TPOL (15) "Khawatir dan Pesan Misterius"

306 42 26
                                    



Shilla begitu senang saat terbangun dari tidurnya tadi ia langsung mendapati ketiga temannya.

"Kena bisa sampe gini Shil?" tanya Ify.

"Karena dia susah minum obat Fy!" Hardik Via, sengaja menyindir Shilla.

Senyum yang tadinya terukir sempurna dari sudut bibir Shilla, seketika memudar.

Ify langsung menyengol sikut Via, saat dirinya melihat perubahan dari raut wajah Shilla yang begitu menyedihkan dimata Ify.

Ify memberi tahu pada Via untuk tidak berkata dan bernada sinis seperti tadi, karena itu akan membuat Shilla semakin terlihat terpuruk.

Pandangan Shilla berpaling ke atas menatap langit-langit Rumah Sakit. Seakan ingin menumpahkan segala sesak yang ada dalam tubuhnya saat ini.

Keadaan hening.

Ify melirik Via, namun cewek itu hanya mengangkat bahu acuh.

Mata Shilla terasa perih saat air matanya membenung di kelopak matanya. Entah efek karena melihat langit-langit atau memang rasa pedihnya yang hanya bisa ia keluarkan lewat air matanya.

Sesuatu mengingatkan Shilla pada pikirannya. Ia langsung mengusap matanya sebelum air mata itu benar-benar terjatuh, karena ia tidak mau melihat teman-temannya merasa khawatir pada keadaanya saat ini.

"Shil?" panggil Ify membuat Shilla menoleh padanya.

"Lo nangis?"

Via langsung mengakat kepalanya, menyimpan hp-nya kembali pada tas kecilnya. Via langsung cemas saat menyadari Shilla begitu pucat.

Lalu Shilla menggelengkan kepalanya tak lupa dengan senyum tipisnya, mengartikan bahwa dirinya baik-baik saja, sebagai jawaban untuk Ify.

Via merasa tidak enak, apa mungkin perkataanya tadi menyebabkan Shilla menangis? Apa perkataanya barusan membuat hati temannya terluka? Jika ia Via akan segera meminta maaf, karena Via tidak ingin melihat temannya menagis apalagi atas perbuatannya sendiri.

"Shil?" panggil Via begitu lirih.

Shilla melirik dengan senyum dan itu membuat hati Via semakin bersalah.

"Maaf, kalau misalkan tadi lo—"

"Shilla gapapa kok, yang tadi Via omongin itu bener. Ngapain harus minta maaf? Di sini emang Shilla yang salah, gak mau minum obat hehe...." ucap Shilla begitu lembut. "Makasih yaa," lanjutnya.

Kening Via berkerut.

"Makasih udah mau jenguk dan peduli sama Shilla. Ify, Via dan Acha."

Menyebutkan nama Acha, Shilla langsung melirik ke arah sudut ruangan di mana ada seorang gadis yang sedang tertidur pulas dengan mulut sedikit terbuka, yaitu adalah Acha.

Ify senang mendengarnya, "Lain kali lo jangan gini terus ya? Lo harus minum obat, gue denger juga lo sering banget masuk rumah sakit. Karena tiap demam lo gak pernah mau minum obat."

"Iya lo udah bikin kita cemas, khawatir segala macem. Apalagi keluarga lo, jangan gini lagi ya Shil?" kata Via.

Shilla tersenyum lebar, "Iya nanti Shilla gaakan susah minum obat lagi deh."

"Nah gitu dong," ucap Ify dan Via berbarengan.

"Ohiya gue mau minta maaf lagi sama lo, karena tadi lo belum bilang iya," tegas Via.

"Iyaa Shilla maafin."

Via begitu lega mendengarnya. Jujur saat tadi ia sama sekali tidak ada maksud untuk menyinggung perasaan Shilla. Sehabis keluar dari toilet Rumah Sakit sewaktu Shilla masih tertidur, ia bertemu Sarah karena rasa penasarannya terus memenuhi otaknya Via langsung bertanya pada Sarah perihal Shilla masuk Rumah sakit dan Sarah-pun menjawab kalau Shilla deman dan tidka mau minum obat menyebabkanpanasnya lebih tinggi.

Dan maksud Via bernada sinis itu, agar Shilla malu akan perbuatannya seperti itu yang sering dilakukan anak-anak TK. Jika temannya itu malu, amak Shilla tidak akan lagi mengulangi perbuatan yang membuat orang-orang khawatir.

"Shil lo udah bangun?" suara Acha mengalihkan pembicaraan ketiganya.

"Dari tadi kali!"

Acha hanya mengangguk dengan wajah sedikit kusut, lalu ia menghampiri ketiganya.

"Gimana keadaan lo?" tanya Acha, sesekali mulutnya menguap.

"Alhadulillah cha, gue mendingan." Jawab Shilla.

Acha mengangguk, "Syukur deh."

"Eh, udah malem nih. Kayanya Shilla butuh istirahat." Ucap Via.

"Malem? Perasaan gue baru aja tidur udah malem lagi, emang sekarang jam berapa sih?" Acha melirik jam tangan Via.

"Gila udah jam 7 malem," cicit Acha.

"Kebo sih lo!"

*****

Ify merebahkan seluruh tubuhnya di atas kasur. Badanya terasa pegal-pegal akibat terlalu banyak aktivitas yang dilakukan pada hari ini. Ify menarik selimut bertepatan dengan suara handphone-nya yang berbunyi.

Ify membenarkan posisi tidurnya lalu tangannya terulur pada nakas dan diraihnya handphone tersebut.

Ify menyernyit saat mendapati pesan masuk dengan nomor tidak dikenal.

+6281512****** : Lo di mana?

"Siapa sih? gak jelas banget."

Hendak Ify menyimpan HP-nya kembali, tiba-tiba suara ponselnya kembali berbunyi.

+6281512****** : Udah sampai rumah?

Ify sedikit terkejut akan pesan misterius itu. Ia menggelengkan kepalanya saat berniat akan membalas pesan tersebut.

"Peduli amat dah, mending gue tidur."

Ify menyimpan kembali handpohne-nya pada nakas, tanpa mempedulikan suara ponselnya yang kembali berbunyi.

Lalu Ify memutar tubuhnya ke samping, tak lama dari itu matanya mulai terpejam.


To Be Continue

Hay semua.... aku kembali lagi :)

gimana seneng gak?

gimana sama part nya Cukup?

                                                  Kurang?

Ohiyaa, karena sekarang mau memasuki hari liburan, isnyaallah aku akan lanjut cerita ini gak pake lama :) kalau ada waktu juga yaa hehe.

Kalau misalnya part ini kurang panjang, secepatnya akan aku lanjut. Karena pas ngetik ini, lagi deg-degan juga entar pagi bagi raport wkwk.

Kalau mau secepatnya update, jangan lupa krisar nya yaa:) 

15-12-2017 00.59 

Follow ig: AMREGITAA

The Possibility Of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang