TPOL (60) "Siapa yang lo pilih?"

91 8 2
                                    


"AAAAAAAAAAAAAAA!" teriak Ify membuat Ray tersenyum melihat tingkah satu cewek di pinggirnya ini.

"Ray?" panggil Ify, setelah melakuan aksinya.

"Gimana? Udah mendingan?"

"Belum."

Ray tersenyum tipis, lalu mengacak rambut Ify.

"Mau kita teriak sama-sama?" tawar Ray.

"Buat apa lo teriak? Emangnya lo lagi ada masalah?"

"Ada." Ify menaikan satu alisnya, "Hati gue juga lagi bermasalah Fy."

Ray menatap lekat cewek yang ada di hadapannya. Ify memundukan kepalanya, ia tahu arti ucapan cowok itu, dirinya merasa tidak.

"Maaf." Lirihnya yang asih terdengar oleh Ray.

"Teriak yuk! 1, 2 –"

"AAAAAAAAAAAAA--"

"AAAA Ify gue mohon sama lo jangan nangis lagi, gue sedih lihatnya."

Ify melirk Ray, tergelesir hatinya dengan apa yang diucapkan cowok itu. Setelah berteriak Ray langsung menghadap Ify.

"Gue gaakan sedih lagi kok Ray."

"Nah gitu dong, baru namanya cewek gue." Ucapnya membuat Ify tertegun, "Eh— bukan ya?" tawa Ray dengan canda.

"Belum Ray," ucap Ify pelan sangat-sangat pelan, namun tanpa di sadari cowok itu mendengarnya dan membuat jantungnya berdetak lebih kencang. Apa Ify akan memberikan kesempatan? Semoga.

"Ohiya Ray, lo gak akan nanya gitu tentang kenapa gue nangis?"

"Buat apa kalau itu membuat lo sedih pas nyeritain."

"Tapi gue pengen cerita sama lo."

"Gue gak mau denger." Candanya.

"Jahat amat sih." Ify mencebikkan mulutnya, entah mengapa rasanya ia ingin berbagi aja kepada Ray.

"Fy sebelum lo cerita, sebenernya gue udah tahu apa yang terjadi sama lo." Ucap Ray. "Ozy kan?" tebaknya.

Ify menoleh, "Mak-sudnya kok---"

Ray menghembuskan nafasnya, lalu pandangannya berarlih ke depan menatap pemandangan dengan lampu taman kota.

"Saat Ozy menghilang tanpa kabar gue dan anak-anak yang lain sempat cari Ozy, tapi sama sekali gak ketemu. Sampai akhirnya salah satu pesan gue dia baca dan balas beberapa hari ke depan, dia Cuma menghubungi gue dan dia minta ketemua sama gue."

"Tanpa sepengetahuan anak-anak lain gue temui Ozy di salah satu Rumah Sakit. Gue sempat heran kenapa Ozy minta ketemu di rumah sakit? Tapi, setelah ozy cerita gue mulai paham."

Ify mendengar cerita Ray serius, ia tidak mau melewatkan sekecil pun informasi itu.

"Fy, dari kecil gue kenal Ozy dia emang sayang banget sama adiknya Zahra. Dan gue juga baru tahu Zahra koma di rumah sakit, Ozy sengaja gak ngasih tahu kami semua." Lirih Ray.

"Terus?"

"Waktu Ozy membuat rencana dengan lo dan saat itu juga selalu aja kondisi Zahra tiba-tiba gak stabil. Membuat Ozy harus pergi ke rumah sakit dan membatalkan rencana lo itu. Dia bilang sama gue, kalau dia kecewa sama dirinya sendiri karena udah membuat orang yang dia sayang sedih karenanya, itu lo Fy."

"Tapi Ray, dia sayang sama gue hanya sebatas adik, gak lebih." Sela Ify cepat.

"Gue tahu."

Ify tertegun, "Jangan bilang kalau---"

The Possibility Of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang