TPOL (52) "Ingkar?"

78 6 2
                                    


Sambil menunggu seseorang Ify melihat aktivitas para siswa yang berlalu lalang untuk pulang sekolah. Setelah mendapatkan pesan dari Ozy senyumnya tidak pernah pudar, Ify melirik jam di tangannya ternyata sudah 45 menit Ify menunggu di kursi yang di sediakan dari sekolah.

"Fy, lo belum pulang juga?" tanya Via saat melewati Ify.

"Belum, lo sendiri?"

"Gue tadi kerkom bentar di kelas jadinya aga telat deh."

"Oh gitu, Acha mana?" Ify melirik kekanan dan kiri.

"Beda kelompok," Jawabnya dan langsung dianggukkan oleh Ify. "Kak Cakka belum ya Fy? Gue duluan ya, udah ini lanjut kerkom di rumah Syifa."

"Iya hati-hati Vi."

Via membalas dengan mengacungkan jempolnya. Ify mentap layar ponselnya, tapi tidak ada pesan yang masuk. Sudah berapakali juga Ify mengiriminya pesan, tapi tetap saja tidak ada balasan.

"Nunggu Ozy?"

Ify tersentak dan langsung memasang wajah geramnya, "Ngangetin!"

"Hehe sorry."

Ify menghela nafas, ia sedang malas berdebat dengan Ray. Ify menggeser posisinya saat Ray akan duduk di sebelahnya dan itu membuat Ray tersenyum.

"Jawab dong pertanyaan gue, kalau gak jawab lo nyesel." Kata Ray.

Ify melirik Ray, "Emang lo nanya?"

"Iya."

"Yang mana?" Ify mengerutkan keningnya, perasaan cowok itu tidak nanya apa-apa. Apa yang harus di jawab?

"Lo di sini nunggu Ozy?" tanyanya lagi.

Ify terdiam cukup lama, lalu mengangguk. Ray mengehelas nafas, merasa tidak enak jika ia berkata yang sejujurnya pada Ify. Kenapa juga sih Ozy tidak bilang kalau dia tidak bisa pulang bersama Ify. Apa susahnya sih menghubunginya dulu? Kan kasian jika Ify menunggu Ozy begini.

"Fy, pulang sama gue yuk!" ajak Ray.

"Jangan ngaco, gue udah ada janji sama dia."

Tapi dia gak bisa nempati janji lo

"Nurut sama gue deh Fy, bukannya kelas lo udah pulang dari tadi?" Sebenernya kelas Ify dan Ray sudah keluar satu jam yang lalu, namun tadi Ray memiliki urusan pada organisasinya.

Ify tersenyum miring, "Maksud lo apa sih Ray? Gue udah ada janji sama kak Ozy masa gue pulang bareng lo? Kalau mau pulang ya duluan aja." Kesal Ify. "Jangan buat gue kesel lagi deh sama lo, lagi males gue." Lanjutnya.

"Sampe kapan lo mau nungguin Ozy?" tanya Ray. "Sampe dia ngabarin kalau dia gak bisa jemput lo?"

"Maksud lo apa sih Ray? Jangan mulai deh, udah gue kasih tau kan gue lagi gak mood debat sama lo."

"Ozy udah pulang satu jam yang lalu." Ucap Ray akhirnya.

Ify tertawa, "Gak lucu, mau nyari alesan biar gue pulang bareng lo gitu?"

"Gue serius Fy." Tekan Ray membuat Ify menatap cowok itu lekat.

"Beneran?"

Ray mengangguk tidak tega.

"Lo gak bohong kan?" tanyanya memastikan.

"Ngapain gue bohong."

"Kenapa bukannya bilang dari tadi?" Suara Ify memelan, entah Ify sedih atau menahan tangis.

"Gue gak tega." Ucap Ray hati-hati.

Ify mengehela nafas panjang. Kemana Ozy? Kenapa tidak menghubunginya jika ia memang tidak bisa? Tapi, kenapa juga tidak membalas pesan Ify? Ah sudahlah mungkin memang ada acara mendadak yang tidak bisa Ozy beri tahu padanya.

"Lo gapapa?" tanya Ray memastikan. Padahal dirinya tahu kalau Ify kenapa-kenapa, ah Ray ini bagaimana sih?

Ify menggeleng setra memberikan senyum tipis, "Makasih Ray, gue pulang duluan."

Saat akan membalikan badanya, tangannya di cekal.

"Lo pulang bareng gue, gaakan penolakan. Keadaan lo lagi kenapa-napa." Ray pun langsung menarik Ify ke parkiran secara lembut.

Entah mengapa Ify pun hanya menurut saja.

*****

Saat di perjalanan seperti ini baik Ify maupun Ray tidak ada yang bersuara, mereka sama-sama bungkam dengan pikirannya masing-masing. Ray paham, mungkin keadaan Ify sekarang tidak ingin di ganggu. Bisa ia lihat dari kaca spion motornya cewek itu hanya menatap lurus jalanan.

Sedangkan pikiran Ify saat tertuju pada Ozy, apa dirinya terlalu lebay? Padahal ia hanya ingin tahu kenapa Ozy bisa seperti itu? apa mungkin Ozy lupa dengan janjinya? Mungkin. Ify meghela nafas, tiba-tiba ia mulai menyadari saat motor yang melaju bukan menuju arah rumahnya. Sepertinya Ify pernah melewati jalanan ini.

"Kayanya gue pernah ke sini deh, tapi gue lupa kemana ya?" Ucap Ify.

Ray tersenyum, "Masa sih lupa?"

"Iya, kaya pernah lewatin jalanan ini tapi gatau kemana."

"Entar pasti inget."

"Emangnya kita mau kemana sih? ini kan bukan jalan rumah gue." Tanya Ify.

"Siapa bilang mau ke rumah lo."

Ify membulatkan matanya, "Lo mau nyulik gue?"

"Iya!" teriak Ray.

"Enak aja! Gue gak mau ya di culik sama lo. Awas aja kalau lo macem-macem sama gue." Ancam Ify.

Bukannya menjawab Ray malah tertawa keras, membuat beberapa orang yang membawa kendaraan sempat meliriknya.

"Dih malah ketawa, gue serius nih." Ify mendekatkan wajahnya pada Ray agar terdengar jelas oleh cowok itu.

Ray menoleh ke belakang, "Habisnya lo lucu."

Deg!

Mata mereka saling bertemu dan salah satu diantaranya jantungnya terasa berdetak lebih kencang.

*****


Ozy berjalan menuju taman rumah sakit. Dirinya akan menghubungi seseorang dan akan meminta maaf atas kesalahannya. Saat sudah berada di taman dirinya langsung duduk di kursi yang sudah di sediakan. Tak lama dari itu Ozy langsung meronggoh ponselnya di saku celananya.

Berulang kali Ozy menelepon seseorang, namun tidak juga di angkat. Dirinya makin cemas, apa Ify masih menunggu dirinya di sekolah? Atau cewek itu sudah pulang ke rumah?

Ozy meruntuki dirinya sendiri, ia takut Ify kenapa-napa. Bodoh sekali tadi ia tidak mengabari cewek itu jika Ozy tidak bisa pulang bareng.

"Gue telpon Cakka aja kali ya?"

Ozy mengehela nafas, saat nomor Cakka tidak aktif.

"Fy, sorry." Ozy lagi-lagi meruntuki dirinya sendiri. Ia bingung apa yang harus dilakukann saat ini? Apa ia harus balik lagi ke sekolah? Tapi, siapa nanti yang akan menjaganya di rumah sakit nanti.

Ozy bangkit dari kursinya, lalu ia memasuki ruang rawat inap. Ozy tersenyum sedih melihat seseorang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.

"Cepet sembuh." Ozy mengusap rambut cewek itu dengan lembut. 



To Be Continue

Gimana sama partnya?

Doakan semoga cerita ini cepat selesai dan berlanjut dicerita yang baru aamiin.... wkwk

Silahkan beri kritik dan saran

Ig : Amregitaa

The Possibility Of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang