TPOL (34) "Tak disangka"

68 8 0
                                    


Sedari tadi Cakka begitu resah, saat melihat kelas adiknya sudah pada pulang. Tapi, ia sama sekali tidak melihat adiknya.

"Ify mana?" tanya Cakka pada Shilla, ia melihat gadis itu sedang menyimpan sapu di lemari kelas.

Shilla menoleh ke arah pintu, "Ify udah pulang kak."

"Pulang sama siapa?" kening Cakka berkerut.

"Sama— gatau kak." Shilla mengigit bibir bawahnya. Sebab, ia bingung apakah Ify menceritakan juga kepada Cakka, kalau dia pulang bareng bersama Ozy? Tapi, lihat Cakka begini, sepertinya temannya itu belum bilang apa-apa.

"Lah, kok gitu? Emangnya dia ga bilang apa-apa sama lo?"

"Bilang sih, Cuma... yaitu tadi, dia pamit doang sama gue," Duh sumpah, Shilla jadi gak enak sama Cakka. Kalau ia jujur, takutnya Ify masih merahasiakan ini semua dari kakaknya itu.

"Gue teleponin gak di angkat juga, kemana sih tuh anak?"

"Atau Ify udah di rumahnya kali."

"Gak mungkin, tadi pagi tuh dia bilang sama gue kalau pulangnya bareng. Dia gak mungkin ingkar gini, kalau ada apa-apa dia pasti telepon gue."

"Di rumah kak Cakka ada siapa?"

Cakka menatap Shilla herang, "Mau ngapain?"

Shilla menggeleng, "Eh bukan gitu kak, maksudnya kalau ada tante Lena di rumah kak Cakka tinggal tanyain aja, Ify udah ada di rumah atau belum"

Benar juga ya yang di omongin cewek ini, kenapa Cakka tidak ke pikiran ke sana? Ah, dari pada banyak mikir, mending ia kirim pesan sekarang pada Mamanya itu.

"Gue coba."

Shilla mengaguk, tersenyum. Ia melihat Cakka sedang berkutat dengan ponselnya, sepertinya cowok itu langsung mengirim pesan pada mamanya. Di sela-sela kesibukan Cakka, diam-diam Shilla mengulum senyum.

Sembari menunggu balesan mamanya, Cakka mendongkak. Cewek di hadapannya ini kenapa senyum-senyum begitu? Emangnya dirinya sedang melucu? Perasaan dari tadi Cakka menunjukkan muka khawatir. Tiba-tiba ia mendengar suara bergemuruh yang berasal dari perut seseorang.

"Lo laper?"

"Ha-he- nggak kok," Shila meruntuki dirinya sendiri, gara-gara perutnya berbunyi Shilla jadi malu kan sama Cakka.

"Nggak gimana coba? Perut—tuh kanbunyi lagi."

"Aduh, gimana ya kak. Maaf deh hehe...."

"Yaudah ayo!" Cakka menarik tangan Shilla untuk keluar dari kelas tersebut.

"Eh, eh bentar, Shilla mau di bawa kemana?"

Cakka menghentikan langkahnya, "Lo laper kan?"

Jika Shilla berkata tidak, ketahuan sekali kalau dirinya sedang berbohong. Jelas-jelas cowok itu mendengarnya, tapi kalau Shilla jawab jujur kan malu juga.

"I-iya sih," lirih Shilla malu. "Ini juga mau pulang kok!" Shilla menatap muka Cakka, lalu berjalan meninggalkan cowok tersebut. Dirinya sudah malu, benat-benar malu.

Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti saat cowok itu menahan pergelangan tangannya, "Bareng gue."

"Hah?"

"Makan bareng gue," ucap Cakka santai.

Ini gatau kenapa ya? pipi Shilla panas banget. Rasanya ingin merendamkan wajahnya, di mana pun air berada.

"Eh gausah kak, ini juga mau pulang kok. Lagian kan kak Cakka mau cari Ify."

"Sambil nunggu mama balas pesan, kita cari makan dulu aja sekalia. Gue juga udah laper nih," kata Cakka. "Gimana?" tanyanya.

The Possibility Of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang