TPOL (42) "Ngajak Jalan"

87 10 2
                                    



Ting!

Ify membuka ponselnya, saat sebuah pesan masuk kepadanya.

Udah Pulang?

*****

Mobil Ray memasuki perkarangan rumahnya, setelah memarkirkan mobilnya di garasi, ia dan Cantika turun dari mobil tersebut. Keduaanya memasuki rumah dan seperti biasanya mereka di sambut oleh Reska yang sudah menyiapkan makan siangnya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, udah pulang ternyata."

Ray maupun Cantika menyium tangan Reska.

"Iya tan," ucap Cantika.

"Tumben kamu Can, bareng sama Ray."

Cantika duduk di kursi meja makan, sedangkan Ray pergi ke dapur untuk mengambil air putih.

"Iya tan, pacar Cantika lagi ada urusan hehe...." ucap Cantika malu-malu.

Reska menggelengkan kepalanya, "Dasar kamu."

"Hehe...."

"Kalau gitu mendingan kalian ganti baju dulu gih, udah gitu makan," titah Reska.

"Siap tan." Cantika langsung beranjak ke kamarnya untuk membersihkan seluruh tubuhnya.

"Kamu juga Ray, mandi dulu sana. Udah gitu makan, bareng tuh sama Cantika" Reska mengambil piring di dalam lemari dapur.

"Ray udah makan kok bu tadi di kantin, masih kenyang sampai sekarang," cowok itu menyimpan gelas yang sudah di pakai tadi.

"Beneran?"

"Cius." Ray memperlihatkan jarinya ke pada Reska seperti huruf V.

Reska menggelengkan kepalanya, "Yasudah, cepet mandi sana."

"Ahsyiapp!"

Ray pun berjalan menaiki anak tangga menuju ke dalam kamarnya. Membuang tas nya sembarangan, lalu beranjak memasuki kamar mandi. Setelah membersihkan tubuhnya ia menatap cermin yang ada di kamarnya itu. Duduk di pinggir ranjang, lalu mengambil ponselnya.

Cowok itu terus saja kepikiran dengan gadis yang berada di halte itu. Apa dia sudah pulang? Atau masih menunggu kakaknya untuk menjemputnya? Atau dia mengabari Ozy agar bisa menjemputnya? Ah rasanya dia sedikit menyesal, mengapa tadi ia tidak mengajaknya pulang bareng?

Ray membuka sebuah aplikasi di ponselnya, lalu ia mengetik sesuatu untuk ditujukan pada seseorang.

Udah Pulang?

Send.

*****

Ify mengerutkan dahinya saat sebuah pesan masuk untuknya. Kenapa cowok itu harus mengubunginya lagi? Apa ia tidak bosan menganggu kehidupannya. Mau cowok itu tuh sebenarnya apa sih? cukup lama Ify berpikir haruskah balas pesan itu atau tidak? Sebenarnya Ify malas untuk membalas pesan itu, tapi gak masalah kali untuk saat ini kalau dia balas pesan itu.

Udah.

Send.

Setelah pesan terkirim, Ify keluar dari kamarnya saat perutnya berbunyi minta di isi. Ia melihat mamanya sedang duduk di ruang tamu sambil membaca majalah. Lalu Ify berjalan menuruni anak tangga.

"Kamu udah pulang sayang?" Lena melirik sekilas ke arah Ify.

"Udah mah."

"Udah makan?"

"Belum."

Lena menyimpan majalahnya di samping, "Loh, belum laper atau gimana tuh perut? Isi dulu sana, entar kamu sakit lagi. Jangan nahan makan terus."

"Iya mah, ini juga Ify mau makan kok." Ify berjalan ke arah mejan makan.

Selesai makan, Ify berjalan ke arah dapu untuk mencuci piring kotor. Setelah itu, ia duduk di di sofa, melihat ponselnya yang belum juga mendapatkan balasan ari seseorang.

Bentar-bentar kok Ify jadi mengharapkan cowok itu membalas lagi pesannya sih? dia kan Cuma nanya doang terus Ify jawab, yasudah apa lagi yang ia harapkan? Aneh.

Tak lama dari itu, suara Handphone nya berbunyi.

Gue di depan rumah lo nih.

Ify membulatkan matanya dan saat itu ia beranjak dari sofa menuju pintu rumahnya.

"Kak Ozy?"

Cowok itu membalas dengan senyum.

"Ada apa kak?" Ify gugup sendiri jadinya, secara tiba-tiba Ozy datang ke rumahnya. Nggak mungkin juga kan ada keperluan dengan Cakka? Toh cowok itu sendiri yang mengirim pesan padanya.

"Syukur deh kalau lo emang udah ada di rumah," kata Ozy. "Kenapa tadi gak bilang gue aja sih, kalau lo sendirian di halte?"

"Hehe...Iya kak. Gapapa kali kak, ngerepotin nantinya." kikuk Ify, ia tidak tahu harus ngapain saat ini. 

"Dari pada bukin banyak orang khawatir."

Ify hanya tersenyum. Ohiya, Ify baru inget. Kata Cakka kan tadi muka Ozy sangat khawatir saat mengetahui Ify belum pulang dari sekolah. Yaampun, bener juga kata kak Cakka. Lihat saja muka Ozy begitu menunjukan ekspresi lega nya saat melihat dirinya sekarang. Eh, kok Ify jadi pede gini sih haha....

"Ohiya kak, duduk dulu." Ify hampir lupa, sedari tadi keduaanya mengobrol di depan pintu.

"Gue mau ajak lo jalan, mau?"

"Hah?—eh maap kak, maksudnya mau kemana ya?"

"Ikut gue aja sekarang kalau lo mau, gimana?"

Ify terdiam sesaat, lalu mengangguk.

"Oke, gue tunggu lo buat siap-siap."

*****

The Possibility Of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang