan beri kritik dan saran

Terimakasih.

Follow ig: Amregitaa

The Possibility Of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang