TPOL (41) "HALTE"

83 10 0
                                    



Di dalam mobil tak henti-hentinya Cantika mengomel, membuat suasana mobil tambah berisik saja. Ray pun mengulurkan tangannya untuk mengecilkan volume radio mobil itu. Kadang heran dengan kelakuan sepupunya ini, dia bisa menunjukan sifat manjanya, dewasanya, tak jatrang juga menunjukan sifat menyebalkannya. Tapi, Ray tetap sayang sama Cantika. Walaupun ada perdebatan, tapi mereka selalu tidak memasukinya ke dalam hati dan kembali menjalankan hidupnya seperti biasa.

"Kak Ray, sumpah deh kirain aku itu bukan kak Ify loh," ucap Cantika.

Ya memang, orang yang menghampiri Ray di halte itu adalah Cantika. Sepupunya itu emang bersekolah di SMP dekat dengan sekolahnya. Jaraknya tak begitu jauh, bahkan jika Cantika berangkat atau pulang sekolah tidak denmgan pacarnya, Ray lah yang akan menjemputnya. Seperti hari ini, Cantika memintanya untuk pulang bareng, karena snag ke kasih tidak bisa mengantarkannya pulang.

Tapi sebenarnya, jika Ray menjemput Cantika biasanya cowok itu selalu menunggu di depan sekolah sepupunya itu. Tapi, entah mengapa saat di perjalanan tadi ia melihat Ify duduk seorang diri membuatnya ingin saja menemaninya. Saat itu juga Ray langsung mengirim pesan pada Cantika, untuk menyusulnya di halte sekolahannya. Dasar Ray.

Ngomong-ngomong soal Cantika, cewek itu memang sudah mengetahui Ify. Ray lah yang curhat padanya, sepupunya itu memang selalu cerita jika ada masalah apa-apa. Makanya tadi cantika sempet kaget saat mengetahui adanya Ify di sebelah Ray.

"Terus tadi lo mau ngapain?" tanya Cantika.

"Tadinya spontan aja gitu, aku nyapa dia hehe..." kekeh Cantika. "Untung aja ya, kak Ray langsung kasih peringatan," lanjutnya.

"Hm."

"Ohiya, kok bisa sih kak Ify ada di situ?"

"Ya bisalah," balasnya acuh.

"Ya tapi kan---Oh aku tahu nih, pantes aja kak Ray nyuruh aku buat nyamperin ke halte. Ini toh alesan nya? Karena ada kak Ify gitu?

Tebakan Cantika membuat hati Ray tertohok. Cantika pinter ya? tahu saja apa yang Ray rasakan.

Ray mengangkat bahunya acuh.

"Huh, dasar kak Ray. Aku di suruh jalan dari sekolah ke halte tuh lumayan tahu."

"Jalan Cuma segitu aja, udah ngeluh," cibir Ray.

"Ih kak Ray mah gak ngerasain aja."

"Siapa suruh pengen bareng gue. Kemana tuh cowok lo?" Sekilas Ray melirik Cantika, lalu pandangannya kembali ke depan fokus menyetir.

"Dia ada urusan. Gak harus juga kan gue setiap hari bareng sama dia? Mungkin dia juga punya privasi sendiri."

"Oh gitu."

Cantika mendelik. Suasana di dalam mobil kembali hening, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Dari pada bosan, Cantika memilih untuk membuka alikasi instagram dan bermain tanya jawab bersama pengikutnya di instagram. Setelah bosan, ia menghentikan aktivitasnya.

"Can?" tanya Ray.

"Apa?"

"Ify udah pulang belum ya?" kata Ray dengan nada khawatirnya. Spontan membuat Cantika menoleh.

"Maksud kak Ray?" Cantika masih belum mengerti.

Ray menghela nafas

"Tadi itu, gue lihat dia duduk sendirian di halte. Awalnya emang gue pikir dia nunggu Cakka, tapi pas gue inget-inget lagi setahu gue Cakka udah pulang sekitar 30 menit yang lalu. Jadilah gue menepi di halte itu." beber Ray.

The Possibility Of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang